PAUD-Anakbermainbelajar-----Ada beberapa teori dan konsep dasar yang melandasi pengembangan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) Anak Usia Dini (PAUD) yang dikembangkan dalam Instrumen Akreditasi (PPA-IPA PAUD). Seperti berikut ini :
1. Copple dan Bredekamp :
Karakteristik Anak Usia Dini antara lain sosok unik, dunia bermain, rasa keingin tahuannya besar, masa potensial untuk belajar, pembelajar aktif, fantasi/ imajinasinya terus berkembang, eksplorasi dan berjiwa petualang, konsentrasi pendek, ekspresinya spontan, egosentris, mudah frustasi, butuh teman.
2. Garner :
Setiap potensi kecerdasan anak harus "dilejitkan" (dikembangkan secara maksimal), dengan memenuhi setiap potensi kecerdasan tersebut.
3. Maslow :
Hirarki kebutuhan dan 5 domain dalam perkembangan anak, yakni fisik, sosial, emosional, bahasa dan keterampilan kognitif.
4. Gantham-McGregor,et. al, dan Gillian Doherty
Stimulasi Pendidikan harus disesuaikan dengan tingkat usia/tahap tumbuh kembang anak
5. Mc Lean
Pembelajaran di PAUD harus menghindarkan suasana terancam/ketakutan yang mengedepankan terciptanya suasana yang nyaman, aman dan menyenangkan; pendidik memahami suasana batin anak, sayang anak dan berpandangan positif terhadap anak.
6. Hutenlocher, Greenough, dkk
PAUD yang berkualitas harus bersifat holistik, stimulasi pendidikan dilakukan secara berulang-ulang, konsisten, bervariasi, melibatkan seluruh indera anak, memberdayakan semua potensi yang ada di sekitar anak.
7. Vygotsky:
Pertisipasi dengan orang dewasa dapat meningkatkan kualitas kognitif; Interaksi terbaik dengan anak perlu konsisten, teratur dan secara kolaboratif; guru sebagai fasilitator, peran guru/orang dewasa memberikan dukungan dan dapat melepaskan dukungannya secara bertahap; pembelajaran berkualitas perlu suasana kooperatif dan kolaboratif.
8. Kolb:
Guru terampil buat pertanyaan terbuka untuk anak, peka terhadap pengalaman anak, memelihara rasa ingin tahu anak dan pembelajaran berpusat pada anak.
9. Pieget
Anak belajar secara konkrit, perlu ada kesempatan untuk eksplorasi, guru perlu melakukan refleksi bersama anak.
10. Erikson (Teori Perkembangan Psikososial)
Kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap perkembangan psikososial, keberhasilan tahap sebelumnya menentukan keberhasilannya tahap selanjutnya. Tahap bayi sampai dengan pra-sekolah punya peranan penting.
Demikian tentang rangkuman konsep dasar PAUD yang melandasi Setandar Nasional Pendidikan dan instrumen akreditasi, semoga bermanfaat, terimakasih.
Sumber : Badan Akreditasi Nasional PAUD dan PNF tahun 2020
Akhmad Solihin 15.18.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaRANGKUMAN KONSEP DASAR PAUD YANG MELANDASI SNP DAN INSTRUMEN AKREDITASI
PAUD-Anakbermainbelajar----Kepercayaan diri pada anak hurus ditanamkan sejak dini melalui pola asuh dan dorongan orang tua serta lingkungan sekitar untuk membantu anak memiliki rasa percaya diri yang besar. Percaya diri adalah modal penting bagi anak untuk mampu beradabtasi dengan baik di sekolah maupun lingkungan sosial sekitarnya. Menerapkan pola asuh yang tepat adalah suatu hal utama dimana anak dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya sehingga ia dapat berkembang menjadi pribadi yang kreatif dan cerdas.
Pola Asuh Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak
Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya dapat menjadi orang yang penuh empat, bahagia, memiliki harga diri yang tinggi, memiliki kemampuan yang baik dalam bidang yang mereka geluti serta jujur. Semua sifat-sifat ini tidak akan dapat terbentuk dalam diri anak bila tidak ada fondasi kepercayaan diri yang kuat sejak dini yang ditanamkan dalam diri anak. <e,bangun rasa percaya diri pada ana sebainya dimulai dengan kesadaran orang tua untuk memahami bahwa sejatinya rasa percaya diri bersumber dari dalam diri anak masing-masing. Setiap anak dilahirkan dengan dasar kepercayaan diri yang belum terasah. Tugas orang tualah yang harus memberikan stimulus dan motivasi pada anak untuk dapat yakin akan kemampuannya masing-masing.
Sebagai orang tua, pahamilah bahwa anak pasti mampu untuk melakukan hal apapun, asal dirinya percaya bahwa dirinya bisa. Ketika seorang anak percaya bahwa ia mampu melakukan sesuatu, secara otomatis ia akan benar-benar mampu melakukannya. Meski ia gagal, ia pasti akan terus mencoba sampai bisa karena ia tahu dan yakin bahwa ia bisa. Berbeda halnya jika anak tidak memiliki rasa percaya diri yang kuat, sekali dia gagal, dia kaan mudah putus asa dan kecil kemungkinan dia ingin mencoba kembali.
Cara Meningkatkan Percaya Diri Anak Sejak Dini
Membangun rasa percaya diri pada anak Usia dini dapat dimulai dari kesadaran kita bahwa rasa percaya diri berasal dari dalam diri anak masing-masing. Cara paling mendasar adalah orang tua harus memberi kepercayaan pada anak, agar mereka yakin akan kemampuan dan kekuatan diri mereka sendiri. Menanamkan rasa percaya diri pada anak adalah sebuah proses dengan tahapan-tahapan tertentu. Proses ini tidak bisa langsung sekaligus, tetapi membutuhkan tahapan-tahapan mulai dari yang mudah hingga yang sulit.
Dalam kaitannya dengan perkembangan anak, Pola asuh sangatlah penting dalam mendidik anak agar memiliki percaya diri yang tinggi. Orang tua harus tahu dan memahami betul bahwa rasa percaya diri dapat mengantarkan anak untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya. Berikut adalah manfaat yang diperoleh bila anak telah diajari untuk memiliki rasa percaya diri sejak dini:
a. Anak tidak akan pernah takut mencoba hal baru di hidupnya dan selalu merasa tetantang.
b. Anak akan memahami bahwa kegagalan bukanlah suatu hal yang harus ditakuti melainkan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dengan usaha yang lebih baik.
c. Anak terbiasa untuk tidak ragu melakukan hal apapun selama itu baik dan bertanggung jawab.
d. Anak akan mampu bekerja keras untuk mencapai tujuan hidupnya karena dia tahu bisa meraihnya
e. Anak memiliki tujuan dan visi hidup yang jelas sejak ia masih belia.
f. Anak berani mengutarakan pendapatnya dan memperbaiki hal-hal yang salah dilingkungan sekitarnya.
g. Anak berpotensi menjadi pemimpin yang teladan.
h. Anak akan memiliki pergaulan luas dan disenangi banyak temannya.
i. Anak bisa menyesuaikan diri dengan cepat di lingkungan yang baru.
j. Anak memiliki empati dan kepekaan lebih akan kondisi sosial di sekitarnya.
Demikianlah ulasan Artikel singkat tentang cara meningkatkan percaya diri anak usia dini melalui pola asuh bagi orang tua dan pendidik, semoga tulisan ini bermanfaat. Terimakasih sudah berkunjung di blog PAUD-Anakbermainbelajar ini. Semoga suksel selalu. Wassalam.
Akhmad Solihin 21.33.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaCARA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK USIA DINI MELALUI POLA ASUH
PAUD-Anakbermainbelajar----Setelah anak belajar di sekolah dan kembali pulang kerumah, kegiatan belajar yang sebaiknya dilakukan anak sepulang sekolah adalah bermain dan belajar kembali. Belajar bisa dalakukan dimana saja dan kapan saja. Belajar sepulang sekolah sudah merupakan sebuah kewajiban yang dilakukan oleh anak. Jam belajar di sekolah hanya beberapa jam saja. Di Taman Kanak-kanak kegiatan pembelajaran sudah dimulai pada pukul 08.30 dan berakhir pada pukul 11.00. Dengan durasi waktu demikian pastilah anak tidak seluruhnya mampu memahami sekaligus seluruh kegiatan pembelajarannya di sekolah.
Family-quality time : Foto-Pixabay.com
Sepulang sekolah, setibanya di rumah para anak setelah selasai berganti pakaian dan membersihkan diri, seharusnya melakukan beberapa kegiatan yang wajib untuk dilakukan serta dibiasakan. Berikut ini kegiatan yang sebaiknya dilakukan oleh anak sepulang sekolah, baik dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang tua.1. Makan siang
Tentunya kegiatan pembelajaran disekolah sejah pagi hingga siang hari sangat menguras tenaga anak. Mengisi kembali energi dengan makan siang wajib dilakukan sepulang sekolah. Orang tua Anak bisa menerapkan menu makanan sehat yang sudah diperoleh dan dikonsultasikan di sekolah. Tetapi kalo belum mampu membuat masakan ini, maka sebaiknya orang tua bekerja sama dengan sekolah yang menganjurkan kepada orang tua tentang jenis makanan sehat dan bergizi seimbang.
Berapa sebenarnya porsi makan peserta didik yang tepat agar tetap sehat tersebut ?
Jawaban terhadap pertanyaan ini sangat relatif sekali. Ada anak yang kenyang dengan hanya memakan satu piring nasi dengan lauk tahu tempe, ada juga anak yang masih lapar setelah menghabiskan dua piring nasi dengan lauknya. Yang terpenting adalah bukan tentang jumlah makanan, melainan menu makanan yag dimakan dan makanlah yang cukup. Jangan makan hingga perut benar-benarkenyang sampai sakit perut. Bukannya tambah sehat malah menyebabkan sakit. Jadi penting untuk diperhatikan menu makanan yang dimakan dan sesuai dengan kebutuhan.
2. Tidur siang
Mungkin beberapa dari anak tidak terbiasa dengan tidur siang sepulang sekolah. Beberapa anak lebih memilih untuk bermain dengan temannya dari pada beristirahat tidur sejenak. Tidur siang tidak harus lama, disarankan cukup 15 menit saja. Dengan tubuh dapat tidur siang sejenak, maka tubuh akan kembali segar dan siap untuk melakukan aktivitas hingga sore nanti.
3. Mengulang kegiatan di sekolah
Setelah tidur siang maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh peserta didik adalah mengulang kembali pembelajaran yang diterima di sekolah. Penting sekali untuk mengulang kembali pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Dengan kegiatan ini maka peserta didik tidak lupa kegiatan yang dilakukan di sekolah.
Apa yang dilakukan saat mengulang kembali pelajaran?
Beragam cara bisa peserta didik lakukan untuk mengulang kembali pembelajaran. Orang tua dapat membaca buku penghubung dari guru oleh orang tua yang sudah dibuat. Buku penghubung memberikan garis bawah pada kegiatan yang telah dilakukan di sekolah yang dipertegas oleh guru, dengan pedoman ini, orang tua dapat menentukan apa yang akan dilakukan dirumah dalam mengulang pembelajaran di sekolah. Selain itu orang tua dapat membantu mengulang kembali kegiatan di sekolah utnuk memperkuat kemampuan yang didapatkan peserta didik di sekolah.
4. Gerakan 18 - 21
Gerakan 18 - 21 yaitu melakukan quality time keluarga selama 60 menit antara jam 6 sore sampai dengan jam 9 malam dengan melaksanakan 3B (Belajar, Bermain dan Berdiskusi). Kegiatan ini diharapkan juga dapa melibatkan peran orang tua, dalam rangka memberikan perhatian pada anak dengan waktu yang berkualitas bersama anak di rumah.
Baca Juga : 9 Tips Menemukan Waktu Berkualitas Bersama Keluarga di sini !!
Demikianlah Artikel singkat tentang cara medidik anak di rumah sepulang sekolah, semoga artikel ini bermanfaat untuk ayah dan bunda, serta para pendidik PAUD sekalian dalam rangka membantu anak dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan belajarnya di rumah. Terimakasih sudah berkunjung kembali di blog PAUD-Anakbermainbelajar ini. Semoga sukses. Wassalam.
Akhmad Solihin 19.14.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaCARA MENDIDIK ANAK DI RUMAH SEPULANG SEKOLAH
PAUD-Anakbermainbelajar---Bunda - Yanda, Pola asuh adalah proses interaksi antara orang tua dan anak dalam mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, intelektua, dan spritual sejak anak dalam kandungan sampai dewasa. Pola asuh dilakukan di rumah pada masa Pandemi Covid-19 ini juga harus mengacu pada pola asuh yang baik sesuai dengan perkembangan anak.
Pola asuh yang baik harus diterapkan sejak usia dini. Pola asuh yang baik juga memiliki beberapa pokok yang perlu diperhatikan agar pola asuh anak menjadi efektif. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda -beda sehingga orang tua harus selalu berfikir kreatif untuk menyesuaikan pola asuh mereka. Berikut beberapa Pola Asuh Anak Usia Dini secara efektif yang juga dapat diterapkan Pasca Pandemi Covid-19 New Normal.a. Ayah dan Ibu harus Kompak
Ayah dan ibu bersatu dan sebaiknya sering berdiskusi mengenai tumbuh kembang anak. Tetapkan nilai-nilai yang akan ditanamkan dalam keluarga secara bersama. Diskusikan setiap kebutuhan tumbuh kembang anak kita. Ayah dan Ibu harus sependapat dan sejalan dalam mendidik anak-anak. Jangan sampai salah satu berkata boleh dan yang satunya berkata tidak. Hal tersebut bisa membuat anak kebungunan akan ketidak kompakan di rumah ini.
Kekompakan ayah dan ibu juga dapat menjadi contoh, dan dapat melatih anak untuk menjadi baik dan mampu bekerjasama dalam lingkungan berkelompok dan memiliki kemampuan kerjasama yang tinggi dengan orang lain. Ini tentunya dapat menjadi bekal pelajaran berharga untuk anak dimasa depan dalam hal pengelolaan dan manajemen sumber dayanya kelak.
b. Orang Tua Memberikan Contoh yang Baik
Dalam teorinya anak adalah peniru yang hebat. Anak mampu melihat dan mencontoh apa yang dilakukan orang tua dan orang-orang disekitarnya. Karena itu berikan contoh yang baik agar anak tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baik. Ajarkan anak tentang perilaku yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukannya.
Berikan anak pujian atas tindakannya yang baik dan diskusikanlah dengan anak apabila dia bertindak tidak baik. Berikan penjelasan yang dapat dimengerti anak dengan mudah sesuai dengan usianya, agar anak tidak lagi mengulangi kesalahannya tersebut.
c. Komunikasi Efektif
Pola asuh Anak Usia Dini yang efektif juga ditumpu oleh komunikasi efektif. Komunikasi adalah kunci utama dari setiap hubungan. Komunikasi yang intensif dan efektif membantu perkembangan anak dari segi sosialnya. Semakin sering orang tua berkomunikasi dengan anak, anak menjadi lebih percaya diri, lebih ceria, dan mempengaruhi kecerdasan anak. Sering-seringlah anak untuk berkomunikasi bisa melalui menceritakan apa yang dilakukan di sekolah, melatih anak memberikan pendapat tentang hal-hal di sekitarnya, ataupun membuka pertanyaan terbuka agar anak aktif bercerita.
Dalam hal komunikasi efektif ini, orang tua usahakan untuk menatap pada anak secara langsung agar anak merasa diperhatikan. Jangan berusaha berkomunikasi banyak sambil melakukan hal lain dengan sibuk. Pastikan interaksi anda dengan anak berjalan efektif. Dengan begitu anak juga akan tumbuh kembang menjadi anak yang mendengar kata-kata orang tuanya.
d. Disiplin
Kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam mengasuh anak. Anda bisa mengajarkannya dari hal-hal kecil seperti merapikan mainannya setelah digunakan, membersihkan tempat tidur, menaruh barang pada tempatnya dengan rapi, atau lainnya.
Pola disiplin ini sesuai dengan tahap usia anak. Pada anak dengan usia sekolah, Anda bisa mengajarkannya membuat jadwal harian dan memberikan reward misal stiker pada kegiatan yang dilakukan.
e. Orang Tua Harus Konsisten
Orang tua harus konsisten terhadap penjelasan yang diberikan pada anak. Misalnya apabila batuk tidak boleh minum es. Namun ketika tidak batuk anak diperbolehkan minum es sebanyak apapun. Berikan penjelasan yang sesuai sehingga dalam beberapa situasi anda tidak perlu mencari alasan-alasan lain untuk anak bisa mengerti. Berikan penjelasan yang akurat dan dimengerti anak.
f. Berikan Pujian dan Sentuhan Sayang
Apabila anak berbuat baik, berikan pujian, perlukan, atau ciuman agar anak merasa senang dan bangga melakukan hal tersebut. Perhargaan seperti demikian akan memicu anak untuk melakukan hal-hal baik lainnya. Perhatikan setiap respon yang diberikan anak meski hal tersebut sangat kecil, dan berikan pujian. Menurut penelitian otak anak akan berkembang baik dari setiap pujian yang diberikan orang tua dan sebaliknya sel syaraf anak mengalami kematian setap anak dimarahi atau merasa tertekan.
g. Sopan Santun
Ajarkan anak untuk mengenal sopan santun pada orang lain dan orang yang lebih tua. Bawa anak untuk melihat dan mempraktikan interaksi dengan orang lain seperti menjawab pertanyaan, mengucap pemisi, tersenyum, berjabat tangan, mengucapkan terimakasih, menundukan kepala, dan lainnya.
h. Berdasarkan pada agama yang dianut
Agama merupakan perdoman hidup setiap umat yang wajib diajarkan sejak dini. Agama mengajarkan kebaikan dan pembentukan karakter berdasarkan agama baik untuk membentuk anak. Agama mengajarkan akan Tuhan, surga, dan neraka.
Pemahaman dasar itu akan membentuk anak memiliki rasa takut untuk berbuat hal yang buruk karena takut masuk neraka. Sebaliknya perbuatan baik akan membawanya ke surga anak akan berlomba-lomba melakukan kebaikan.
i. Pola Demokratis
Berikan kesempatan setiap saat pada anak untuk mengungkapkan perasaannya dan pendapatnya tentang sesuatu. Orang tua mendengarkan dengan seksama, apabila pendapat anak melenceng orang tua harus meluruskannya.
Anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri dan bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik. Hal ini membuat hubungan anak dengan orang tua juga semakin mudah.
j. Bersifat Terbuka dan Update
Perbedaan generasi orang tua dengan generasi anak patut dipertimbangkan. Pada generasi masa kini, banyak hal yang justru berkembang baik. Berbagai profesi kreatif juga bermunculan dan lebih memiliki prospek yang tinggi dari hanya sekedar pegawai kantoran atau pegawai negeri yang dulunya sangat diimpikan semua orang tua.
Orang tua harus bersikap terbuka terhadap keinginan, bakat, dan cita-cita anak. Orang tua juga harus senantiasa mendukung dan membantu anak dalam meraih cita-citanya. Semua itu tentu tidak terlepas dari pengawasan orang tua.
k. Orang Tua harus tegas
Hal ini hampir mirip dengan melatih kedisiplinan pada anak. Terkadang anak saat menginginkan sesuatu merasaharus dituruti, berlaku seenaknya, manja, melakukan kesalahan disengaja, menangis tanpa alasan, bertengkar dengan teman, atau situasi lainnya. Orang tua harus tegas dan siap mengambil langkah ketika situasi seperti ini terjadi.
Cara mendisiplinkan anak dari perilaku seenaknyaini bisa dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara ini sudah sangat sering dipraktikan daam dunia parenting yaitu seperti memberian hukuman yang sama tiap kali anak melakukah hal negatif. Contohnya, apabila anak melakukan kesalahan hukum anak dengan berdiri, keuda tangan diangkat selama 5 menit.
i. Ajarkan Berbagi
Mengajarkan cara dan manfaat berbagi dengan orang lain juga perlu ditanamkan sejak dini agar anak tumbuh dengan tidak egois dan juga memperdulikan orang lain. Kepuasan akan berbagi perlu dirasakan oleh anak menjadi suatu hal yang membawa kebahagiaan bagi dirinya maupun orang lain.
Beberapa poin di atas mengungkapkan tentang pola asuh anak yang efektif dalam keluarga. Mengasuh anak memang bukan pekerjaan mudah dan dapat berlangsung secara terus menerus. Anak yang baik dan berkualitas tinggi tentu berasal dari pola asuh yang baik juga. Pentingnya peranan orang tua dalam hal ini menuntut orang tua yang memiliki cukup pengetahuan dalam mengasuh anak.
Orang tua juga harus senantiasa selalu belajardan belajar karena anak akan terus tumbuh dan berkembang memunculkan sifat-sifat baru yang mungkin terkadang cukup unik dan perlu diarahkan agar tidak melenceng ke arah negatif.
Demikianlah tentang Pola asuh yang baik bagi orang tua dimasa New Normal yang baru di rumah dan lembaga PAUD. Semoga bermanfaat. terimakasih.
Akhmad Solihin 12.13.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaPOLA ASUH YANG BAIK BAGI ORANG TUA DI MASA NEW NORMAL
PAUD-Anakbermainbelajar-----Perkembangan merupakan proses bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang bersifat kompleks dengan pola yang teratur dan dapat diramalkan, hal ini merupakan hasil dari proses pematangan. Peristiwa perkembangan ini biasanya berkaitan dengan masalah psikologi seperti kemampuan gerak kasar dan halus, intelektual, sosial dan emosional.
Perkembangan anak juga terjadi dalam tataran kecerdasannya, yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain pada anak itu sendiri. Bermain sendiri merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Setiap saat anak ingin selalu bermain. Karena itu kegiatan bermain sangat bermanfaat untuk mendukung seluruh aspek perkembangan anak, terutama perkembangan intelektual atau kecerdasannya.
Manfaat bermain memang dapat meliputi seluruh aspek perkembangan anak seperti diuraikan oleh teori Howard Gardner (Multiple Intelegence) berikut :
a. Linguistic Intellegence (Kecerdasan Bahasa)
Kecerdasan Bahasa meliputi kemampuan berbahasa secara lisan dan tulisan. Kemampuan ini dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan. Orang yang memiliki kecerdasan berbahasa dapat menjadi pengacara, presenter, pengarang, dan lain-lain. Bagian otak yang bertanggung jawab untuk kemampuan ini adalah broca area. Orang yang mengalami kerusakan daerah ini membuat dia kesulitan dalam meletakan kata demi kata bersama menjadi satu kalimat walaupun dapat mengerti arti kata-kata tersebut.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan bahasa antara lain:
- Membaca buku yang sudah dikenal anak
- Betepuk tangan dengan ritme berulang, misalnya: plok plok - plok plok plok, plok plok - plok
- Bermain tepuk tangan sambil menyebutkan nama anak, misalnya: A - ni - ta, A - ni, Mar - li - na, sa - e - ful, dst.
- Merangkai dengan berbagai huruf
- Bernyanyi dengan gerak dan irama sederhana, dilakukan secara berulang-ulang
- Membaca buku bersama anak secara berulang terus-menerus
- Menghadirkan buku-buku yang paling disukai anak.
b. Logical Mathemathic Intelligence (Kecerdasan Logika Matematika)
Kecerdasan Logika Matematika meliputi kemampuan menganalisa masalah yang bersifat logis matematis dan menginvestigasi masalah secara ilmiah (scientific thingking). Kemampuan ini melibatkan sejumlah bagian pusat berpikir di otak.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan matematika antara lain mengenal deretan angka, bermain dakon, mengukur berat, mencocokan, pengukuran panjang-pendek, mengurutkan kecil-besar, mengurutkan bilangan, bermain domino angka, menghitung benda, tebak angka, mengukur volume, menyusun pola dengan meroce, dll.
c. Musical Intellegence (Kecerdasan Musik)
Kecerdasan musik meliputi kemampuan dalam penampilan (performance), komposisi dan apresiasi bentuk-bentuk musik. Bagian otak yang memperoduksi kemampuan di bidang musik terletak di otak bagian kanan.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan musik antara lain bermain gerak dan lagu, menari, bermain alat musik dengan pukul, petik atau tekan, bermain music dengna maracas, bernyanyi lagu dengan irama sederhana yang diulang-ulang disertai gerakan sederhana, dll.
d. Bodily-Kinestetic Intelligence (Kecerdasan Olah Tubuh)
Kecerdasan Olah Tubuh merupakan kemampuan menggunakan seluruh bagian-bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau melakukan suatu gerak yang menghasilkan produk (pertunjukan). Orang yang memiliki kemampuan kecerdasan kinestetik antara lain penari, atlit, aktor, dokter bedah, mekanik dan lain-lain. Bagian otak yang memproduksi kemampuan ini adalah Cortex di kedua belahan otak (Hemisphere).
Contoh kegiatan bermain bagi anak untuk mengembangkan kecerdasan bermusik antara lain menari, menirukan gerakan binatang, bermain gerak dan lagu, mengikuti gerakan senam sederhana, bermain bola, main engrang, main layang-layang, berjalan di atas papan titian, dll.
e. Visual Spatial Intelligence (Kecerdasan Bentuk dan Ruang)
Kecerdasan bentuk dan ruangmerupakan kemampuan mengorganisasi dan memanipulasi gambar dan ruangan yang lebar. Orang yang memili kecerdasan ini lebih mudah bekerja di bidang pilot, navigator, pemain catur, arsitek, grafis, dan lain-lain.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan bentuk dan ruang antara lain bermain balok unik, leggo, melukis, menggambar, membuat rumah-rumahan dengan balok kayu atau potongan lego, menggambar, menyusun kepingan-kepingan kayu bergambar.
f. Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Interpersonal)
Kecerdasan Interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti maksud, motivasi dan hasrat orang lain serta secara konsekuen bekerja efektif dengan orang lain walaupun semua tidak begitu tampak. Contoh : Guru, politikus, orang-orang yang bekerja di klinik (perawat), penjual maupun pemuka agama. Bagian otak yang memegang peranan dalam hal ini adalah Lobus Frontal (Cortex bagian depan).
Kerusakan daerah ini menyebabkan perubahan besar pada personality, dan orang tersebut seolah-olah menjadi orang lain.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan interpersonal antara lain bermain peran, bermain boneka anak dengan binatang, bermain boneka dengan aksesoris, dll.
g. Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Intrapersonal)
Kecerdasan Intrapersonal merupakan kemampuan untuk mengerti diri sendiri (keinginan, maksud, ketakutan), memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dengan efektif dan memanfaatkan informasi untuk mengatur kehidupannya sendiri (self regulator). Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal tinggi mempunyai semangat hidup yang tinggi (bergairah). Bagian otak yang mengatur kemampuan ini ada di Frontal Lobe. Kerusakan pada Frotal Lobe bagian bawah akan menyebabkan irritability atau euphoria, sedangkan bila terjadi kerusakan di bagian atas dapat menyebabkan apatis, lamban dan peragu.
Contoh kegiatan bermain untuk pengembangan kecerdasan Intrapersonal antara lain bermain peran, melatih menyampaikan pikiran dan perasaan di depan teman, bermain ekspresi, dll.
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini berkaitan dengan seluruh yang terdapat di alam dunia ini. Kecerdasan ini sangat sensitif untuk disimulasikan dengan semua aspek alam, mencakup bertanam, bintang, cuaca, dan gambaran fisik dari bumi. Di dalamnya mencakup keterampilan menggali berbagai kategori dan varitas dari binatang, serangga, tanaman dan bunga. Ini mencakup kemampuan menanam sesuatu, memlihara dan melatih binatang. Ini juga mencakup kepekaan untuk dan mencintai bumi, sebagaimana keinginan untuk memeliharanya dan melindungi sumber-sumber alam.
Contoh kegiatan:
- Mencatat fenomena alam yang melibatkan hewan, tanaman, dna hal-hal sejenis
- Memperlihatkan pemahaman yang mendalam dalam topik-topik yang melibatkan sistem kehidupan.
i. Kecerdasan Eksistensional
Anak mengenal dirinya adalah bagian dari alam semesta, bangsa dan negara, masyarakat, dna keluarganya. Anak mengerti apa yang harus diperbuat untuk Tuhannya, dirinya, bangsa dan negara, masyarakat, dan keluarga. Anak dapat mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan secara komprehensif.
Contoh: Anak dapat menempatkan diri di manapun ia berada.
j. Kecerdasan Spritual
Kecerdasan yang berkaitan dengan kejiwaan, agama, kepercayaan, keyakinan dan prisip atau philosofi hidup. Bagi masyarakat yang religius dianggap sebagai kecerdasan terpenting atau yang paling menentukan. Sebagai pondasi dalam mengeksplorasi dan memberdayakan jenis kecerdasan-kecerdasan lainnya.
Contoh: Anak yakin dan percaya ciptaan Tuhan
Semua kecerdasan di atas harus dikembangkan secara seimbang. Dengan demikian guru perlu merancang kegiatan main yang bervariasi untuk mengembangkan tujuh kecerdasan tersebut.
Demikian tentang aspek perkembangan yang dapat dikembangkan melalu bermain berdasarkan teori Gardner, Semoga bermanfaat. Terimakasih sudah berkunjung diblog PAUD-Anakbermainbelajar ini. Semoga sukes selalu. Wassalam....
Sumber : Dirangkum dan disarikan dari berbagai sumber..
Foto : Gambar gratis - Pixabay.com.
Akhmad Solihin 13.27.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaASPEK PERKEMBANGAN YANG DAPAT DIKEMBANGKAN MELALUI BERMAIN BERDASARKAN TEORI GARDNER
MANFAAT AKREDITASI SATUAN PAUD DIKMAS (PNF)
Adapun manfaat dari akreditasi untuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Satuan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) pendidikan Non Format (PNF) adalah sebagai berikut :
1. Mendorong Satuan PAUD dan Dikmas agar selalu berupaya meningkatkan mutu program PAUD dan Dikmas secara berkelanjutan, terencana, dan kompetitif di tingkat kabupaten/kota, provinsi, regional, nasional, bahkan internasional.
2. Memanfaatkan semuya informasi hasil akreditasi yang handal dan akurat sebagai umpan balik dalam upaya meningkatkan kinerja satuan PAUD, Dikmas, dan Kursus.
Memoratorium Akreditasi dan BAN PAUD dan PNF Tahun 2020
1. Memasuki tahun 2020, pemerintah menetapkan memoratorium (penundaan) akreditasi dan di saat yang bersamaan muncul pandemi Corona Virus Disease 19 (Covid-19);
2. Kebijakan moratorium memberikan kesempatan kepada BAN PAUD dan PNF untuk melakukan peninjauan kembali seluruh sistem dan kelengkapan perangkat akreditasi;
3. Kondisi pandemik Covid-19 yang belum kunjung reda mengharuskan penyelenggaraan kegiatan BAN PAUD dan PNF dilakukan dengan menerapkan tata cara kerja bekerja dari rumah (Work From Home) dan bekerja dan kantor (Work From Office);
4. BAN PAUD dan PNF pada tahun 2019 telah berhasil memperbarui dan mengembangkan dengan mengimplementasikan Instrumen akreditasi EDS-PA basis Compliance dan Instrumen Penilaian Visitasi berbasis performance.
Demikian memoratorium akreditasi satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2020, Semoga informasi singkat ini bermanfaat. Terimakasih sudah berkunjung di blog PAUD-Anakbermainbelajar ini. Semoga Sukses selalu.
Akhmad Solihin 13.13.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaMEMORATORIUM AKREDITASI SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) TAHUN 2020
PAUD-Anakbermainbelajar---Secara sederhana, sentra diartikan sebagai suatu wadah yang diasiapkan guru bagi kegiatan bermain anak. Melalui serangkaian kegiatan main tersebut, guru mengalirkan materi pembelajaran yang telah disusun dalam bentuk lesson-plan. Rangkaian kegiatan itu harus saling berkaitan dan saling mendukung untuk mencapai tujuan belajar harian dan tujuan belajar pada semua sentra dalam ssatu harus harus sama. Setiap sentra memiliki center point dan semua mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah direncanakan tim guru.
Adapun Tiga jenis bermain yang dikenal dalam penelitian anank usia dini (Weikart, Rodgers, & Adcock, 1971) dan teori dari Erik Erikson, Jean Piaget Lev Vygotsky, dan Anna Freud yaitu:
1. Sensorimotor atau main fungsional
2. Main Peran (Mikro dan Makro)
3. Main pembangunan (sifat cair/bahan alam dan tersetruktur).
Baca juga selengkapnya tiga jenis main dalam bermain di PAUD !!
Dalam pendekatan Sentra, ada tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan, mulai saat anak memasuki lingkungan sekolah kelompok mainnya hingga menyelesaikan kegiatan bermain dan kembali menuju rumah. Setiap tahapan itu terekam dalam laporan harian kegiatan guru, yang akan menjadi bahan untuk mengukur perkembangan anak, serta pada akhirnya memberian respond dan stimulasi yang tepat agaar kemampuan anak berkembang secara optimal.
Secara garis besar, perekaman kemampuan setiap anak mengacu paa tolak ukur kemampuan klasifikasi yang dibangun melalui serangkaian aktivitas yang menggunakan benda-benda (main) konkret. Dengan benda-benda itu anak mengenal warna, bentuk dan ukuran. Secara bertahap pula anak belajar untuk mengenal ciri-ciri, tanda-tanda dan sifat-sifat benda dan kejadian. Kemampuan mengklasifikasi dibangun, baik saat bermain maupun saat membereskan mainan. Terbangunnya kemampuan klasifikasi pada hal-hal yang konkret adalah bekal mutlaj anak agar kelam mereka mampu mengkalisifikasi hal-hal yang abstrak, mampu membedakan manay ang benar dan mana yang salah, seta terbiasa menyikapinya dengan tepat.
Dalam hal penerapan disiplin, misalnya, sering guru atau orang tua menghadapi masalah atau bahkan tidak tahu lagi bagaimana upaya mendisiplinkan anak. Keadaan ini biasanya bermuara pada hukuman, yang umumnya justru kontra produktif bagi perkembangan anak. Yang kerap tidak disadari oleh orang tua atau guru adalah, bagaimana anak sanggup melakukan sesuatu sesuai dengan aturan atau yang sering dikenal hidup yang berdisiplin, jika dia belum memiliki referensi yang kuat menyangkut makna disiplin.
Sentra membantu anak mendapatkan referensi itu, antara lain, dengan cara simulasi langsung menyangkut suatu aturan. Anak menjadi mengerti mengapa dan untuk apa aturan itu dibuat. Contoh, pada saat main balok, anak belajar memahami bahwa balok digunakan untuk membangun. Jika balok digunakan untuk hal lain bisa menimbulkan bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain karena sifat dan bentuknya, yaitu terbuat dari kayu dan mempunyai sudut.
Contoh lain, aturan agar anak berjalan jika berada dalam ruangan. Jika anak berlari, maka bisa menimbulkan tabrakan, baik dengan orang maupun dengan benda-benda. Anak diajak untuk menemukan pengertian bahwa berlari bisa dilakukan di lapangan berumput, karena disana tidak banyak orang-orang maupun benda-benda dan jika dia jatuh tidak akan berbahaya.
Salah satu elemen penting yang membedakan pendekatan sentra dengan pendekatan kelas tradisional adalah pengajaran tidak langsung (non-direct teaching). Pada program ini guru tidak menyuruh, tidak melarang dan tidak boleh marah pada anak. Apapun yag dilakukan oleh anak itu muncul dari anak itu sendiri, guru dapat membantu dengna memberikan pijakan pada anak. Pendekatan Sentra menekankan proses pembelajaran yang berpusat pada anak, sedangkan guru lebih berfungsi sebagai motivator dan fasilitator.
Menurut Jean Piaget (1972), anak seharusya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru, tentu saja, bisa menuntut anak-anank dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dalam memahami sesuatu ia harus membangun pengertian itu sendiri. Ia harus menemukannya sendiri.
Elemen ini penting karena dengan menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengalaman-pengalaman bermain yang menyenangkan, pengetahuan itu akan memiliki akar yang karena menyatu dalam proses perkembangan kemampuan berpikir anak. Selain itu, seperti kata Holt (1964).
"Kita tidak mengetahui pengetahuan apa yang paling diperlukan anak di masa depan, oleh karena itu, tidak ada gunanya untuk mengajarkan sekarang. Sebaiknya kita membantu anak sekarang untuk makin mencintai dan makin pandai belajar sehingga dapat belajar segala sesuatu pada saat dibutuhkan."
Dalam pendekatan Sentra, anak dirangsang untuk aktif belajar melalui kegiatan bermain. Seluruh kegiatan pembelajaran befokus pada anak sebagai subyek pembelajar. Sedangkan pendidik lebih banyak berperan sebagai motivator dan fasilitator dengan memberikan pijakan-pijakan (Scaffolding). Pijakan itu dapat digambarkan seperti daam proses pengecoran bangunan bertingkat. Untuk mendapatkan kondisi lantai bagian atas yang kokoh, diperlukan tiang-tiang penyangga saat mengecornya. Bila betonnya sudah keras, maka bangunannya telah kokoh, tiang-tiang penyangga dapat dilepas karena tidak dibutuhkan lagi.
Semua itu lakukukan selama anak bermain. Dalam pendekatan ini anak diberi kesempatan untuk bermain secara aktif dan kreatif di sentra-sentra pembelajaran yang tersedia guna mengembangkan dirinya.
Sendiri digunakan sebagai wadah kegiatan bermain anak. Dengan Sentra, kemampuan dan keterampilan anak dibangun melalui bermain tanpa tekanan dan paksaan dari guru dan lingkungan. anak tidka disuruh duduk rapi dan tangan dilipat di atas meja untuk mendengarkan pengajaran guru.
Sentra membuat anank belajar dengan gembira dan senang. Suasana nyaman dan menyenangkan sangat disarankan. Karena, jika anak dalam kondisi tertekan, kecewa, sedih atau marah (emosi negatif), maka ia tidak akan dapat belajar. Berdasarkan teori yang lahir dari penelitian perkembangan otak, otak pusat berpikir manusia tidak akan berfungsi jika dalam keadaan emosional. Dengan memposisikan anak sebagai subjek bukan objek, dapat membuat seluruh potensi kecerdasan bisa dibangun dan membuat mereka akan tumbuh menjadi anak yang kreatif.
Elemen penting lain dalam pendekatan sentra adalah perhatian intensif pada evaluasi perkembangan kemampuan anak secara individual. Elemen ini mengharuskan adanya aktivitas perekaman perkembangan anak secara individual setiap hari. Secara kontinyu hasil perekaman itu menjadi bahan untuk respons atau stimulasi selanjutnya
Demikian tentang pemahaman pembelajaran dengan Sentra (learning centre) di PAUD, semoga artikel singkat ini bermanfaat. Terimaksih sudah berkunjung di webblog PAUD-anakbermainbelajar ini. Terimakasih. Sukses selalu.
Akhmad Solihin 13.04.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaPEMAHAMAN PEMBELAJARAN DENGAN SENTRA (LEARNING CENTRE) DI PAUD
PAUD-Anakbermainbelajar----9 Tips Menemukan Waktu Berkualitas Bersama Keluarga-Menyulap sekolah, pekerjaan, dan aktivitas bisa menjadi tantangan. Ketika malam saat santai Anda menunjukkan betapa lelahnya Anda dan anak-anak, mungkin keluarga Anda kesulitan menyeimbangkan pekerjaan, sekolah, dan aktivitas.
Ini tidak hanya terjadi pada anda tetapi semua orang. Berikut adalah beberapa tips cepat untuk mengatur berbagai jadwal dan menghabiskan waktu berkualitas bersama sebagai sebuah keluarga:
1. Ciptakan Malam Keluarga
Membuat malam keluarga itu sederhana dan bisa menciptakan kenangan seumur hidup. Entah itu malam nonton film, malam take-out (pikirkan pizza atau Masakan Cina, misalnya), malam permainan, atau malam jalan-jalan keluarga, kuncinya adalah malam setiap minggu ditujukan untuk kebersamaan. Santai dan bicara satu sama lain! Anda mungkin akan terkejut dengan hal-hal yang Anda pelajari dari anak-anak Anda pada malam istimewa Anda.
2. Kenali Teman Anak Anda
Luangkan waktu untuk mengenal teman-teman anak Anda. Membiarkan anak-anak "bergaul" di tempat Anda memberi Anda wawasan yang berharga tentang minat dan motivasi anak Anda serta membantu Anda memahami "kerumunan" yang bergaul dengannya. Untuk anak-anak yang lebih kecil, satu atau dua jam dengan seorang teman dapat mengajarkan berbagi, tanggung jawab, bergiliran, dan sifat-sifat lainnya melalui pembelajaran dan pengalaman yang sebenarnya. Dan jangan lupa bahwa banyak ahli anak menunjukkan bahwa waktu luang untuk bermain dan interaksi sosial bisa lebih baik untuk perkembangan anak daripada terlalu banyak kegiatan yang terorganisir atau terstruktur.
3. Biarkan Anak Anda Memilih Aktivitas dan Minatnya
Jangan menjadi ibu helikopter! Terlalu banyak orang tua yang bermaksud baik mendaftarkan anak mereka untuk kegiatan yang benar-benar tidak mereka minati atau kuasai, kemudian menghadapi konflik dan perebutan kekuasaan. Ini adalah masalah lain jika anak Anda terus-menerus memohon untuk mendaftar kegiatan dan kemudian ingin berhenti, tetapi anak-anak bahkan di usia muda mengembangkan minat dan impian tertentu yang ingin mereka kejar. Dan, kemungkinan besar mereka juga tidak akan menjadi mimpi yang sama dengan yang Anda miliki! Berhati-hatilah dalam memilih pertempuran Anda dan mengakomodasi permintaan aktivitas jika memungkinkan.
4. Pertimbangkan Komitmen Saat Membuat Keputusan
Pertimbangkan apakah anak Anda melebihi jadwal. Semakin banyak aktivitas yang menekankan praktik tambahan dan persyaratan waktu di dunia yang kompetitif saat ini. Anda, sebagai orang tua, harus memutuskan apakah suatu kegiatan cocok untuk anak Anda. Keluarga yang membebani waktu mungkin lebih memilih untuk mendaftarkan anak-anak ke liga rekreasi daripada musim tertentu.
5. Evaluasi dan Tentukan Tingkat Komitmen Anak Anda
Jika anak Anda mengatakan suatu kegiatan "mungkin" menyenangkan, hindari melakukan satu musim atau setahun penuh. Tidak hanya bisa menjadi masalah bagi anak Anda jika dia tidak menyukainya, tetapi akan melanggar pemain / anggota lain yang berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Banyak tim mengandalkan sejumlah pemain atau anak-anak untuk membentuk grup, dan penarikan di menit-menit terakhir dapat memengaruhi semua orang. Jika Anda tidak yakin, pertimbangkan untuk mendaftarkan anak Anda ke kamp kecil atau sesi selama seminggu atau singkat. Jika anak Anda menyukainya, Anda selalu dapat mencari sesuatu yang lebih di masa depan.
6. Tetapkan Tanggung Jawab Keluarga
Jika setiap orang dalam keluarga berpartisipasi dalam beberapa jenis kegiatan, maka pekerjaan rumah tangga secara umum mungkin lebih sulit diselesaikan karena kurangnya waktu. Adakan pertemuan keluarga dan jelaskan bahwa untuk berperan serta dalam kegiatan pengayaan ini, setiap orang harus ikut serta untuk menyelesaikan tugas keluarga. Jika Anda menetapkan ekspektasi di awal, keluhan apa pun akan diminimalkan. Bahkan anak kecil pun bisa membantu menata meja, membersihkan piring, atau membuang tong sampah ke pinggir jalan.
7. Perhatikan Tanda-Tanda Terlalu Berlebihan
Perhatikan tanda-tanda bahwa jadwal anak Anda terlalu padat. Jika nilai anak Anda mulai anjlok atau Anda mendapat pesan yang mengatakan Emma sering tertidur setelah ngemil tengah pagi, Anda mungkin meminta terlalu banyak dari mereka.
Ingatlah usia, kepribadian, dan kemampuan membuat keputusan anak.
8. Mendorong Anggota Keluarga untuk Menjadi Tim
Sebuah keluarga yang bermain bersama, tetap bersama adalah pesannya dan mendorong anak-anak Anda untuk saling mendukung kegiatan dan usaha satu sama lain. Sehingga persatuan dan kebersamaan dalam keluarga akan selalu terjaga. Saling mengasihi dalam kehidupan keluarga sehari-hari.
9. Jaga Keluarga Pertama
Merencanakan waktu keluarga yang berkualitas akan membantu menjaga prioritas Anda tetap lurus, dan akan memastikan keluarga yang lebih bahagia dan dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik dengan lingkungan dan masyarakatnya.
Demikianlah artikel tentang 9 sembilan tips menemukan waktu berkualitas bersama keluarga di rumah, semoga tips ini bermanfaat. Terimakasih sudah berkunjung di blog PAUD-Anakbermainbelajar ini. Semoga sukses. Wassalam.
Source :
Diterjemahkan secara bebas dan perubahan seperlunya dari artikel : 9 Tips for Finding Quality Time With Your Family Juggling school, work, and activities can be a challenge. di https://www.verywellfamily.com/
9 TIPS MENEMUKAN WAKTU BERKUALITAS BERSAMA KELUARGA DI RUMAH
PAUD-Anakbermainbelajar----Makanan yang tidak seimbang baik jumlah maupun jenis gizi merupakan salah satu dari dua faktor penyebab langsung gizi kurang. Memberikan anak dengan makanan bermutu gizi yang baik, akan mencegah anak mengalami masalah gizi kurang. Faktor-faktor selain mutu gizi perlu juga dipertimbangkan agar makanan yang disediakan aman dan diminati oleh anak-anak dan pelajar.
Makanan yang baik adalah makanan yang mengandung jenis dan jumlah zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Selain itu makanan tersebut tidak mengandung bahan kimia dan kontaminan yang yang membahayakan kesehatan anak. Makanan bergizi bukan makanan yang harus selalu ada ayam, daging dan ikan, tetapi dapat diganti dengan makanan nabati seperti: tahu, tempe, atau bahan dari kacang kedele, kacang tanah dan kacang hijua, ataupun telur.
Makanan yang bergizi bukan berarti makanan yang selalu ada ayam, daging dan ikan, tetapi dapat diganti dengan makanan nabati seperti: tahu, tempe, atau bahan dari kacang kedele, kacang tanah dan kacang hijau, ataupun telur.
Agar makanan dari berbagai bahan tersebut mengandung gizi yang cukup dan sekaligus juga bisa dinikmati oleh anak, maka perlu disusun sedemikian rupa dalam suatu daftar perencanaan menu yang akan divariasikan dari hari ke hari, sehingga bisa disebut sebagai menu sehat dan seimbang.
Pengertian Menu Sehat dan Seimbang
Menu Sehat dan Seimbang adalah susunan hidangan sekali makan yang terdiri dari beraneka ragam makanan dan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga secara keseluruhan jenis dan jumlah gizi yang dikandungnya akan dapat memenuhi kebutuhan gizi seseorangguna menjaga kesehatan, memelihara dan perbaikan sel-sel tubuh, proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Keseimbangan gizi diperoleh apabila hidangan sehari-hari terdiri dari sekaligus tiga kelompok bahan makanan yang dalam ilmu gizi dipopulerkan dengan istilah "Tri Guna Makanan".
Peranan ketiga kelompok bahan makanan ini secara jelas tergambar dalam Piramida Makanan seperti berikut ini :
Gambar Piramida Makanan
Pertama sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang yang digambarkan di dasar kerucut. Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah yang digambarkan di dasar kerucut. Ketiga, sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan, digambarkan pada bagian atas kerucut.
Sementara oleh masyarakat luas menu seimbang lebih dikenal dengan istilah empat sehat lima sempurna yang terdiri dari :
1. Makanan pokok yaitu : nasi, jagung, singkong dan susu
2. Lauk-pauk yaitu : ikan, telur, daging, tahu dan tempe
3. Sayur-mayur yaitu : syur urap, tumis berkuah dan lalapan
4. Buah-buah segar seperti : pisang, papaya, jeruk, salak, nangka dan semangka.
5. Susu sebagai pelengkap: susu sapi dan susu kedelai.
Tuntunan agama telah memberikan pedoman apa yang seharusnya kita makan dan apa pula yang seharusnya tidak boleh kita makan. Dalam satu ayat Al-Qur'an disebutkan kita harus makan makanan yang halal dan baik (thoyib). Makan yang baik yang dapat dimakan adalah makanan yang tidak mengganggu dan merusak kesehatan orang mengkonsumsi. Hal ini berkenaan dengan keamanan pangan.
Demikian tentang Cara mengatasi penyebab kurang gizi dengan makanan yang dikonsumsi anak, terutama Anak Usia Dini di lembaga-lembaga PAUD kita, semoga artikel singkat ini bermafaat. terimakasih sudah berkunjung kembali ke blog PAUD-Anakabermainbelajar ini. Sukses selalu.
Akhmad Solihin 12.35.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaCARA MENGATASI PENYEBAB KURANG GIZI DENGAN MAKANAN YANG DIKONSUMSI ANAK PAUD
TIPS MELATIH ANAK YANG MENULIS DENGAN TANGAN KIRI (KIDAL)
PAUD-Anakbermainbelajar--- Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan “metri” yang memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak (Survey, 2009). Menurut (Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya.
Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya.
Standar Antropometri Anak digunakan untuk menetapkan acuan dalam penilaian status gizi dan tren pertumbuhan Anak Indonesia, sebagai rujukan untuk mengidentifikasi anak-anak yang berisiko gagal tumbuh tanpa menunggu sampai anak menderita masalah gizi, serta sebagai dasar untuk mendukung kebijakan kesehatan dan dukungan publik terkait dengan pencegahan gangguan pertumbuhan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak. Standar Antropometri Anak di Indonesia mengacu pada World Health Organization (WHO) Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.
Tabel kategori dan ambang batas status gizi anak :
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO 2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK
PAUD-Anakbermainbelajar----Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Taman Kanak-kanak (TK) sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan usia dini, berada pada jalur pendidikan formal sebagaimana tertuang pada pasal 28 ayat (3) bahwa “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat”. Implikasinya adalah bahwa keberadaan dan penyelenggaraan TK perlu diatur dalam suatu kebijakan tertentu oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional.
A. Pengertian
Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui pembelajaran.
B. Tujuan Penilaian
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik selama mengikuti pembelajaran.
C. Fungsi Penilaian
Fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
- Memberikan umpan balik kepada guru untuk menyempurnakan pembelajaran.
- Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk membimbing perkembangan anak didik baik fisik maupun psikis sehingga dapat berkembang secara optimal.
- Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap anak didik yang memerlukan perhatian khusus.
- Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
- Memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik sebagai bentuk pertanggungjawaban.
- Sebagai informasi bagi orang tua untuk menyesuaikan pendidikan keluarga dengan proses pembelajaran di TK.
- Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak dalam rangka pembinaan selanjutnya terhadap anak didik.
D. Ruang Lingkup Penilaian
Penilaian mencakup dua bidang pengembangan,sebagai berikut:
- Bidang pengembangan diri meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional dan kemandirian.
- Bidang pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.
E. Prinsip-prinsip Penilaian
1. Terencana
Penilaian dilakukan secara terencana sesuai dengan aspek perkembangan yang akan dinilai.
2. Sistematis
Penilaian dilakukan secara teratur dan terprogram.
3. Menyeluruh
Penilaian mencakup semua aspek perkembangan anak baik moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik/motorik, seni.
4. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan anak didik.
5. Obyektif
Penilaian dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan sebagaimana adanya.
6. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi dan mengembangkan anak didik secara optimal.
7. Kebermaknaan
Hasil penilaian harus mempunyai arti dan bermanfaat bagi guru, orang tua, anak didik dan pihak lain.
CARA, ALAT DAN PROSEDUR PENILAIAN
Penilaian dilaksanakan berdasarkan gambaran/informasi tentang perkembangan anak didik yang diperoleh dengan penilaian tertentu. Di dalam pedoman ini disajikan tiga bentuk penilaian yang merupakan alternatif pilihan yang dapat digunakan guru untuk menilai perkembangan anak didik.
A. Penilaian dengan Menggunakan Simbol
Dalam melaksanakan penilaian dengan menggunakan simbol guru dapat memakai cara penilaian berupa :
Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap sikap, perilaku dan berbagai kemampuan yang ditunjukkan anak.
b. Catatan anekdot (anecdotal record)
c. Percakapan
Percakapan adalah cara pengumpulan data melalui interaksi lisan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan atau penalaran anak mengenai sesuatu hal.
d. Penugasan
Penugasan adalah cara pengumpulan data berupa pemberian tugas yang harus dikerjakan anak didik dalam waktu tertentu baik secara perorangan maupun kelompok.
e. Unjuk kerja
Unjuk kerja adalah cara pengumpulan data yang menuntut anak didik untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati, misalnya praktek menyanyi, olah raga, memperagakan sesuatu.
Cara-cara penilaian di atas dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan terintegrasi dengan metode pembelajaran.
2. Alat Penilaian
Alat penilaian yang digunakan adalah :
b. Format catatan anekdot (anecdotal record)
a. Guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pada kemampuan (indikator) yang hendak dicapai dalam satu satuan kegiatan yang direncanakan dalam tahapan waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip penilaian yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan seiring dengan kegiatan pembelajaran. Guru tidak secara khusus melaksanakan penilaian, tetapi ketika pembelajaran dan kegiatan bermain berlangsung, guru dapat sekaligus melaksanakan penilaian. Dalam pelaksanaan penilaian sehari-hari, guru menilai kemampuan (indikator) semua anak yang hendak dicapai seperti yang telah diprogramkan dalam satuan kegiatan harian (SKH).
b. Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:
1). Catatlah hasil penilaian pada kolom penilaian perkembangan anak dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH).
2). Anak yang belum mencapai indikator seperti diharapkan dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan kosong (0).
3). Anak yang sudah melebihi indikator yang tertuang dalam SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/cepat/ lengkap/benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh (●).
4). Jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam SKH, maka pada kolom penilaian dituliskan kata ”semua anak” dengan tanda cheklist (√) misal : semua anak √.
3. Hasil catatan penilaian yang ada dalam satuan kegiatan harian (SKH) dirangkum dan dipindahkan ke dalam format rangkuman penilaian perkembangan anak didik TK.
a. Apabila hasil penilaian pada perkembangan anak dalam 1 bulan pada SKH lebih cenderung memperoleh bulatan penuh maka hasilnya akan dipindahkan bulatan penuh pada rangkuman bulanan dengan selalu memperhatikan proses perubahan perilaku dan kemampuan dalam pembelajaran.
Contoh :
√
√ √
√ √
√
√
b. Apabila hasil penilaian pada perkembangan anak dalam 1 bulan pada SKH lebih cenderung memperoleh bulatan kosong maka hasilnya akan dipindahkan bulatan kosong pada rangkuman bulanan.
Contoh :
√
√ √
√
√ √
√
c. Apabila hasil penilaian pada perkembangan anak dalam 1 bulan pada SKH lebih cenderung seimbang perolehan bulatan penuh dan bulatan kosong maka hasilnya berupa tanda ceklist (√) yang kemudian dipindahkan ke rangkuman bulanan.
Contoh :
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√
√
√
Keterangan :
√ /
} Ketika guru menyimpulkan hasil akhir setiap bulan, hendaknya melihat catatan anekdot
/ √
d. Data dari buku rangkuman selama satu semester dianalisis dan disimpulkan untuk menetapkan gambaran perkembangan anak yang dideskripsikan ke dalam laporan penilaian.
Catatan:
• Hasil catatan penilaian yang ada dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH) di rangkum dan dipindahkan ke dalam satu format rangkuman penilaian yang mencakup bulanan dan semester.
• Untuk menunjukkan ketercapaian indikator, selain menggunakan simbol bulatan penuh,kosong dan ceklist, guru dapat menggunakan simbol lain seperti simbol bintang ( = o, = √, = ●)
• Contoh format rangkuman penilaian perkembangan anak didik TK kelompok A dan B dapat dilihat pada lampiran 8.
B. Penilaian dengan Menggunakan Portfolio
Dalam melaksanakan penilaian dengan portfolio guru dapat menggunakan cara penilaian berupa :
Observasi,Catatan anekdot (anecdotal record), Percakapan, penugasan unjukkerja, selain itu juga kumpulan hasil karya anak.
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung tetapi menggunakan format/ alat penilaian tersendiri. Guru harus mengisi format sesuai dengan SKH yang diprogramkan.
a. Format observasi (lampiran 2)
b. Format catatan anekdot (lampiran 3)
c. Format percakapan ( lampiran 4)
d. Format penugasan ( lampiran 5)
e. Format unjuk kerja ( lampiran 6)
Penilaian dapat juga menggunakan aplikasi yang tersedia di Internet dan android :
3. Prosedur Penilaian
PELAPORAN HASIL PENILAIAN
A. Pengertian
- Uraian perkembangan secara umum.
- Uraian perkembangan kemampuan anak yang menonjol atau lebih pada semua aspek perkembangan.
- Uraian perkembangan kemampuan anak yang masih perlu ditingkatkan pada aspek perkembangan anak.
D. Teknik Melaporkan Hasil Penilaian