PAUD-Anakbermainbelajar---Sebagai salah satu jenjang pendidikan yang penting dalam membentuk kemampuan dasar anak dalam tumbuh kembangnya, Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan penting untuk dapat menghadirkan proses bermain sambil belajar (Play-Based Learning) yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan bermain serta belajar anak.
Apa Itu Belajar Sambil Bermain?
Belajar sambil bermain adalah metode pendidikan yang menggabungkan unsur bermain dalam proses pembelajaran. Anak-anak secara alami memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan cenderung lebih cepat belajar jika mereka merasa senang dan tertarik terhadap sesuatu.
Metode ini tidak hanya mengajarkan konsep akademis tetapi juga membantu dalam perkembangan keterampilan motorik, sosial, dan emosional anak. Dengan belajar sambil bermain, anak bisa memahami konsep tanpa merasa tertekan atau bosan.
Manfaat Belajar Sambil Bermain
Meningkatkan Kreativitas dan Imajinasi
Melalui permainan, anak-anak dapat mengembangkan imajinasi mereka dengan menciptakan cerita, menggambar, atau bermain peran.
Misalnya, bermain sebagai dokter atau koki membantu mereka memahami peran dalam masyarakat.
Mengembangkan Keterampilan Motorik
Permainan yang melibatkan aktivitas fisik seperti melompat, menggambar, atau bermain balok membantu mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar.
Anak belajar mengendalikan gerakan tangan dan koordinasi mata dengan lebih baik.
Meningkatkan Keterampilan Sosial
Bermain bersama teman mengajarkan anak bagaimana berinteraksi, berbagi, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik.
Mereka belajar mengenali emosi diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik.
Mempermudah Pemahaman Konsep Akademik
Menggunakan permainan untuk mengenalkan angka, huruf, warna, dan bentuk membuat anak lebih mudah memahami konsep-konsep dasar.
Misalnya, menggunakan blok angka untuk berhitung atau menyusun kata dengan kartu huruf.
gambaran proses bermain sambil belajar di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini yang ideal adalah dengan memberikan konteks pengalaman belajar yang lekat dengan keseharian.
Beri Konteks Pengalaman Sehari-Hari
Puti, sapaannya, menuturkan bahwa pembelajaran anak usia dini idealnya harus dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak sesuai dengan fase tumbuh kembangnya. Di kegiatan bermain sambil belajar itu pula, guru PAUD harus dapat memberikan konteks pengalaman belajar yang lekat dengan kesehariannya, misalnya, merapikan mainan, membaca buku, berolahraga, dan lainnya.
“Pembelajaran yang ideal bagi anak usia dini adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, hal ini dapat seturut dengan tahapan perkembangannya. Selain itu, penting untuk memberikan konteks pengalaman belajar yang lekat dengan situasi sehari-hari dan nyata. Langkah tersebut telah diterapkan dan tertuang dalam silabus pembelajaran di Rumah Main Cikal.” ungkapnya.
Baca Juga : 3 Alasan Pendidikan Anak Usia Dini Penting Bagi Tumbuh Kembang Anak
Asah Kemampuan Dasar Anak di Berbagai Aspek secara intensif
Selain mengeratkan kegiatan bermain sambil belajar dengan konteks keseharian, gambaran proses bermain sambil belajar di jenjang PAUD harus dapat mengasah dan mengembangkan kemampuan dasar anak di area perkembangannya, misalnya, sensorik-motorik, kognitif, dan sosial-emosional.
“kegiatan bermain sambil belajar idealnya dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan dasar pada area perkembangan kognitif, sensorik motorik, emosi, sosial, moral dan kemandirian.
Asah Kemampuan Dasar Anak di Berbagai Aspek secara Intensif
Selain mengeratkan kegiatan bermain sambil belajar dengan konteks keseharian, gambaran proses bermain sambil belajar di jenjang PAUD harus dapat mengasah dan mengembangkan kemampuan dasar anak di area perkembangannya, misalnya, sensorik-motorik, kognitif, dan sosial-emosional.
“kegiatan bermain sambil belajar idealnya dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan dasar pada area perkembangan kognitif, sensorik motorik, emosi, sosial, moral dan kemandirian.
Akhmad Solihin 09.27.00 PAUD Anakbermainbelajar Indonesia
Gambaran Proses Bermain Sambil Belajar Ideal di PAUD
PAUD Anak bermainbelajar---Sebagai Pendekatan Pembelajaran: Deep learning adalah metode atau strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman mendalam terhadap materi. Pendekatan ini digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, analisis mendalam, dan kemampuan pemecahan masalah. Guru yang menerapkan deep learning dalam pembelajaran sehari-hari akan menggunakan strategi seperti studi kasus, diskusi mendalam, dan penerapan konsep dalam konteks nyata.
Apa itu Deep Learning?
Istilah Deep Learning yang dipakai oleh Mendikdasmen tidak sama dengan istilah Deep Learning yang lazim digunakan dalam ranah Artificial Intelligence (AI). Dalam konteks pendidikan, Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep dan penguasaan kompetensi secara mendalam dalam cakupan materi yang lebih sempit.
Dalam Deep Learning, siswa didorong untuk secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan menyelami topik yang sedang dipelajari, sehingga ia dapat menjelajah lebih dalam dan menikmati keindahan panorama dari topik tersebut.
Pendekatan pembelajaran Deep Learning (belajar secara mendalam) adalah kontras dari pendekatan pembelajaran Surface Learning (belajar di permukaan) yang berusaha membahas banyak materi secara luas dengan mengorbankan proses pemahaman dan peningkatan kompetensi dari para peserta didik. Siswa akhirnya hanya terpaksa menghapal banyak hal tanpa dapat memaknai, memiliki, dan menikmati proses pembelajarannya.
3 Elemen Utama dalam Deep Learning
Menurut Mendikdasmen Abdul Mu’ti, pendekatan pembelajaran Deep Learning dapat tercapai melalui 3 elemen utama, yakni Meaningful Learning, Mindful Learning, dan Joyful Learning.
Melalui proses Meaningful Learning, siswa dapat memaknai hal-hal yang sedang ia pelajari. Kemudian, melalui proses Mindful Learning, siswa dapat menjadi agen aktif yang secara sadar berniat untuk mengembangkan pemahaman dan kompetensinya. Proses Joyful Learning membuat siswa menjadi termotivasi dalam menjalani proses pembelajarannya.
Mari kita bahas ketiga elemen ini secara lebih mendalam!
1. Meaningful Learning
Teori Meaningful Learning yang dicetuskan oleh David Ausubel menjelaskan proses pembelajaran dimana guru membantu siswa untuk mengaitkan konsep baru yang akan diajarkan dengan konsep-konsep yang sebelumnya sudah mereka pahami. Proses belajar Meaningful Learning ini bertujuan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Misalnya, untuk memperkenalkan penjumlahan pecahan, kita bisa mulai dengan penjumlahan benda-benda yang lebih konkret terlebih dahulu.
1 ayam + 2 ayam = 3 ayam
1 bola + 2 bola = 3 bola
1 perlima + 2 perlima = 3 perlima → ⅕ + ⅖ = ⅗
Atau
1 ayam + 2 bebek = 1 unggas + 2 unggas = 3 unggas
1 lusin + 2 kodi = 12 buah + 40 buah = 52 buah
1 perdua + 2 pertiga = 3 perenam + 4 perenam = 7 perenam
2. Mindful Learning
Mindful Learning seringkali dikenal sebagai metakognisi dalam teori pendidikan. Dalam Mindful Learning, siswa diajak untuk senantiasa sadar akan proses pembelajaran yang sedang ia jalani. Kesadaran ini terdiri dari beberapa aspek:
Kesadaran akan hal-hal yang sudah ia pahami atau kuasai sebelumnya,
Kesadaran akan hal-hal yang belum ia pahami atau kuasai,
Kesadaran akan pentingnya pemahaman atau penguasaan kompetensi dari apa yang ia sedang pelajari,
Kesadaran akan alur proses pembelajaran yang sedang ia jalani demi tercapainya pemahaman atau kompetensi yang ingin ia capai,
Kesadaran akan kemajuan pemahaman atau kompetensi setelah merefleksikan proses pembelajaran yang telah ia lewati,
Kesadaran akan hal-hal yang masih dapat dieksplorasi lebih lanjut dalam proses pembelajaran berikutnya.
Dengan demikian, siswa dituntun untuk menjadi agen aktif yang bertanggung jawab atas proses pembelajarannya sendiri.
Berbeda dengan orang dewasa, kesadaran ini bukanlah sesuatu yang dapat timbul secara otomatis dalam diri anak-anak, sehingga guru harus terus-menerus menghidupkan kesadaran ini dari awal sampai akhir proses pembelajaran.
Misalnya, guru bisa membiasakan siswa untuk selalu membuat kesimpulan pembelajaran sendiri di akhir sesi ajar dan merefleksikan perkembangan pemahaman atau kompetensinya. Melalui proses refleksi ini, siswa dapat memahami kekuatan dan kelemahan mereka masing-masing, serta memiliki target yang lebih jelas untuk pembelajaran berikutnya.
3. Joyful Learning
Joyful Learning menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang positif agar siswa dapat menikmati setiap bagian dari proses pembelajaran.
Contohnya, pendekatan pembelajaran melalui permainan (game) atau aktivitas interaktif dapat membuat siswa lebih antusias dalam belajar.
Hal ini penting untuk mendorong anak-anak agar lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan menikmati pengalaman belajarnya. Terlebih lagi jika dipadukan dengan aspek meaningful dan mindful learning, kita berharap siswa dapat memiliki motivasi intrinsik dalam belajar dan akhirnya menjadi pembelajar sepanjang hayat
Belajar sambil bermain. (Sumber: Freepik.com)
Benarkah Deep Learning akan Menggantikan Kurikulum Merdeka?
Pendekatan Deep Learning yang diusulkan Mendikdasmen Abdul Mu’ti ini tidak dimaksudkan sebagai pengganti Kurikulum Merdeka, melainkan sebagai pendekatan pembelajaran baru yang bisa saja diterapkan di dalam kurikulum yang ada.
Artinya, Deep Learning bukanlah kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada pemahaman konsep dan eksplorasi secara mendalam.
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa pendekatan ini di masa depan akan mempengaruhi penyusunan kurikulum di Indonesia, tergantung bagaimana implementasinya berjalan dan dampaknya terhadap peningkatan kualitas belajar siswa.
Saat ini, keputusan untuk mengganti Kurikulum Merdeka masih dalam pertimbangan dan Deep Learning tetap diposisikan hanya sebagai pendekatan pembelajaran yang diutamakan. Terlebih lagi, kita juga ingat bahwa Kurikulum Merdeka sendiri juga sudah mengurangi cakupan topik dan mengedepankan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran dan penguatan kompetensi siswa.
Manfaat Penerapan Deep Learning dalam Pendidikan di Indonesia
Penerapan Deep Learning dalam pendidikan di Indonesia tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa, tetapi juga mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan tuntutan abad ke-21.
Melansir World Economic Forum, salah satu alasan kuat mengapa pendekatan ini diperlukan adalah karena relevansinya dengan kompetensi abad 21 atau 21st Century Skills, yang terbagi menjadi tiga poin besar, yaitu Foundational Literacies, Competencies, dan Character Qualities.
1. Foundational Literacies (Literasi Dasar)
Keterampilan literasi dasar merupakan skill yang dapat membantu siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan inti pada kehidupan sehari-hari. Pendekatan Deep Learning dalam pembelajaran siswa dapat membangun fondasi yang kuat dalam keterampilan ini, sehingga siswa mampu menggunakan kemampuan dasarnya dalam situasi nyata.
Kemampuan ini mencakup beberapa poin sebagai berikut:
Literacy (Literasi) → Dengan pendekatan Deep Learning, literasi siswa tidak hanya dibatasi pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga memahami makna di balik informasi yang diserap.
Numeracy (Kemampuan Numerik) → Daripada hanya menghafal rumus, dengan Deep Learning, siswa didorong untuk memahami konsep dasar matematika, sehingga mereka dapat menerapkannya dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari.
Scientific Literacy (Literasi Sains) → Deep Learning dapat membantu siswa untuk mengaitkan konsep sains dengan kehidupan nyata dan menyelami proses penemuan ilmiah secara lebih mendalam.
ICT Literacy (Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi) → Dengan Deep Learning, siswa dapat mempelajari cara mengelola informasi digital dengan lebih bijak, memahami etika penggunaan teknologi, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Financial Literacy (Literasi Keuangan) → Melalui pendekatan Deep Learning, siswa dapat memahami konsep dasar ekonomi, cara mengelola uang, dan memahami dampak dari setiap keputusan finansial yang mereka lakukan.
Cultural & Civic Literacy (Literasi Budaya dan Kewarganegaraan) → Penerapan Deep Learning memungkinkan siswa memahami nilai budaya dan kewarganegaraan secara lebih mendalam, menghargai perbedaan budaya, serta memahami peran mereka sebagai warga negara yang aktif dan bertanggung jawab.
2. Competencies (Kompetensi)
Kompetensi mencakup cara siswa menghadapi tantangan kompleks, yang meliputi keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Adanya Deep Learning mampu mendorong siswa untuk memiliki pendekatan yang lebih mendalam dan analitis terhadap tantangan yang akan mereka hadapi di masa kini maupun masa mendatang.
Kompetensi mencakup beberapa poin sebagai berikut:
Critical Thinking / Problem Solving (Berpikir Kritis / Pemecahan Masalah) → Deep Learning mengajarkan siswa untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mencari solusi yang inovatif.
Creativity (Kreativitas) → Dalam pendekatan Deep Learning, siswa didorong untuk bereksperimen, menghubungkan ide-ide, dan menghasilkan pemikiran yang original.
Communication (Komunikasi) → Deep Learning memungkinkan siswa untuk berkomunikasi secara lebih efektif dengan membiasakan mereka berbicara, mendengar, dan memberikan umpan balik dalam proses pembelajaran.
Collaboration (Kolaborasi) → Deep Learning akan mendorong siswa untuk belajar bekerja sama dalam tim, menghargai kontribusi rekan satu tim, dan mengembangkan empati.
3. Character Qualities (Kualitas Karakter)
Deep Learning juga membantu siswa untuk membentuk kualitas karakter yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah. Kualitas karakter ini mencakup beberapa poin sebagai berikut:
Curiosity (Rasa Ingin Tahu) → Deep Learning akan membiasakan siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dengan cara mengajak mereka menggali informasi dan bertanya secara lebih mendalam terkait suatu topik.
Initiative (Inisiatif) → Dengan pendekatan Deep Learning, siswa akan dilatih untuk proaktif dan inisiatif dalam mencari jawaban dan solusi.
Persistence / Grit (Ketekunan) → Deep Learning membiasakan siswa untuk bekerja keras, terus mencoba, tidak mudah menyerah, dan mampu memecahkan masalah hingga tuntas, sehingga dapat mengembangkan ketekunan dalam mencapai tujuan.
Adaptability (Kemampuan Beradaptasi) → Deep Learning mampu mendorong siswa untuk terbiasa dengan adanya perubahan, baik dalam proses belajar maupun dalam kehidupan mereka, sehingga mereka lebih fleksibel dalam menghadapi situasi baru.
Leadership (Kepemimpinan) → Pembelajaran berbasis kelompok dalam Deep Learning dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memimpin dan mengambil tanggung jawab.
Social and Cultural Awareness (Kesadaran Sosial dan Budaya) → Deep Learning dapat memfasilitasi siswa untuk membangun kesadaran sosial dan budaya yang kuat, serta menghargai keragaman dan perbedaan sebagai sesuatu yang bisa memperkaya pengalaman belajar mereka.
Dengan diterapkannya pendekatan Deep Learning dalam pendidikan di Indonesia, diharapkan siswa dapat berkembang menjadi individu yang lebih kritis, memiliki pemahaman mendalam, dan mampu berpikir reflektif.
Pendekatan ini sejalan dengan program prioritas Mendikdasmen Abdul Mu’ti yang ingin mencetak generasi muda yang unggul di bidang sains dan teknologi, memiliki moral yang kuat, dan memiliki keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman, utamanya keterampilan abad ke-21 atau 21st Century Skills yang telah dijelaskan di atas.
Baca Juga: Bagaimana Sistem Pendidikan Indonesia Dibanding Negara Lain?
Nah, dengan adanya informasi ini, artinya kamu sebagai siswa perlu mempersiapkan diri dengan lebih matang untuk menyambut tahun ajaran baru 2025 dimana konsep Deep Learning akan diterapkan oleh Mendikdasmen.
Referensi:
Penjelasan Deep Learning dan Surface Learning. Tautan: https://www.youtube.com/watch?v=KnIynokRfd4 (Diakses pada 13 November 2024)
Penjelasan Raker Menteri. Tautan: https://www.youtube.com/watch?v=8lpIOqP7QiI (Diakses pada 13 November 2024)
Ten 21st-Century Skills Every Student Needs [Daring]. Tautan: https://www.weforum.org/stories/2016/03/21st-century-skills-future-jobs-students/ (Diakses pada 13 November 2024)
Mendikdasmen: Deep Learning Bukan Kurikulum, tapi Pendekatan Belajar [Daring]. Tautan: https://narasi.tv/read/narasi-daily/mendikdasmen-deep-learning-bukan-kurikulum-tapi-pendekatan-belajar#google_vignette (Diakses pada 13 Novembe
Konsep Deep Learning untuk Anak Usia Dini
Pembelajaran Mendalam atau Deep learning dalam konteks pendidikan anak usia dini bukanlah tentang teknologi komputer yang rumit. Konsep ini merujuk pada pembelajaran mendalam yang melibatkan berbagai lapisan pemahaman, mulai dari pengenalan dasar hingga aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Untuk anak berusia 3-4 tahun, pendekatan ini diterjemahkan menjadi metode pembelajaran berlapis yang mengembangkan kemampuan berpikir secara bertahap.
Anak-anak pada rentang usia ini memiliki karakteristik pembelajaran yang unik. Mereka belajar melalui eksplorasi, imitasi, dan pengulangan. Otak balita seperti spons yang siap menyerap informasi baru dengan cepat. Oleh karena itu, modul RPP yang dirancang khusus harus mempertimbangkan cara kerja otak anak dalam memproses informasi.
Komponen Utama Modul RPP Kelompok Bermain
Modul ajar atau RPP untuk semester pertama ini terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berkaitan. Pertama adalah analisis karakteristik peserta didik yang mencakup perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional anak usia 3-4 tahun. Setiap anak memiliki keunikan tersendiri, sehingga pendekatan pembelajaran harus fleksibel dan dapat disesuaikan.
Komponen kedua adalah perumusan tujuan pembelajaran yang spesifik, terukur, dan realistis. Tujuan ini harus sejalan dengan standar perkembangan anak usia dini yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan. Misalnya, mengembangkan kemampuan komunikasi verbal, meningkatkan koordinasi motorik halus, atau membangun kepercayaan diri dalam berinteraksi sosial.
Materi pembelajaran dirancang dengan pendekatan tematik yang mengintegrasikan berbagai aspek perkembangan. Tema-tema yang dipilih harus dekat dengan kehidupan anak, seperti keluarga, hewan, tumbuhan, atau lingkungan sekitar. Setiap tema dikembangkan melalui berbagai kegiatan yang menstimulasi seluruh panca indera anak.
Implementasi deep learning dalam kelompok bermain memerlukan strategi khusus yang disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini. Pembelajaran dimulai dari konsep konkret menuju abstrak, dari sederhana ke kompleks, menggunakan berbagai media pembelajaran yang menarik dan interaktif.
Kegiatan pembelajaran dirancang dalam bentuk permainan edukatif yang menyenangkan. Anak-anak belajar sambil bermain melalui aktivitas seperti bernyanyi, menari, bercerita, dan eksperimen sederhana. Setiap aktivitas memiliki tujuan pembelajaran yang jelas namun dikemas dalam bentuk yang tidak membebani anak.
Teknologi sederhana juga dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Penggunaan audio visual, aplikasi edukatif yang sesuai usia, atau alat peraga digital dapat memperkaya pengalaman belajar anak. Namun, penggunaan teknologi harus seimbang dengan aktivitas fisik dan interaksi sosial langsung.
Evaluasi dan Penilaian Perkembangan
Sistem evaluasi dalam modul RPP ini menggunakan pendekatan authentic assessment atau penilaian autentik. Penilaian dilakukan melalui observasi langsung terhadap aktivitas anak dalam berbagai situasi pembelajaran. Portfolio karya anak, dokumentasi foto dan video kegiatan, serta catatan anekdotal menjadi instrumen penilaian utama.
Penilaian tidak hanya fokus pada hasil akhir, tetapi juga proses pembelajaran. Setiap kemajuan kecil yang ditunjukkan anak dicatat dan diapresiasi. Pendekatan ini membantu membangun motivasi intrinsik anak untuk terus belajar dan berkembang.
Persiapan Menuju Implementasi
Keberhasilan implementasi modul ajar RPP kelompok bermain deep learning ini memerlukan persiapan yang matang dari berbagai pihak. Pendidik harus memahami konsep deep learning atau pembelajaran mendalam untuk kelompok bermain dan cara mengadaptasinya untuk anak usia dini. Pemahaman, pelatihan dan workshop secara berkala diperlukan untuk meningkatkan kompetensi pendidik.
Kerjasama dengan orang tua juga menjadi kunci keberhasilan. Orang tua perlu memahami konsep pembelajaran yang diterapkan di sekolah agar dapat memberikan dukungan yang konsisten di rumah. Komunikasi rutin antara sekolah dan keluarga akan memperkuat dampak positif pembelajaran.
Dengan persiapan yang tepat dan implementasi yang konsisten, modul RPP berbasis deep learning ini diharapkan dapat mengoptimalkan potensi perkembangan anak usia 3-4 tahun, mempersiapkan mereka menghadapi tantangan pendidikan di jenjang selanjutnya dengan bekal yang kuat dan karakter yang positif.
KURIKULUM PENDEKATAN DEEP LEARNING UNTUK PAUD
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Guru yang memiliki wawasan pengetahuan, keterampilan dan kreativitas dalam meramu strategi cenderung mampu mengeliminasi penghambat keberhasilan belajar. Sikap profesional guru yang tercermin oleh kompetensi guru perlu dipersiapkan dan ditingkatkan terus menerus. Begitu pula halnya dengan pendidikan pada anak usia dini (PAUD) yang semakin dituntut untuk semakin berkualitas. Hal ini sejalan dengan kebijakan kementrian pendidikan nasional. Percepatan dan perluasan layanan pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu kebijakan strategis yang digulirkan Kementrian Pendidikan Nasional. Sejalan dengan kebijakan tersebut, penambahan dan peningkatan kompetensi dan kapasitas pendidik PAUD menjadi tuntutan yang tidak dapat diabaikan.
Hal ini merupakan tantangan bagi seorang penilik sebagai pengendali mutu sehingga fungsi dan kinerja penilik merupakan salah satu komponen yang memiliki kontribusi positif dalam peningkatan kualitas pendidikan pada program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi nomor 14 tahun 2010. Penilik memiliki tugas utama melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi dampak program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kesetaraan dan keaksaraan, serta kursus pada jalur pendidikan Non formal dan Informal (PNFI).
Berdasarkan ketentuan tersebut tugas penilik di era sekarang menjadi lebih berat, penilik harus mampu memotret mutu satuan pendidikan non formal dan informal dan bahkan mampu melakukan pengendalian mutu yang dilakukan dengan cara : (1) perencanaan program pengendalian mutu PNFI; (2) Pelaksanaan pemantauan program PNFI; (3) Pelaksanaan Penilaian Program PNFI; (4) Pelaksanaan Pembimbingan dan pembinaan kepada pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan PNFI; dan (5) penyusunan laporan hasil pengendalian mutu PNFI. Tugas-tugas tersebut menuntut kompetensi penilik sebagai seorang evaluator sekaligus supervisor dan juga pembimbing.
Akhmad Solihin 08.50.00 PAUD Anakbermainbelajar Indonesia
Strategi Icare di PKG PAUD
Definisi Pembelajaran Mendalam
PAUD-AnakBermainBelajar-Blog---Merujuk pada dasar pengembangan Deep Learning yang digunakan kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa:
Pembelajaran mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna dan menggembirakan melalui olah piker, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu.
Pembelajaran deep learning PAUD adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman konsep secara mendalam. Pendekatan ini mendorong anak-anak untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Deep learning, sebagai bagian dari kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), telah diadopsi di berbagai sektor, termasuk pendidikan. Meskipun konsep deep learning lebih sering dikaitkan dengan teknologi canggih dan pendidikan tinggi, potensi aplikasinya dalam pembelajaran anak usia dini, khususnya di taman kanak-kanak (TK), mulai dieksplorasi. Berikut adalah desain pembelajaran yang mengintegrasikan deep learning untuk TK dengan tetap memperhatikan kebutuhan anak-anak pada tahap perkembangan ini.
1. Pendekatan Visual dan Interaktif
Pembelajaran deep learning untuk anak usia dini harus berfokus pada pendekatan visual dan interaktif. Anak-anak di TK cenderung belajar dengan baik melalui stimulasi visual, seperti gambar, animasi, dan video. Teknologi berbasis AI yang menggunakan deep learning dapat mengidentifikasi pola preferensi anak dan menyesuaikan konten visual sesuai dengan tingkat minat dan perkembangan anak. Misalnya, aplikasi pembelajaran berbasis deep learning dapat mempersonalisasi cerita bergambar atau video edukatif berdasarkan gaya belajar masing-masing anak.
2. Gamifikasi dan Pembelajaran Adaptif
Gamifikasi adalah salah satu strategi efektif untuk memotivasi anak-anak. Deep learning memungkinkan pembelajaran adaptif, di mana sistem pembelajaran dapat menyesuaikan tingkat kesulitan permainan edukatif secara otomatis berdasarkan kemampuan anak. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kemajuan dalam pengenalan angka, permainan dapat bergerak ke level yang lebih menantang. Hal ini memungkinkan setiap anak belajar pada kecepatan mereka sendiri tanpa merasa tertinggal atau bosan.
3. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis
Meskipun deep learning digunakan untuk membantu memahami preferensi dan pola belajar anak, teknologi ini juga bisa mengembangkan keterampilan berpikir kritis anak melalui aktivitas berbasis AI. Contoh implementasinya adalah penggunaan aplikasi interaktif yang meminta anak menyusun teka-teki atau mencari solusi untuk masalah sederhana, dan sistem dapat memberikan umpan balik instan yang membantu anak belajar dari kesalahan.
4. Pendekatan Emosional
Pembelajaran deep learning untuk anak-anak juga harus memperhatikan aspek emosional. Teknologi pengenalan wajah berbasis deep learning dapat mendeteksi ekspresi emosional anak, sehingga aplikasi dapat menyesuaikan materi atau pendekatan pengajaran saat anak merasa frustrasi atau bosan. Ini membantu menciptakan pengalaman belajar yang lebih ramah anak.
5. Pengawasan dan Kolaborasi Guru
Meskipun teknologi deep learning bisa sangat bermanfaat, peran guru tetap esensial. Guru dapat memantau kemajuan anak melalui platform pembelajaran berbasis AI dan memberikan intervensi langsung jika diperlukan. Ini juga membantu guru merancang kegiatan belajar yang lebih personal dan relevan berdasarkan data yang dihasilkan oleh sistem AI.
Contoh Desain Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) di PAUD
1. Praktik Pedagogis
- Pembelajaran berbasis Inkuiri
- Kerja Kelompok, eksplorasi lapangan, presentasi.
2. Lingkungan Pembelajaran
- Ruang Fisik: Lingkungan di sekitar sekolah
- Ruang Virtual: Virtual Field Trip (kunjungan kebun secara Virtual)
- Budaya Belajar: Kolaboratif, berpartisipasi aktif, dan rasa ingin tahu
3. Pemanfaatan Teknologi Digital
- Perencanaan: Modul ajar berbasis teknologi
- Pelaksanaan: Sumber belajar video tentang pertumbuhan tanaman dan stimulasi interaktif tentang pertumbuhan tanaman
- Asesmen: Berbasis TIK
4. Kemitraan Pembelajaran
Penjual Tanaman dilingkungan tempat tinggal.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Contoh Langkah-Langkah Pembelajaran
- Minggu ke-1
Awal (Berkesadaran, Bermakna)
1. Guru membuka pelajaran dengan salam, doa Bersama, dan sapaan ramah untuk menciptakan suasana positif.
2. Guru menerapkan Teknik permainan pemusatan konsentrasi
3. Guru menumbuhkan kesadaran anak bahwa tanaman merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang perlu kita rawat
4. Guru memulai dengan video kondisi tanaman yang terawat dan tidak terawat
5. Guru memberikan pertanyaan pemantik untuk menstimulasi empati peserta didik terhadap tanaman yang tidak terawat. "Apakah kondisi kedua tanaman tersebut berbeda?"
"Mengapa ada tanaman yang tumbuh dan tidak tumbuh?"
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan mengaitkan peran peserta didik "Apa yang dapat kita lakukan untuk merawat tanaman agar tumbuh dengan baik?"
Memahami (Bermakna dan menggembirakan)
1. Guru menstimulasi pengetahuan anak tentang tanaman
- Apa itu tanaman?
- Apa Saja bagian-bagian tanaman?
- Apa yang membuat tanaman dapat tumbuh?
- Bagaimana merawat tanaman agar tumbuh dengan baik?
2. Guru memberikan pengalaman berbagai sumber belajar mengenai tanaman dari video dan stimulasi interaktif
3. Membuat gambar tanaman dan merawat tanaman
Minggu ke-2
1. Anak melakukan kunjungan ke penjual tanaman
2. Anak mengamati tanaman-tanaman di penjual tanaman
3. Anak melakukan tanya jawab dengan penjual tanaman tentang cara merawat tanaman
4. Anak menyimak penjelasan dari penjual tanaman
5. Anak bercerita tentang kunjungan ke penjual tanaman
6. Guru menumbuhkan kesadaran kepada anak mengenai pentingnya menyayangi tanaman.
Minggu ke-3 dan ke-4 (bermakna dan menggembirakan)
1.Anak berdiskusi dengan teman guru pendamping untuk merancang proyek pertumbuhan tanaman
2. Anak menanam tanaman dan mengamati perubahannya
3. Anak mempresentasikan kegiatan proyek pertumbuhan tanaman
4. Guru memfasilitasi diskusi hasil proyek pertumbuhan tanaman
5. Anak memperoleh umpan balik dari guru atau teman-temannya
Minggu ke-4
Merefleksi (berkesadaran dan bermakna)
1. Anak melakukan refleksi pengalaman belajarnya
2. Guru mengecek pencapaian tujuan pembelajaran anak
3. Anak distimulasi untuk menyampaikan peranannhya untuk memelihara tanaman
4. Anak menyampaikan motivasi dirinya untuk terus belajar
ASESMEN PEMBELAJARAN
Minggu ke-4
Penutup
1. Asesmen Awal : Asesmen awal pengetahuan tentang tanaman melalui pertanyaan lisan
2. Asesmen Proses: gambar tanaman dan presentasi proyek dan pengalaman belajar
3. Asesmen Akhir: Catatan anekdot, hasil karya, Observasi.
Pembelajaran Deep Learning untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Meningkatkan Literasi Anak PAUD melalui Bercerita Sejak Dini-Mengenalkan konsep literasi kepada anak, ada berbagai cara salah satunya dengan memberikan cerita atau bercerita. Ini bisa menjadi cara yang efektif sekaligus menyenangkan bagi anak, dalam rangka Meningkatkan Literasi Anak!
PAUD-Anakbermainbelajar---Literasi merupakan keaksaraan atau kebahasaan tulis. Literasi menjadikan bahasa tulis sebagai media untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Literasi menggunakan aksara tulis untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaan pada orang lain. Literasi dalam hal ini bukan berarti hanya aktivitas membaca dan menulis, melainkan ada nilai keberhasilan anak-anak mendapat pelajaran dengan membaca dan menulis.
Literasi untuk anak usia dini berkaitan dengan pengenalan bahasa-bahasa tulis guna memahami dan menggunakan bahasa tulis sebagai media untuk memahami dunia dan mengekspresikan keinginan dan kesenangan. Anak usia dini akan mendalami proses aspek perkembangan bahasanya, ada orientasi untuk bisa memahami tulisan seiring dengan kemampuannya dalam mengembangkan bahasa lisan (Sofie Dewayani, 2018).
Literasi ditanamkan lebih awal kepada anak-anak dimulai dari ruang keluarga. Ruang keluarga merupakan ruang sosial terpenting bagi anak-anak dalam belajar literasi. Keluarga pertama kali belajar literasi melalui interaksi dengan melakukan proses imitasi dan inovasi literasi dengan menjadikan perilaku literasi orang tua sebagai role model-nya. Makin intens dan kompleks kegiatan literasi yang dikondisikan dan dikembangkan dalam lingkungan pendidikan keluarga,akan makin baik pula kemampuan dan keterampilan literasi yang dikuasasi anak. Anak akan berumbuh dan berkembang menjadi individu yang literat.
Berbagai fenomena perilaku literasi anak-anak pun bisa ditemukan dalam lingkungan pendidikan di ruang keluarga. Misalnya, keluarga yang memiliki kegiatan literasi yang melibatkan anak dan orang tua akan membentuk anak yang memiliki kompetensi dan keterampilan literasi baik. Sebaliknya, jika anak-anak dengan orang tua kurang intensif dalam pengembangan literasi di ruang keluarga, anak cenderung memiliki kemampuan dan keterampilan literasi yang tidak baik. Dari sinilah, kemampuan dasar literasi anak tidak akan lepas dari pengaruh lingkungan belajar dalam keluarga.
Belajar bahasa anak usia dini itu komprehensif. Artinya, dalam waktu yang bersamaan anak bisa belajar keterampilan bahasa, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam satu kegiatan bahasa, anak belajar menyimak dan berbicara yang bisa dikombinasikan sekaligus dalam belajar menulis dan membaca. Oleh karena itu, kegiatan literasi dilakukan melalui materi literasi yang yang sesuai dengan perkembangan bahasa sehingga tidak terjadi pemaksaan dan kekerasan bahasa dari aspek psikologi anak-anak. Dalam artikel ini, penulis akan mengkaji dan memformulasikan bagaimana mengembangkan literasi sejak dini melalui kegiatan bercerita dengan memadukan komunikasi menyimak dan berbicara. Artinya, aktivitas bercerita akan digunakan sebagai metode dalam mengembangkan literasi anak usia dini sehingga kemampuan membaca dan menulis anak telah dibangun sejak dini (Siregar & dkk, 2021).
Penelitian dalam artikel ini mengambil subjek anak-anak dan keluarga yang mempunyai aktivitas bercerita di Lingkungan Wadas Kelir, Karangklesem, Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Wadas Kelir merupakan kampung literasi. Sejak tahun 2017, Wadas Kelir dinobatkan menjadi kampung literasi oleh pemerintah Kabupaten Banyumas. Banyak kegiatan literasi yang dilakukan telah berdampak pada masyarakat sekitar, seperti mendongeng, membaca nyaring, tebak kata, dan lainnya. Program literasi dilakukan secara bersama-sama dengan menyediakan program taman bacaan masyarakat untuk meminjamkan buku-buku secara gratis. Anak-anak mendapat buku-buku cerita sebagai bahan belajar di rumah. Dari sinilah, penulis tertarik menganalisis dan menyampaikan kegiatan literasi keluarga bercerita sejak dini. Berikut paparan singkat hasil penelitian penulis.
Bercerita Memudahkan Struktur Bahasa
Kemampuan produksi bahasa anak usia dini sedang dalam proses pemahaman pada kalimat sederhana. Namun, dari aspek kemampuan resepsinya, anak usia dini bisa memahami bahasa dengan tingkat struktur kalimat lengkap. Oleh karena itu, cerita yang disajikan dalam tujuan membangun kemampuan literasi, struktur bahasanya harus sederhana (Afifah & Kuswanto, 2020). Jika melihat di keluarga Bapak Aziz, salah satu subjek penelitian, melakukan aktivitas bercerita kepada Alya Firzanah, terdapat tiga hal penting dalam nilai kesederhanaan sebagai berikut.
Pertama, pilihan kata yang digunakan merupakan kata-kata yang familier dengan anak usia dini. Kata-kata yang konkret serta sudah sering dikatakan oleh Bapak Aziz dan banyak orang di sekelilingnya. Kata ajaib dikenalkan kepada anak dengan kata tematik yang menjadi fokus kegiatan bercerita. Kata yang sifatnya konkret dengan arti petunjuk merujuk pada benda, sifat, dan kegiatan yang ada dan sering dilakukan.
Kedua, struktur kalimatnya singkat dalam satu klausa. Tidak ada kalimat majemuk dan rancu. Kalimat menunjukkan kesederhanaan struktur, yaitu subjek, predikat, objek, perlengkapan, dan keterangan yang tunggal. Tidak ada kalimat ungkapan kias. Kalimat merujuk dunia keseharian anak usia dini. Kalimat bisa berkombinasi dalam membangun imajinasi anak-anak. Kalimat langsung dipahami oleh anak-anak.
Ketiga, bahasanya diutamakan yang liris, yaitu bahasa yang berlagu. Anak usia dini lebih mudah mengingat bahasa dalam satuan liris. Buktinya, anak cepat menghafalkan lagu-lagu, hafal kejadian yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh anak. Bahasa liris harus dibangun dalam struktur cerita untuk anak usia dini.
Aktivitas Bercerita untuk Anak
Kemampuan bahasa anak dimulai dari keterampilan menyimak. Sejak dilahirkan dalam proses pertumbuhan sampai empat bulan, anak tumbuh dalam pesatnya indra pendengaran yang sempurna. Melalui indra pendengar ini, anak menyerap berbagai bunyi dan suara yang tercipta di sekelilingnya. Bunyi akan ditransfer dan disimpan dalam sistem pusatnya. Menurut Montessori, indra pendengar yang sedemikian rupa menakjubkan bisa mendengarkan bunyi yang diciptakan oleh Tuhan dengan sangat indah. Setidaknya, indra pendengar ini membuat anak-anak berbeda dengan binatang yang juga memiliki indra pendengar. Perbedaannya terletak pada kemampuan indra pendengar anak lebih terpikat pada bunyi yang berupa bunyi dari alat ucap manusia daripada bunyi lainnya (Montessori, 2011). Hal ini dilakukan oleh Keluarga Bapak Idris, Bapak Heru, dan Bapak Cipto yang memiliki anak kecil. Mereka sudah mengajari keterampilan menyimak berbagai bunyi dari luar.
Keluarga Bapak Cipto mempunyai anak bernama Rois Nur Ikhsan. Dalam proses tumbuh kembangnya, Rois mengucapkan kata-kata masih deng terbata-bata, saat berbicara terkadang tidak bisa mengendalikan huruf “r”, dan terkadang cedal dalam ucapannya. Akan tetapi, logika bermain sangat aktif. .
Keterampilan menyimak membutuhkan banyak pembiasaan. Dari sinilah, anak belajar bahasa pertama kali dari bunyi-bunyi bahasa lisan yang diterima indra pendengar yang kemudian disimpan di otak pusatnya. Barang kali Rois selama tumbuh tidak begitu banyak mendapatkan komunikasi sehingga alat ucapnya belum bisa dikendalikan.
Prosesnya, saat anak sudah bisa mengucapkan kata dengan baik, pengenalan struktur kata yang terbangun atas huruf-huruf akan bisa dilakukan dengan baik. Dengan pengenalan huruf yang membangun struktur kata, anak akan memahami bahasa tulis. Pengenalan bahasa tulis dengan baik dilakukan melalui sistem kategorisasi gambar, yaitu menampilkan kata dengan gambar agar kesan konkret tercipta sehingga proses mengingat kata dan gambarnya bisa dilakukan dengan baik. Dengan ingatan tentang gambar dan kata yang baik, anak diorientasikan untuk memahami struktur kata dengan cara yang menyenangkan dan dapat dieksplorasi dengan cepat.
Keluarga Bapak Cipto dapat mengamati berbagai problem dan aktivitas yang dilakukan dengan penilaian yang berbeda dan tingkatan usia yang berbeda. Hal ini tentu diawali dari ruang keluarga bagaimana menanamkan rasa kesadaran untuk membudayakan literasi dengan baik. Kegiatan ini yang telah dilakukan oleh keluarga Bapak Heru terhadap Kemilau Setanggi Timur. Dalam aktivitas bercerita, Kemilau seolah memiliki beberapa hal penting sebagai berikut.
Pertama, Kemilau berada dalam aktivitas bercerita yang menyenangkan. Salah satu aktivitas yang tepat bagi anak adalah aktivitas yang menyenangkan. Hal yang menyenangkan bagi anak usia dini salah satunya adalah aktivitas bercerita. Oleh karena itu, Setiap kita bercerita hendaknya dilakukan dengan menarik melalui organisasi potensi gerak, imajinasi, kognitif, dan moral.
Kedua, aktivitas bercerita melatih keterampilan menyimak dan berbicara. Aktivitas bercerita merupakan aktivitas intensif dalam menyimak dan berbicara. Ketika cerita disampaikan, anak akan melakukan aktivitas mendengarkan. Pada aktivitas ini, anak-anak usia dini akan mendapatkan banyak struktur bahasa (intonasi, kata, kalimat, wacara, sampai pragmatika). Anak-anak dalam keluarga akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dari kegiatan menyimak cerita. Proses menyimak akan diteruskan ke otak pusat, disimpan, dan dijadikan kemampuan bawah sadar anak dalam hal bahasa. Kemampuan bahasa dalam menyimak ini akan diaktualisasikan melalui kegiatan berbicara.
Ketiga, aktivitas berbicara melalui kategorisasi gambar. Aktivitas bercerita untuk anak-anak di ruang keluarga harus dilakukan dengan media gambar. Melalui media gambar, anak bisa mengembangkan imajinasinya, mendapat gambaran konkret tentang cerita, serta bisa mengidentifikasi arti bahasa. Dari sinilah, aktivitas bercerita akan membuat anak-anak melakukan kategorisasi gambar, yaitu suatu aktivitas mengidentifikasi kata melalui gambar sehingga diperoleh pemahaman semantik dan morfologisnya bahkan pragmatika dalam mengucapkan kata-kata itu.
Keempat, aktivitas bercerita itu bisa didesain dengan pengintai. Selain kategorisasi gambar, dengan aktivitas cerita yang berdasarkan pada proses pengintaian, yaitu kegiatan mengintip kata melalui gambar dan membongkar kata menjadi satuan linguistik yang (huruf, suku kata, dan kata) akan memberikan pemahaman linguistik (membaca) pada anak. Kemudian, dengan desain aktivitas bercerita pada menulis yang berbasis permainan, akan membuat anak-anak terlatih keterampilan menulis sejak awal. Dari sinilah, aktivitas bercerita dengan desain pengintai akan membuat anak-anak meningkatkan keterampilan membaca dan menulisnya.
Simpulan
Dari serangkaian aktivitas bercerita ini dapat diidentifikasi bahwa kegiatan literasi melalui aktivitas bercerita di ruang keluarga dilakukan dalam konteks (1) aktivitas anak dalam menyimak cerita yang disampaikan dengan menarik dan menyenangkan; (2) berbicara dengan menyebutkan aspek dan hal penting dalam cerita yang dipandu oleh pencerita; (3) terlibat dalam aktivitas membaca melalui media kreativitas yang diciptakan; dan (4) aktivitas menulis sederhana dari media kreativitas yang diambil dari materi cerita. Melalui aktivitas bercerita ini, anak usia dini dikondisikan untuk belajar literasi, terutama membaca dan menulis, dengan menarik dan menyenangkan sehingga anak usia dini dalam ruang keluarga akan menyukainya. Dari sinilah tujuh keluarga (subjek penelitian) yang memiliki aktivitas bercerita yang didesain sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik bahasa anak dan konsep literasi anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam membaca dan menulis yang sesuai dengan perkembangan bahasa anak.
Daftar Pustaka
Afifah, D. N., & Kuswanto, K. 2020. Membedah Pemikiran Maria Montessori Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Pedagogi?: Jurnal Anak Usia Dini Dan Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 57–67. https://doi.org/10.30651/PEDAGOGI.V6I2.4950
Montessori, M. 2011. The Absorbent Mind. Pustaka Pelajar.
Siregar, M., & dkk. 2021. Pengenalan Ecoliteracy pada Anak Usia Dini melalui Metode Bercerita. Jurnal Obsesi, 5(1), 724.
Sofie Dewayani, R. S. 2018. Saatnya Bercerita Mengenal Literasi Sejak Dini. PT Kanisius.
Wiyatun, I. I. 2022. Peningkatan Aktivitas Belajar melalui Latihan Bercerita pada Anak Usia Dini. PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(03), 155–165. https://doi.org/10.31849/PAUD-LECTURA.V5I03.10680
Akhmad Solihin 08.51.00 PAUD Anakbermainbelajar Indonesia
Meningkatkan Literasi Anak PAUD melalui Bercerita Sejak Dini
Adapun kegiatan pembelajaran disekolah lembaga satuan PAUD yang dapat dilakukan selama bulan Puasa Ramadhan adalah Rangkaian Ibadah yang Khusyuk dan penuh dengan nuansa keagamaan yang lebih dalam lagi.
PAUD-AnakBermainBelajar---Umat Islam akan memasuki Bulan yang penting dan penuh rahmat yaitu Bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang sangat penuh dengan keberkahan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yaitu dengan meningkatkan kualitas diri, dan mempererat tali persaudaraan. Saat Ramadan, sedikit berbeda dengan hari-hari biasanya,pada bulan Ramadhan sekolah-sekolah akan melakukan berbagai keaagamaan bagi yang memeluk Agama Islam. Kegiatan ini dilakukan baik terintegrasi dalam pembelajaran dikelas maupun pada program kegiatan di luar jam belajar mengajar.
Kegiatan Ramadan dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang keutamaan Ramadan dan pentingnya menjalani ibadah puasa, membantu siswa memahami makna dan tujuan Ramadan, hingga membantu siswa membangun hubungan yang lebih dekat dengan Allah SWT.
Lalu kegiatan apa saja yang bisa digelar di sekolah saat bulan Ramadan 2025? berikut menurut Google jika kita mengetik pencarian dengan kata kunci kegiatan pembelajaran di Sekolah Bulan Ramadhan.
Tadarus Al-Qur'an Bersama. Aktivitas membaca dan memahami Al-Qur'an tidak hanya sekadar melafalkan, tetapi juga merenungkan maknanya.
Kultum Harian.
Salat Berjamaah.
Muhasabah dan Doa Bersama.
Kajian Tematik.
Sholat Dhuha & Dzikir Bersama.
PAUD-Anakbermainbelajar-blog---Umat Islam akan memasuki Bulan yang penting dan penuh rahmat yaitu Bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang sangat penuh dengan keberkahan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yaitu dengan meningkatkan kualitas diri, dan mempererat tali persaudaraan. Saat Ramadan, sedikit berbeda dengan hari-hari biasanya,pada bulan Ramadhan sekolah-sekolah akan melakukan berbagai keaagamaan bagi yang memeluk Agama Islam.
Kegiatan ini dilakukan baik terintegrasi dalam pembelajaran dikelas maupun pada program kegiatan di luar jam belajar mengajar.
Kegiatan Ramadan dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang keutamaan Ramadan dan pentingnya menjalani ibadah puasa, membantu siswa memahami makna dan tujuan Ramadan, hingga membantu siswa membangun hubungan yang lebih dekat dengan Allah SWT.
Lalu kegiatan apa saja yang bisa digelar di sekolah saat bulan Ramadan 2025? berikut menurut Google jika kita mengetik pencarian dengan kata kunci kegiatan pembelajaran di Sekolah Bulan Ramadhan.
Tadarus Al-Qur'an Bersama. Aktivitas membaca dan memahami Al-Qur'an tidak hanya sekadar melafalkan, tetapi juga merenungkan maknanya.
Kultum Harian.
Salat Berjamaah.
Muhasabah dan Doa Bersama.
Kajian Tematik.
Sholat Dhuha & Dzikir Bersama.
Secara Rinci berikut Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah selama bulan Ramadhan.
Kegiatan Ramadhan anak TK, PAUD, dan SD akan membuat bulan puasa lebih bermakna. Anak-anak dapat menjalankan ibadah puasa dan sekaligus melakukan aktivitas positif.
30 Contoh Kegiatan Bulan Ramadhan Anak Paud, TK, dan SD 2025 – Bagi anak-anak yang masih duduk di bangku Paud, TK, maupun SD, ibadah puasa merupakan salah satu hal yang cukup memberatkan karena harus menahan lapar dan haus dalam jangka waktu tertentu.
Untuk melatih anak-anak dalam berpuasa agar tetap semangat, guru dan orang tua harus kreatif dalam mengalihkan rasa lapar, haus, dan lesu anak-anak dengan mengajak melakukan kegiatan-kegiatan seru dan produktif.
Program kegiatan Ramadhan SD, TK, dan PAUD disesuaikan jenjangnya. Kegiatan Ramadhan anak TK dan PAUD lebih mudah dari SD. Simak pilihan programnya.
Contoh Program Kegiatan Ramadhan Anak PAUD
Kegiatan pondok Ramadhan PAUd dapat diisi dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan. Usia PAUD mesti lebih banyak diajak untuk bersenang-senang. Meski demikian, kegiatan penuh keceriaan tersebut dapat dimasukkan nilai-nilai ajaran Islam di dalamnya.
Contoh program kegiatan Ramadhan PAUD seperti berikut:
Pawai Ramadan Ceria dengan berjalan kaki di sekitar kompleks sekoleh untuk mengingatkan datangnya bulan puasa.
Belajar membaca huruf hijaiyah seperti menggunakan metode IQRO'
Menggambar poster menyambut Ramadhan
Mewarnai gambar bertema bulan puasa atau Idulfitri
Menanam tanaman dalam gelas plastik bekas air mineral
Menempel hiasan pada kertas gambar
Mengenalkan dan berlatih menghafal surah Al-Fatihah
Mengenalkan surah-surah pendek dalam juz 30 Al-Qur'an dengan melantunkan bersama-sama
Mendengarkan cerita islami
Menyimak kisah-kisah sahabat Nabi yang dikemas dengan bahasa sederhana
Mengenalkan Allah sebagai pencipta dan pengatur kehidupan.
Mengenalkan nama-nama Allah dalam asmaul husna
Mengenalkan nama-nama malaikat Allah yang diketahui
Mengajak anak berbagi cerita menarik dari pengalaman hidupnya
Mengajak anak untuk saling berbagi hadiah dengan teman-temannya dengan nominal hadiah tidak besar. Misalnya hadiah berisi makanan ringan.
Bermain peran dengan alur kisah mengenai membantu sesama yang membutuhkan
Membiasakan anak tidur siang sebagai bagian dari ajaran Islam
Melafalkan doa berbuka puasa Ramadhan
Melafalkan doa sahur puasa Ramadhan
Mengajak anak belajar dan praktik berwudu
Membersihkan kelas bersama-sama
Saat datangnya waktu makan, anak-anak diajak untuk makan bersama dalam sebuah wadah besar demi menumbuhkan kebersamaan.
Belajar doa sebelum dan sesudah makan
Belajar doa sebelum dan sesudah tidur
Membiasakan anak saling mengucap salam ketika bertemu guru, teman, orang tua, dan orang lain yang beragama Islam.
1. Belajar Memasak Takjil Menu Berbuka
Contoh kegiatan bulan ramadhan anak Paud, TK, dan SD yang pertama adalah dengan mengajak mereka untuk belajar memasak.
Selain menyenangkan, belajar memasak Menu berbuka juga sangatlah bermanfaat bagi tumbuh kembang anak seperti melatih kemandirian, mengasah keterampilan dasar yang penting dalam hidup, mengenal buah dan sayuran atau bahan makanan lainnya, membantu mengenal rasa, dan lain sebagainya.
Selain itu, belajar memasak juga dapat memberikan semangat pada anak-anak karena hasil masakan yang mereka buat dapat dijadikan sebagai reward makanan ketika berbuka.
Ada banyak sekali jenis makanan yang bisa dibuat saat belajar memasak di bulan ramadhan dari yang mudah hingga sulit.
Namun,arena yang akan diajarkan adalah anak-anak usia dini maka sebaiknya memilih menu makanan yang mudah dibuat dan disukai anak-anak seperti kue atau makanan manis lainnya.
2. Menghafal Surat-Surat Pendek Al-Quran
Seperti yang sudah diketahui oleh sebagian umat muslim bahwa bulan ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Di bulan ini, kita semua dianjurkan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT.
Bulan ramadhan dapat kamu jadikan sebagai momen untuk mengajarkan anak-anak dalam beribadah.
Kamu bisa mengajak dan mengajarkan anak-anak untuk membaca sekaligus menghafal surat-surat pendek dalam kitab suci Al-Quran.
Menghafal surat pendek Al-Quran adalah salah satu contoh kegiatan bulan ramadhan anak Paud, TK, dan SD yang seru dan bermanfaat untuk dilakukan.
Selain itu, menghafal Al-Quran juga dapat menjadi sarana bagi anak untuk mendapatkan pahala dan ridha dari Allah SWT.
Contoh Program Kegiatan Ramadhan Anak TK
Contoh kegiatan Ramadhan anak TK sebaiknya berbentuk lebih sederhana supaya mudah diterima peserta didik. Berikut ini ide untuk kegiatan Ramadhan yang dapat diberikan untuk anak TK:
Membuat kartu ucapan Ramadhan 2024
Membaca surat-surat pendek Al-Qur’an
Menempel hiasan dinding bergambar masjid
Belajar mengenal asmaulhusna
Mengisi buku kalender kebaikan selama bulan Ramadhan
Membersihkan kelas bersama-sama
Berbagi cerita seputar Ramadhan
Infak Ramadhan
Melafalkan doa berbuka puasa Ramadhan
Melafalkan doa sahur puasa Ramadhan
Belajar tentang perkara yang membatalkan puasa
Belajar tata cara salat tarawih
Belajar dan praktik berwudu
Belajar cara membantu orang tua memasak
Berbuka bersama
Membuat kartu ucapan Idulfitri
Berkunjung ke panti asuhan
Belajar menahan tidak berbicara di dalam masjid
Latihan menghafal doa masuk dan keluar masjid
Mengajak anak latihan salat fardu
Mengenalkan anak dengan ibadah sunah
Belajar doa masuk dan keluar kamar mandi
Belajar doa sebelum dan sesudah makan
Belajar doa sebelum dan sesudah tidur
Bertamu ke tokoh agama setempat untuk mendapatkan nasihat
1. Tadarus Al-Qur'an Bersama
Aktivitas membaca dan memahami Al-Qur'an tidak hanya sekadar melafalkan, tetapi juga merenungkan maknanya. Guru dapat membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, membimbing mereka dalam membaca dengan tartil, dan menjelaskan tafsir ayat-ayat penting yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Tadarus dapat dilakukan secara rutin setiap hari sebelum atau sesudah jam pelajaran, menciptakan suasana yang tenang dan penuh berkah di lingkungan sekolah.
2. Kultum Harian
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi ilmu dan pengalaman melalui kultum singkat sebelum salat zuhur atau ashar. Kultum ini dapat berisi motivasi, kisah-kisah inspiratif, atau penjelasan tentang nilai-nilai Islam yang praktis. Guru dapat memberikan tema yang berbeda setiap hari, mendorong siswa untuk menggali informasi, dan melatih kemampuan berbicara di depan umum.
3. Salat Berjamaah
Mengintensifkan pelaksanaan salat zuhur dan ashar berjamaah di masjid atau mushola sekolah. Selain melatih kedisiplinan, salat berjamaah juga mempererat ukhuwah Islamiyah di antara siswa dan guru. Sekolah dapat menunjuk imam dari kalangan siswa yang memiliki kemampuan membaca Al-Qur'an dan pengetahuan agama yang baik.
4. Muhasabah dan Doa Bersama
Menjelang waktu berbuka puasa, adakan kegiatan muhasabah (introspeksi diri) dan doa bersama. Siswa diajak untuk merenungkan perbuatan mereka selama seharian, memohon ampunan atas kesalahan, dan berdoa untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, serta bangsa dan negara. Suasana yang khusyuk dan penuh harap dapat menyentuh hati siswa dan membangkitkan kesadaran spiritual.
5. Kajian Tematik
Mengadakan kajian atau diskusi tentang topik-topik menarik seputar Ramadhan dan Islam. Guru dapat mengundang tokoh agama atau ahli untuk memberikan materi, atau siswa dapat mempresentasikan hasil penelitian mereka tentang tema-tema tertentu. Kajian ini dapat membahas tentang hikmah puasa, keutamaan sedekah, sejarah peradaban Islam, atau isu-isu kontemporer yang relevan dengan nilai-nilai Islam.
6. Sholat Dhuha & Dzikir Bersama
Membiasakan sholat Dhuha dan berdzikir bersama di sekolah akan menanamkan nilai-nilai religius dan kedisiplinan. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk memohon rezeki dan keberkahan dari Allah SWT.
Kegiatan-kegiatan tersebut selain sebagai penanaman nilai-nilai keagaaman yaitu Nilai yang merupakan nilai yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa juga dapat menjadi penanaman nilai sosial adalah nilai-nilai yang dianut masyarakat, baik yang bersumber dari agama maupun yang terbentuk dari kesepakatan masyarakat.
Demikian Tentang Program pembelajaran dan belajar disekolah selama Bulan Ramadhan yang dapat dilakukan untuk mengisi kegiatan selama Bulan Ramadhan untuk sekolah. Terimakasih sudah berkunjung di Blog-PAUD-Anak-BermainBelajar ini. semoga sukses selalu.
Akhmad Solihin 08.30.00 PAUD Anakbermainbelajar Indonesia











