PENDIDIKAN YANG INTENSIF DEMI PERKEMBANGAN ANAK PAUD

Jumat, 04 Januari 2019

PAUD-Anakbermainbelajar----Seperti kita ketahui bersama, pendidikan bagi anak usia dini (paud) sangatlah penting, menyangkut kepentingan anak dan membantu anak dalam menjalani proses perkembangannya. Seto Mulyadi, psikolog dan pemerhati pendidikan anak menggagaskan pemikiran cemerlang tentang pendidikan dan perkembangan anak, "keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan para orang tua dan guru dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satu sama lain namun saling melengkapi dan berharga," (Membuka Masa Depan Anak-anak Kita, 2000). 


Hal ini tidaklah jauh berbeda dengan apa yang diharapkan seluruh masyarakat bangsa kita dari sepak terjang dunia pendidikan di tanah air, di mana pendidikan semestinya lebih memperhatikan, mepertimbangkan serta mempertenggangkan perkembangan anak.

Pada konteks pendidikan model seperti konsep ini, hati memegang peranan kunci dalam mempersiapkan hari depan anak-anak bangsa menjadi generasi yang siap membangun Indonesia menuju negeri yang damai dan sejahtera, adil dan makmur. Berhadapa dengan tugas penting ini, LPA, para fasilitator perlindungan anak akan menjadi mitra, corong, suara yang terus menerus memberikan penyadaran bagi masyarakat luas, masyarakat pendidikan, penyelenggara pendidikan, pemerintah, orang tua untuk bersama-sama menemukan jalan dan cara yang tepat, mempersiapkan anak menyambut hari depan.

Sesungguhnya LPA dan sejumlah fasilitator pada komitnya bukan saja hadir menangani persoalan seputar hak anak dalam konteks masyarakat umum tetapi yang paling pertama adalah juga dalam konteks masyarakat umum tetapi yang paling penting pertama adalah juga dalam konteks situasi dunai anak di tengah proses pendidikan dalam hal ini lingkungan sekolah dan keluarga yang menjadi "rumah" pertama yang ramah bagi anak dan perkembangannya.

Meskipun berbagai pemahaman tantan anak dan dunianya menjadi topok pembicaraan yang terus menerus diperdengarkan kembali memlalui berbagai kegiatan berwawasan pemahaman tentang anak dan dunianya demi mengurangi tindakan kekerasan terhadap anak, tetapi tetap saja kekerasan ini ada bahkan dilakukan oleh guru atau orang tua, orang dewasa yang konon ceritanya paling tahu dan paham bagaimana menghadapi anak dan dunia serta kehidupannya.

Anak ktidak lagi didorong daya eksplorasinya, daya cipta, dengan aktivitas yang menumbuhkan kepekaan sosial serta menjembatani kemajemukan dan keragaman masyarakat. Yang ada hanya sejumlah tuntutan untuk "harus ini dan harus itu," ikut kemauan guru atau orang tua. Hal ini jelas terbaca dalam berbagai berita seputar kasus pemukulan atau kekesaran pada anak oleh guru atau orang tua gara-gara tidak mengikuti perintahnya.

Kenyataan ini melahirkan satu pertanyaan mendasar untu kita renungkan, jujur dan tuluskah kita menghargai anak sebagai pribadi yang dapat mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya?

Barangkali itu masih jauh berada di belakang pikiran, perasaan kita sehingga perlakuan kita terhadap anak tetap saja semena-mena dan perhatian kita terhadap dunianya masih saja menjadi nomor kesekian, dan lebih buruk lagi kita seing memperlakukan anak sebagai orang dewasa ini yang harus mengikuti kemampuan kita tanpa mempertimbangkan dunia mereka yang masish serba polos, bebas.

Berbicara tentang anak dan dunianya, hati dan pikiran kita tertuju kepada masa depan dimana terciptanya suasana yang paling menyenangkan. Namun kenyataan yang terjadi, sehingga besar anak-anak di tanah air tenyata tidak mengalami indah dan menyenangkan masa kanak-kanak itu. Berbagai perlakuan buruk atau isu tak sedap seputar dunia anak selalu menjadi bahkan mungkin selama Indonesia merdeka. Ada tindakan pemerkosaan, eksploitasi, pembunuhan, penyiksaan, perdagangan anak, pekerja anak, sampai pada masalah gizi buruk karena kemiskinan yang mengakar dalam, hal ini membuat anak menderita dan tidak lagi dapat menikmati dunianya. Pada titik ini jika merenungkan tentang anak dan dunianya artinya kita harus mengakui betapa besar peran anak dalam kehidupan ini.

Memandang anak dan dunianya sama artinya membuka ruang dalam kehidupan ini untuk ditempati sebuah keadilan, keterbukaan hati dan kesiapan untuk selalu tulus mendidik mendampingi anak.

Anak dipersiapkan untuk membuka hati, membuka diri terhadap berbagai perubahan, situasi, keadaan yang serba buruk sekalipun sambil berani untuk berkonfrontasi dengan keadaan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya termasuk kekuatan dirinya.

Karena itu hati menjadi tangga dasar yang senantiasa terbuka dan tanggap terhadap keinginan anak sesuai perkembangan usia maupun kemampuan intelegensi dan emosionalnya. Usaha ini dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan dasar anak dalam perkembangannya yakni ingin tahun dan mencoba, meniru, menemukan yang membuat dirinya berkembang seimbang dalam kaitan dengan kecerdasan ganda (multiple intelegece) yang dimiliki setiap anak.

Dengan demikian membiarkan anak untuk bekembang penuh kebebasan menjadi tanggung jawab bersama, menjadi sebuah tuntutan kultural dan bangsa ini harus ditegakan karena kebudayaan yang berkembang selaras zaman pun tidak bakal maju bila kita tidak berani memandang memandang anak dan dunianya sebagai kekuatan besar untuk kemajuan bangsa. Semoga artikel ini bermanfaat. mohon dishare untuk orang tua, guru pendidik dan pelaku pendidikan PAUD jika dirasa ini sangat penting untuk anak-anak kita bersama. terimakasih.

* * *



15.33.00

0 komentar: