1. Bentuk-Bentuk Pola Asuh
Sekalipun belum ada pola asuh yang pasti cocok untuk setiap anak yang beranaka ragam sifat dan keadaannya itu, namun ada beberapa bnetuk yang dapat dijadikan alternatif (pilihan) dan sebagai bahan perbandingan.
Adapun bentuk-bentuk "Pola Asuh" antara lain :
a. Pendekatan dengan sikap perilaku "menang"
b. Pendekatan dengan sikap perilaku "mengalah"
c. Pendekatan dengan sikap perilaku "menang" dan " kalah".
d. Pendekatan dengan sikap perilaku "tidak menang" dan "tidak kalah".
Penjelasan bentuk-bentuk pola asuh di atas adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan Dengan Sikap Perilaku Menang
Bagaimana pendekatan dengan sikap perilaku menang itu ? Dalam "Pola asuh dengan sikap perilaku menang" pihak pengasuh (bapak atau ibu) bersikap ingin selalu menang dan benar.
Setiap kata atau tindakannya mesti diturut dan dianut. Pola asuh yang demikian adalah yang bersifat otoriter atau militeristik. Jadi bergaya seperti seorang komandan dalam ketentaraan dimana setiap komando atau perintahnya harus diturut. Akibatnya anak menjadi takut, serba salah dan tidak punya inisiatif, kreatifitas hilang, kemandirian hilang, kemandirian hilang dan rendah diri. Sikap ini selalu kata-kata engkau, kau, kamu yang dapat menyinggung perasaan anak, dan mencapai puncaknya anak menjadi acuh tak acuh dan tertekan.
b. Pendekatan Dengan Sikap Perilaku Mengalah
Bagaimana pendekatan dengan sikap perilaku mengalah itu ? Pendekatan dengan sikap perilaku "mengalah", disini pembina selalu mengalah dan menuruti apa yang menjadi kemauan atau kehendak anak asuhnya. Anak asuh menjadi manja atau kolokan. Secara tidak sadar perbuatan yang demikian dilakukan juga terhadap anak-anak yang lain.
Sikap oarang tua cenderung melindungi secara berlebihan dan memperhatikan anak asuhnya juga berlebihan.
Akibatnya anak asuh menjadi manja, setiap kemaunnya harus dituruti dan dipenuhi, anak kehilangan inisiatif atau kreativitas. Anak tidak tahu sopan santun dan orang tua merasa tidak dihargai oleh anak asuhnya. Konflik akan terjadi dan anak asuh tidak menjadi dewasa. Pola asuh ini tidak efektif dan menimbulkan kebencian.
c. Pendekatan Dengan Sikap Perilaku Menang dan Mengalah
Bagaimana dengan sikap perilaku "menang" dan "kalah" ? Orang tua sering dalam kebingungan dan kebimbangan dalam menghadapi anak. Suatu saat bersiakap keras/otoriter, dilain waktu bersikap lemah lembut dan mengalah terhadap kemauan anak. Sikap demikian bisa dilakukan oleh seorang saja (bapak atau ibinya) tetapi juga bisa dilakukan keduanya (bapak atau ibu). Bila bapak bersikap keras/otoriter terhadap anaknya, dilain pihak ibu bersikap lemah lembut dan melindungi anaknya atau sebaliknya. Akibatnya akan menjadi anak dalam keadaan bimbang dan ragu, dalam memilih dan membedakan mana yang salah mana yang benar. Siapa yang harus dianut atau diturut. Siapa pula yang harus dijauhi. Ini akan membahayakan pertumbuhan dan jiwa anak asuh, yang berakibat jiwanya kan terombang-ambing. Pola asuh ini sangat berbahaya.
d. Pendekatan dengan sikap perilaku tidak menang dan tidak kalah
Bagaimana pendekatan dengan sikap perilaku tidak menang dan tidak kalah itu ?
Pertama: Orang tua dalam melaksanakan pola asuh ini harus memiliki sikap yang jelas dan tegas serta dilandasi kesadaran bahwa anak adalah Amanah Tuhan Yang maha Esa, oleh karena itu tidak "mengecilkan" anak, selalu menghargai danmenghormati anak dengan kalimat-kalimat yang simpati de- ngan menggunakan kata-kata: saya,aku, kita, kami, anda dan sebagainya.
Kedua: Orang tua tidak memaksakan kehendaknya, tetapi mau mendengarkan pendapat anak serta mengakui dan memuji kebaikannya. Bila akan , sedang atau sesudah menyinggung perasaan anak, hendaknya orang tua meminta maaf kepada anak.
Ketiga: Orang tua berkewajiban memperingatkan anak bila menyimpang dari aturan, peraturan, adat, hukum atau agama dengan cara yang bijaksana dan jangan sampai menegur anak di muka orang lain, atau membela salah satu anak kandung yang sedang berkelahi. Pola asuh dengan sikap perilaku tidak menang dan tidak kalah ini merupakan pola asuh timbal balik (dua arah), maka untuk sementra pola ini adalah yang terbaik diantara pola yang ada.
2. Landasan pola asuh anak dengan "Pendekatan Ketuhanan Yang
Maha esa"
Sebagai insan Pancasila; Pola Asuh yang manapun yang dilaksanakan tetap harus dilandasi Ketuhanan Yang Maha Esa dengan jalan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Segala tingkahlaku laku orang tua dalam mengasuh anaknya, senantiasa dilandasi kesadaran penuh pengertian dan kasih sayang, sejak janin dalam kandungan, dilahirkan, disusui hingga dewasa.
b. diusahakan menanamkan keyakinan sejak dini tentang adanya Tuhan Yang Maha kuasa, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Misalnya : memperkenalkan ciptaan Tuhan seperti bunga berwarna-warni, bintang yang bertebaran di langit, bulan yang indah cenderung dan sebagainya.
c. sejak dini membiasakan anak melakukan ibadah keagamaan (sholat, kebaktian dan sebagainya). Sekalipun baru bisa menirukan gerakannya saja, dengan harapan akan menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Kemudian secara bertahap diajarkan cara berdoa dengan kata-kata sekaligus artinya.
d. Tanamkan sikap perilaku hidup berdasarkan ajaran agama, sopan santun dalam tingkah laku, ramah dalam bertutur kata berbakti dan menghormati orang tua/orang yang lebih tua, dapat menilai yang baik dan buruk, serta benar dan yang salah.
e. Perlu ditanamkan pula tenggang rasa dan suka menolong bagi yang perlu ditolong dan sikap hidup sederhana.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam memilih bentuk pola asuh, perlu memperhatikan kondisi dan sifat anak serta akibat bagi si anak. MENGENAL ANAK YANG BERMASALAH
Apa yang dimaksud dengan anak yang bermasalah ? Anak yang bermasalah ialah naka yang mengalami tekanan jiwa dan kesulitan, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, terutama dengan sikap perilaku orang tuannya.
Tanpa mengenal masalah anak, sering kita mengalami kegagalan pendadakan (kejutan), kecolongan (kebobolan), karena sikap perilaku anak yang menyimpang dan menyusahkan pelaksanaan pola asuh.
Untuk pembinaan, bimbingan serta untuk mencapai sifat perilaku yang kita harapkan, maka orang tua perlu menge-nal tanda-tanda kekurangan, kelebihan, kemampuan dan sikap perilaku anak sejak dini.
Sumber : Dari berbagai sumber !
Unknown
09.31.00
PAUD Anakbermainbelajar
Indonesia
BENTUK-BENTUK DAN LANDASAN POLA ASUH
1. Bentuk-Bentuk Pola Asuh
Sekalipun belum ada pola asuh yang pasti cocok untuk setiap anak yang beranaka ragam sifat dan keadaannya itu, namun ada beberapa bnetuk yang dapat dijadikan alternatif (pilihan) dan sebagai bahan perbandingan.
Adapun bentuk-bentuk "Pola Asuh" antara lain :
a. Pendekatan dengan sikap perilaku "menang"
b. Pendekatan dengan sikap perilaku "mengalah"
c. Pendekatan dengan sikap perilaku "menang" dan " kalah".
d. Pendekatan dengan sikap perilaku "tidak menang" dan "tidak kalah".
Penjelasan bentuk-bentuk pola asuh di atas adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan Dengan Sikap Perilaku Menang
Bagaimana pendekatan dengan sikap perilaku menang itu ? Dalam "Pola asuh dengan sikap perilaku menang" pihak pengasuh (bapak atau ibu) bersikap ingin selalu menang dan benar.
Setiap kata atau tindakannya mesti diturut dan dianut. Pola asuh yang demikian adalah yang bersifat otoriter atau militeristik. Jadi bergaya seperti seorang komandan dalam ketentaraan dimana setiap komando atau perintahnya harus diturut. Akibatnya anak menjadi takut, serba salah dan tidak punya inisiatif, kreatifitas hilang, kemandirian hilang, kemandirian hilang dan rendah diri. Sikap ini selalu kata-kata engkau, kau, kamu yang dapat menyinggung perasaan anak, dan mencapai puncaknya anak menjadi acuh tak acuh dan tertekan.
b. Pendekatan Dengan Sikap Perilaku Mengalah
Bagaimana pendekatan dengan sikap perilaku mengalah itu ? Pendekatan dengan sikap perilaku "mengalah", disini pembina selalu mengalah dan menuruti apa yang menjadi kemauan atau kehendak anak asuhnya. Anak asuh menjadi manja atau kolokan. Secara tidak sadar perbuatan yang demikian dilakukan juga terhadap anak-anak yang lain.
Sikap oarang tua cenderung melindungi secara berlebihan dan memperhatikan anak asuhnya juga berlebihan.
Akibatnya anak asuh menjadi manja, setiap kemaunnya harus dituruti dan dipenuhi, anak kehilangan inisiatif atau kreativitas. Anak tidak tahu sopan santun dan orang tua merasa tidak dihargai oleh anak asuhnya. Konflik akan terjadi dan anak asuh tidak menjadi dewasa. Pola asuh ini tidak efektif dan menimbulkan kebencian.
c. Pendekatan Dengan Sikap Perilaku Menang dan Mengalah
Bagaimana dengan sikap perilaku "menang" dan "kalah" ? Orang tua sering dalam kebingungan dan kebimbangan dalam menghadapi anak. Suatu saat bersiakap keras/otoriter, dilain waktu bersikap lemah lembut dan mengalah terhadap kemauan anak. Sikap demikian bisa dilakukan oleh seorang saja (bapak atau ibinya) tetapi juga bisa dilakukan keduanya (bapak atau ibu). Bila bapak bersikap keras/otoriter terhadap anaknya, dilain pihak ibu bersikap lemah lembut dan melindungi anaknya atau sebaliknya. Akibatnya akan menjadi anak dalam keadaan bimbang dan ragu, dalam memilih dan membedakan mana yang salah mana yang benar. Siapa yang harus dianut atau diturut. Siapa pula yang harus dijauhi. Ini akan membahayakan pertumbuhan dan jiwa anak asuh, yang berakibat jiwanya kan terombang-ambing. Pola asuh ini sangat berbahaya.
d. Pendekatan dengan sikap perilaku tidak menang dan tidak kalah
Bagaimana pendekatan dengan sikap perilaku tidak menang dan tidak kalah itu ?
Pertama: Orang tua dalam melaksanakan pola asuh ini harus memiliki sikap yang jelas dan tegas serta dilandasi kesadaran bahwa anak adalah Amanah Tuhan Yang maha Esa, oleh karena itu tidak "mengecilkan" anak, selalu menghargai danmenghormati anak dengan kalimat-kalimat yang simpati de- ngan menggunakan kata-kata: saya,aku, kita, kami, anda dan sebagainya.
Kedua: Orang tua tidak memaksakan kehendaknya, tetapi mau mendengarkan pendapat anak serta mengakui dan memuji kebaikannya. Bila akan , sedang atau sesudah menyinggung perasaan anak, hendaknya orang tua meminta maaf kepada anak.
Ketiga: Orang tua berkewajiban memperingatkan anak bila menyimpang dari aturan, peraturan, adat, hukum atau agama dengan cara yang bijaksana dan jangan sampai menegur anak di muka orang lain, atau membela salah satu anak kandung yang sedang berkelahi. Pola asuh dengan sikap perilaku tidak menang dan tidak kalah ini merupakan pola asuh timbal balik (dua arah), maka untuk sementra pola ini adalah yang terbaik diantara pola yang ada.
2. Landasan pola asuh anak dengan "Pendekatan Ketuhanan Yang
Maha esa"
Sebagai insan Pancasila; Pola Asuh yang manapun yang dilaksanakan tetap harus dilandasi Ketuhanan Yang Maha Esa dengan jalan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Segala tingkahlaku laku orang tua dalam mengasuh anaknya, senantiasa dilandasi kesadaran penuh pengertian dan kasih sayang, sejak janin dalam kandungan, dilahirkan, disusui hingga dewasa.
b. diusahakan menanamkan keyakinan sejak dini tentang adanya Tuhan Yang Maha kuasa, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Misalnya : memperkenalkan ciptaan Tuhan seperti bunga berwarna-warni, bintang yang bertebaran di langit, bulan yang indah cenderung dan sebagainya.
c. sejak dini membiasakan anak melakukan ibadah keagamaan (sholat, kebaktian dan sebagainya). Sekalipun baru bisa menirukan gerakannya saja, dengan harapan akan menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Kemudian secara bertahap diajarkan cara berdoa dengan kata-kata sekaligus artinya.
d. Tanamkan sikap perilaku hidup berdasarkan ajaran agama, sopan santun dalam tingkah laku, ramah dalam bertutur kata berbakti dan menghormati orang tua/orang yang lebih tua, dapat menilai yang baik dan buruk, serta benar dan yang salah.
e. Perlu ditanamkan pula tenggang rasa dan suka menolong bagi yang perlu ditolong dan sikap hidup sederhana.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam memilih bentuk pola asuh, perlu memperhatikan kondisi dan sifat anak serta akibat bagi si anak. MENGENAL ANAK YANG BERMASALAH
Apa yang dimaksud dengan anak yang bermasalah ? Anak yang bermasalah ialah naka yang mengalami tekanan jiwa dan kesulitan, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, terutama dengan sikap perilaku orang tuannya.
Tanpa mengenal masalah anak, sering kita mengalami kegagalan pendadakan (kejutan), kecolongan (kebobolan), karena sikap perilaku anak yang menyimpang dan menyusahkan pelaksanaan pola asuh.
Untuk pembinaan, bimbingan serta untuk mencapai sifat perilaku yang kita harapkan, maka orang tua perlu menge-nal tanda-tanda kekurangan, kelebihan, kemampuan dan sikap perilaku anak sejak dini.
Sumber : Dari berbagai sumber !
1 komentar:
Thanks infonya. Oiya, saya nemu artikel menarik nih yang ngebahas tentang kesalahan terbesar yang kerap dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya seputar keuangan. Ini informatif banget sih, apalagi yang ngomong miliarder kenamaan Warren Buffett. Cek langsung disini ya: Kata Warren Buffet, ini kesalahan terbesar orang tua dalam mendidik anak tentang keuangan
Posting Komentar