Home » Archives for 2010
Teori Perkembangan anak Menurut Teori :
TEORI KONSTRUKTIF
(Piaget dan Vygotsky)
Piaget dengan teori Kognitif nya menyatakan bahwa :
Anak memeproleh pengetahuan melalui interkasi dengan lingkungannya.
Konsep berpikir anak adalah : Asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium
Konsep berpikir anak adalah : Asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium
Asimilasi :
Mencocokan informasi ke dalam skema (kategori) yang sudah ada. Contohnya: Jika seorang anak sudah tahu tentang seekor kucing, kemudian ditunjukan contoh kucing yang lain, maka kucing yang berikutnya akan dicocokan dengan kucing yang sudah ada.
Akomodasi :
Menciptakan skema (kategori) baru karena tidak sesuai dengan skema yang sudah ada.
Contohnya: jika seorang anak sudah tahu tentang seekor kucing, kemudian ditunjukan contoh harimau yang belum pernah dilihatnya, maka anak akan berfikir bahwa binatang yang berikutnya bukan kucing. Ibunya akan berkata "Nak, itu bukan kucing, tetapi harimau, lihatlah bedanya badanya lebih besar, suaranya juga berbeda".
Melalui akomodasi dan asimilasi terus menerus maka anak akhirnyamencapai struktur mental yang dapat menggambarkan bermacam-macam benda atau informasi.
Ekuilibrium :
Keseimbangan yang diperoleh saat informasi atau pengalaman dicocokan dengan sebuah skema atau skema baru yang diciptakan.
DisEkuilibrium
DisEkuilibrium
terhadap anak juga terjadi disekuilibrium yaitu keadaan mentaal saat terjadi ketidak seimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
Ekuilibrasi
Karena itu harus terjadi ekuilibrasi yaitu proses perpindahan dari disekuilibrium ke ekuilibrasi. ekuilibrasi membuat anak menggunakan akomodasi dan asimilasi sebagai alat untuk mencapai ekuilibrium.
Ekuilibrasi
Karena itu harus terjadi ekuilibrasi yaitu proses perpindahan dari disekuilibrium ke ekuilibrasi. ekuilibrasi membuat anak menggunakan akomodasi dan asimilasi sebagai alat untuk mencapai ekuilibrium.
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
1. Sensori-Motorik usia 0 - 2 tahun
Pada Usia ini pembentukan skemata melalui kegiatan motorik menarik dirinya ke dunia luar obyek permanen, disebut sensorimotor karena pembelajaran anak hanya melibatkan panca indra. Pada permulaan tahap ini, bayi memiliki lebih dari refleks yang digunakan untuk bekerja. anak berusia 2 tahun memiliki pola sensori-motorik yang kompleks dan mulai berkomunikasi dengan suatu simbol yang primitif.
Terdapat enam subtahap perkembangan sensori-motorik, yaitu :
Terdapat enam subtahap perkembangan sensori-motorik, yaitu :
- Reflek sederhana;
- kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer;
- reaksi sirkuler sekunder;
- koordinasi reaksi sirkuler sekunder;
- reaksi sirkuler tersier, pencarian, dan keingintahuan, dan
- internalisasi skema.
2. Pra Operasional Usia 2 - 7 tahun
Tahap pra-operasional merupakan tahap awal pembentukan konsep secara stabil. Penalaran mental mulai muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian lemah, serta keyakinan terhadap hal yang magis terbentuk. Piaget membagi tahapan praoperasional ini menjadi 2 bagian, yaitu subtahap Fungsi Simbolis (2 sampai 4 tahun) dan subtahap Pemikiran Intuitif (5 sampai 7 tahun).
Pada usia ini anak mampu merepresentasi mental (simbolik) Viguratif-hubungan searah, klasifikasi awal, dan perkembangan bahasa.
Dalam tahap ini terdapat pembagian 2 subtahap yaitu :
a. Subtahap Fungsi Simbolis Usia 2-4 Tahun
Pada usia ini anak mampu merepresentasi mental (simbolik) Viguratif-hubungan searah, klasifikasi awal, dan perkembangan bahasa.
Dalam tahap ini terdapat pembagian 2 subtahap yaitu :
a. Subtahap Fungsi Simbolis Usia 2-4 Tahun
- Pada subtahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada.
- Anak-anak kecil menggunakan desain corat-coret untuk menggambarkan manusia, rumah, mobil, awan, dan lain-lain. Namun demikian, gambar-gambar yang dibuat biasanya penuh khayal dan daya cipta.
- Pada subtahap ini berkembang pula egosentrisme, yaitu suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain.
- Selain egosentrisme, pada subtahap ini berkembang animisme. Animisme merupakan pemikiran yang berkeyakinan bahwa objek yang tidak bergerak memiliki kualitas ”semacam kehidupan” dan dapat bertindak. Apabila anak terbentur pintu, maka dia katakan ”Pintunya nakal”.
- Pada subtahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
- Pada tahap ini juga anak mengalami kesulitan untuk mengklasifikasikan objek berdasarkan banyak kesamaan.
- Pada subtahap ini berkembang pemikiran tentang ketidakmampuan dalam memahami hukum kekekalan (conservasion). Dari percobaan Piaget tentang air yang dituangkan di dalam gelas menunjukkan bahwa anak pada masa praoperasional masih terkecoh dengan bentuk dan tingginya air pada suatu gelas.
3. Operasional Konkret Usia 7 - 11 tahun
Keterampilan klasifikasi, konsep abstrak tapi masih konkrit, konsep konservasi. Pada tahap ini anak mencapai kemampuan untuk berpikir sistematik terhadap hal-hal atau objek-objek yang konkret. Anak juga mencapai kemampuan mengkonservasikan
4. Operasional Formal Usia 11 - 15/dewasa Tahun
Dalam tahap ini perkembangan pada usia ini anak sudah mampu untuk :
- Berfikir simbolik, ide abstrak
- Memahami arti secara komprehensif
- Analisa sebab-akibat
- dipengaruhi dan mempengaruhi.
(Baca Juga Implikasi Perkembangan Kognitif Terhadap Pembelajaran !!)
(Baca Juga Implikasi Perkembangan Kognitif Terhadap Pembelajaran !!)
TEORI SOSIOKULTURAL
Tahap-tahap Perkembangan Sosiokultural Menurut Vygotsky
Lev Vygotsky (1896 – 1934), ahli psikologi Rusia mengungkapkan Perkembangan yang terjadi merupakan hasil interaksi sosial yang dialami anak dalam budaya yang unik serta latar belakang keluarga. Anak berkembang dalam dua jalan yaitu natural/ alami (biologis) dan budaya. Bahasa memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif. Proses mental yang tertinggi berkembang pada saat anak mengembangkan kemampuan bicara mereka dalam konteks latihan bicara.
Terdapat dua tingkat perkembangan yang terjadi pada anak yaitu :
- Tingkat pertama operasi ; tingkat dimana anak dapat melakukan tugas pemecahan masalah secara mandiri – merupakan tingkat perkembangan aktual.
- Tingkat ke dua adalah ketika anak dapat melakukan tugas yang sama dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebayanya yang lebih terampil – merupakan tingkat perkembangan potensial.
TEORI PSIKOSOSIAL
Tahap-tahap Perkembangan Psikososial (Erik Erikson)
Perkembangan psikososial berjalan melalui serangkaian tahapan, setiap tahapan terdiri dari tugas-tugas perkembangan khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis akan semakin sehat perkembangannya.Perkembangan psikososial berjalan melalui serangkaian tahapan, setiap tahapan terdiri dari tugas-tugas perkembangan khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis akan semakin sehat perkembangannya.
Dalam tahap perkembangan teori Psikososial Erik Erikson terbagi menjadi 4 tahapan yaitu :
1. Tahap Percaya vs Tidak Percaya (0-1tahun)
Kepercayaan anak berdasar pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis Kepercayaan dibangun jika ada pengasuh yang responsif
Contoh : Memeluk anak ketika menangis, Memberi makan, dll
Penting untuk landasan hubungan sosial anak selanjutnya. Jika tidak ada perhatian dari si pengasuh maka anak akan sulit percaya dengan orang lain.
2. Otonomi vs Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Anak punya banyak kemampuan baru dan lebih mandiri. Contoh : makan sendiri, berjalan, dll.
Senang mencoba dan eksplorasi, namun belum terarah. Contoh : memegang semua barang di sekitarnya.
Jika tidak ada kesempatan dari pengasuh anak akan merasa bingung dan ragu dengan kemampuannya.
3. Inisiatif vs Perasaan Bersalah (3-6 tahun)
Anak suka mencoba hal baru dan meniru pekerjaan orang dewasa Punya keinginan sendiri untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman. Contoh : membantu ibu memasak di dapur. Jika ada larangan bahkan dimarahi maka akan terjadi anak merasa bersalah dan cenderung membatasi diri.
4. Produktif vs Rendah Diri (7-11 tahun)
Anak mengembangkan keyakinan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Anak bekerja keras untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberi. Jika gagal dan disalahkan oleh sekitar maka anak akan merasa rendah diri.
1. Tahap Percaya vs Tidak Percaya (0-1tahun)
Kepercayaan anak berdasar pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis Kepercayaan dibangun jika ada pengasuh yang responsif
Contoh : Memeluk anak ketika menangis, Memberi makan, dll
Penting untuk landasan hubungan sosial anak selanjutnya. Jika tidak ada perhatian dari si pengasuh maka anak akan sulit percaya dengan orang lain.
2. Otonomi vs Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Anak punya banyak kemampuan baru dan lebih mandiri. Contoh : makan sendiri, berjalan, dll.
Senang mencoba dan eksplorasi, namun belum terarah. Contoh : memegang semua barang di sekitarnya.
Jika tidak ada kesempatan dari pengasuh anak akan merasa bingung dan ragu dengan kemampuannya.
3. Inisiatif vs Perasaan Bersalah (3-6 tahun)
Anak suka mencoba hal baru dan meniru pekerjaan orang dewasa Punya keinginan sendiri untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman. Contoh : membantu ibu memasak di dapur. Jika ada larangan bahkan dimarahi maka akan terjadi anak merasa bersalah dan cenderung membatasi diri.
4. Produktif vs Rendah Diri (7-11 tahun)
Anak mengembangkan keyakinan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Anak bekerja keras untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberi. Jika gagal dan disalahkan oleh sekitar maka anak akan merasa rendah diri.
FASE PERKEMBANGAN ANAK
(Menurut Syariat Islam)
1. Bayi; Semenjak lahir - 2 tahun
Pada Pada masa ini orang tua perlu mengembangkan kasih sayang dua arah.
2. Anak-anak (Thufulah); Usia 2 - 7 tahun
Masa untuk memberikan dasar-dasar tauhid pada anak yang mendorongnya untuk bergerak melakukan sesuatu yang baik manurut Allah SWT.
3. Tamyiz; Usia 7 - 10 tahun
Masa awal anak dalam membedakan baik dan buruk melalui penalarannya. Pada masa ini anak perlu mendapatkan pendidikan pokok syariat.
4. Amrad Usia 10 - 15 tahun
Pada masa ini anak memerlukan pengembangan potensinya. Pada masa ini juga anak mencapai 'aqil baligh (akalnya sampai).
5. Taklif Usia 15 - 18 tahun
Pada usia ini anak harus tertanam rasa tanggung jawab. Baik pada diri, orang tua, ataupun lingkungannya.
Sumber : Disarikan dari berbagai sumber !!
Sumber : Disarikan dari berbagai sumber !!
TEORI PERKEMBANGAN ANAK
ANAK PAUD BERMAIN BELAJAR | Blog Tentang Bahan Materi Tips Cara Belajar Pendidikan anak usia dini PAUD untuk orang tua, pendidik guru Paud TK Taman Kanak-kanak.
di
23.13.00
PAUD-Anakbermainbelajar----Periode emas pada masa usia dini (golden ages) merupakan bagian awal perkembangan yang sangat berharga dalam kehidupan manusia. Dimana seiring dengan bertambahnya usia perkembangan, manusia menuju kearah kemampuan yang lebih meningkat dan sempurna. Dan ini merupakan suatu kelebihan yang membedakan manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh sang Pencipta dengan makhluk lainnya, hal tersebut dapat terjadi karena adanya suatu alat atau organ dalam tubuh manusia yang mempunyai kemampuan yang unik disebut otak.
Pada proses tumbuh sesuai dengan usia anak, informasi yang masuk ke otak di terima oleh berbagai macam panca indera kemudian di rekam dan disimpan sebagai ingatan. Banyaknya informasi yang diterima otak secara sadar atau tanpa disadari. Lingkungan secara tidak langsung merupakan stimulasi pada berbagai pusat di otak yang akan memacu perkembangan fungsi otak itu sendiri dan berpengaruh terhadap perkembangan fisik dan mental anak. Selain rangsang yang adequat dan terstruktur, otak dalam perkembangannya juga membutuhkan asupan gizi yang cukup agar struktur-struktur fisik otak dapat berkembang sesuai dan berfungsi secara optimal.
OTAK SEBAGAI MODALITAS DASAR PROSES TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan anak terjadi sesuai dengan pertambahan usia. Berat otak akan bertambah sejak lahir dari 300 gram dan mencapai ukuran maksimum saat dewasa. Bertambqah beratnya otak diakibatkan oleh bertambahnya juluran saraf yang berhubungan, bertambahnya sel-sel lemak di otak, dan bertambahnya jaringan antar sel saraf atau Neuroglia yang akan meningkatkan akselerasi proses berfikir menjadi lebih cepat, (Thomson, Berger, Berry, 1980 dalam Clark 1986).
Pada proses tumbuh kembang, bertambahnya informasi yang diterima otak melalui panca indera dalam lingkungan sekitar tidak terstruktur maupun terstruktur akan direkam otak sebagai ingatan awal yang merupakan modal awal bagi anak pada tahapan pertumbuhan saat itu untuk menjelajah dunia sekitarnya (eksplorasi kemampuannya) dan selanjutnya hasil perekaman informasi tersebut akan membentuk hubungan-hubungan baru antar sel saraf.
Semakin banyak hubungan antar sel saraf itu terbentuk, semakin banyak kemampuan fungsional/kemampuan anak yang dapat diamati pada tahap pertumbuihan usia anak, seiring dengan terpenuhinya pertumbuhan fisik struktural otak dengan adanya asupan gizi yang cukup.
PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK DINI USIA
Selama masa pertumbuhan anak dari sejak lahir, perkembangan minat dan permainan anak terkait dengan perkembangan kemampuannya. Namun, setelah koordinasi dasar kaki, tangan dan bagian badan yang terkait sudah mantap pertumbuhannya demikian pula dengan kemampuan bahasanya, maka anak sudah mulai mampu mengeksplorasi lebih jauh dengan merancang berbagai alternatif perilaku lain, semakin bertambah usia penyaluran pilihan melatih kemampuannya untuk mengeksplorasi lingkungan juga di pengaruhi oleh kesempatan dan peluang yang diperolehnya dari lingkungan yang merupakan hasil dari pengalamannya. Oleh karena itu berbagai pola permainan sebaiknya dapat dirancang secara terstruktur agar anak dapat mencapai kemampuan yang optimal berdasarkan pengalaman belajarnya (Chilhood Education).
Peristiwa ketika bayi mencoba, terjadi suatu proses yang disebut ’peristiwa’. Seorang bayi yang baru saja berhasil berdiri untuk pertama kalinya, secara otomatis akan berpegangan pada sesuatu dalam usahanya untuk dapat tetap berdiri dan dia telah menarik seluruh taplak meja, menjatuhkan alat makan, menumpahkan isi gelas serta memecahkan gelas , yang disebut sebagai peristiwa dan sebuah kenyataan fisik yang terjadi dari sebuah percobaan. Setiap percobaan bisa memunculkan berpuluh-puluh peristiwa yang berbeda. Disini juga tampak bahwa kemampuannya berdiri diawali dengan satu proses tercapainya kemampuan protective diri yang di tandai dengan adanya kemampuan dari kedua tangannya yang muncul sebagai kemampuan yang mendukung kemampuannya berdiri (berpegangan tangan untuk mempertahankan diri dan akan menahan tubuhnya bila ia terjatuh).
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan kegiatan yang di sebut stimulasi terstruktur dan bertahap, yang disebut kegiatan stimulasi. Pembelajaran pada proses awal dilakukan melalui proses mencoba (to try). Mencoba segala sesuatu sebelum dipahami semuanya. Contohnya : dalam proses belajar berjalan, bayi akan melalui puluhan atau ratusan kali percobaan atau eksperimen sampai akhirnya ia bisa berjalan. Tanpa adanya percobaan dan resiko yang menyertainya, tidak akan ada pembelajaran yang pernah terjadi.
Sebagai akibat adanya percobaan dan peristiwa, akan terjadi respon atau umpan balik dalam bentuk kesiapan panca indra, seperti : pelihatan, pendengaran, rasa/penghidu yang memberikan rangsangan berkembangnya panca indra utama termasuk kulit dan kemampuan gerak (motoriknya). Setelah menerima umpan balik, otak bayi akan berkembang dengan pesat mencatatkan atau menyimpan berjuta-juta data baru yang diterimanya yang akan menjadi alat untuk menjelajahi dunia selanjutnya, bayi akan menyesuaikan perilakunya pada satu hal dengan tujuan dan pengalaman yang telah di dapati.
Kesiapan bayi untuk melakukan proses pembelajaran tersebut diatas, dapat di persiapkan melalui kegiatan stimulasi aktif yang dilakukan untuk mempersiapkan dan meningkatkan panca indra agar dapat menerima rangsangan dari lingkungan atau menyadarkan anak dari lingkungan melalui kegiatan stimulasi dasar dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Stimulasi Bertahap:
Tahapan kegiatan:
Stimulasi dasar untuk meningkatkan kemampuan pengindraan
stimulasi lanjutan untuk Kegiatan terintegrasi antara fungsi pelihatan, pendengaran, gerak, rasa dan emosi (multimodal) dan membuat lingkungannya terstruktur dengan baik sehingga memungkinkan berkembanganya potensi kecerdasan jamak dan kemampuan dasar prasekolah (persiapan menulis, membaca dan berhitung serta berkreasi)
Kegiatan stimulasi untuk anak usia dini meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Stimulasi Dasar
Kegiatan stimulasi yang dilakukan untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan panca indera agar dapat menerima rangsang dari lingkungan (menyadarkan anak akan lingkungan) dengan kegiatan-kegiatan, sebagai berikut:
Meningkatkan kemampuan pengindraan
Stimulasi indra pelihatan
Dengan mengenalkan bayi dengan berbagai macam intensitas cahaya: bayi dipindahkan dari tempat gelap ke tempat terang dan sebaliknya secara bertahap dan berulang-ulang sambil memberi rangsang dengan memperlihatkan alat permainan dengan bentuk dan warna mainan yang masih dapat dikenali serta tetap menjaga kenyamanan bayi. Pada pelatihan ini juga rasa sensorik bayi dikenalkan dengan intensitas suhu yang berbeda-beda pada tempat yang panas (terang), sejuk/dingin (gelap).
Pelatihan pelihatan dengan alat permainan
Peningkatan konsentrasi mata agar mata terfokus pada
warna-warna, bentuk-bentuk, tempat-tempat tertentu
Benda dengan warna kontras bentuk beda-beda
Benda dengan warna kontras yang bergerak (mobil-mobilan atau boneka yang berjalan sendiri).
Dikombinasikan dengan bunyi-bunyian dari berbagai arah sudut pandang.
Stimulasi kemampuan gerakan bola mata yang diperlukan proses membaca dengan menggunakan gambar-gambar yang berurutan (memindahkan benda-benda yang menarik perhatian dari berbagai sudut pelihatan)
Stimulasi indra pendengaran.
Melalui kegiatan, sebagai berikut:
• Mengalihkan perhatian bayi terhadap suara dengan selalu menjaga kenyamanan bayi
• Memberikan berbagai rangsang bunyi (suara ibu, keluarga, bunyi alam) dan perhatikan reaksi terhadap rangsang suara tersebut, dan lkukan berulang-ulang, suara keras-lemah secara bergantian dan dilakukan berulang-ulang.
• Melatih pendengaran dapat dilakukan melalui kegiatan mendongeng langsung oleh ibu atau mendengarkan radio dengan alat-alat bermain yang bergerak-gerak, menjauh-mendekat
• Bereaksi terhadap rangsang suara
• Dilakukan secara berulang-ulang
Tingkatkan perbedaan intensitas dari masing-masing jenis rangsang tersebut dengan melibatkan perhatian anak.
Stimulasi kinaestetik sensory
Melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan proses tumbuh kembang senso-motorik, sebagai berikut:
Pertumbuhan anak terjadi sesuai dengan pertambahan usia. Berat otak akan bertambah sejak lahir dari 300 gram dan mencapai ukuran maksimum saat dewasa. Bertambqah beratnya otak diakibatkan oleh bertambahnya juluran saraf yang berhubungan, bertambahnya sel-sel lemak di otak, dan bertambahnya jaringan antar sel saraf atau Neuroglia yang akan meningkatkan akselerasi proses berfikir menjadi lebih cepat, (Thomson, Berger, Berry, 1980 dalam Clark 1986).
Pada proses tumbuh kembang, bertambahnya informasi yang diterima otak melalui panca indera dalam lingkungan sekitar tidak terstruktur maupun terstruktur akan direkam otak sebagai ingatan awal yang merupakan modal awal bagi anak pada tahapan pertumbuhan saat itu untuk menjelajah dunia sekitarnya (eksplorasi kemampuannya) dan selanjutnya hasil perekaman informasi tersebut akan membentuk hubungan-hubungan baru antar sel saraf.
Semakin banyak hubungan antar sel saraf itu terbentuk, semakin banyak kemampuan fungsional/kemampuan anak yang dapat diamati pada tahap pertumbuihan usia anak, seiring dengan terpenuhinya pertumbuhan fisik struktural otak dengan adanya asupan gizi yang cukup.
PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK DINI USIA
Selama masa pertumbuhan anak dari sejak lahir, perkembangan minat dan permainan anak terkait dengan perkembangan kemampuannya. Namun, setelah koordinasi dasar kaki, tangan dan bagian badan yang terkait sudah mantap pertumbuhannya demikian pula dengan kemampuan bahasanya, maka anak sudah mulai mampu mengeksplorasi lebih jauh dengan merancang berbagai alternatif perilaku lain, semakin bertambah usia penyaluran pilihan melatih kemampuannya untuk mengeksplorasi lingkungan juga di pengaruhi oleh kesempatan dan peluang yang diperolehnya dari lingkungan yang merupakan hasil dari pengalamannya. Oleh karena itu berbagai pola permainan sebaiknya dapat dirancang secara terstruktur agar anak dapat mencapai kemampuan yang optimal berdasarkan pengalaman belajarnya (Chilhood Education).
Peristiwa ketika bayi mencoba, terjadi suatu proses yang disebut ’peristiwa’. Seorang bayi yang baru saja berhasil berdiri untuk pertama kalinya, secara otomatis akan berpegangan pada sesuatu dalam usahanya untuk dapat tetap berdiri dan dia telah menarik seluruh taplak meja, menjatuhkan alat makan, menumpahkan isi gelas serta memecahkan gelas , yang disebut sebagai peristiwa dan sebuah kenyataan fisik yang terjadi dari sebuah percobaan. Setiap percobaan bisa memunculkan berpuluh-puluh peristiwa yang berbeda. Disini juga tampak bahwa kemampuannya berdiri diawali dengan satu proses tercapainya kemampuan protective diri yang di tandai dengan adanya kemampuan dari kedua tangannya yang muncul sebagai kemampuan yang mendukung kemampuannya berdiri (berpegangan tangan untuk mempertahankan diri dan akan menahan tubuhnya bila ia terjatuh).
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan kegiatan yang di sebut stimulasi terstruktur dan bertahap, yang disebut kegiatan stimulasi. Pembelajaran pada proses awal dilakukan melalui proses mencoba (to try). Mencoba segala sesuatu sebelum dipahami semuanya. Contohnya : dalam proses belajar berjalan, bayi akan melalui puluhan atau ratusan kali percobaan atau eksperimen sampai akhirnya ia bisa berjalan. Tanpa adanya percobaan dan resiko yang menyertainya, tidak akan ada pembelajaran yang pernah terjadi.
Sebagai akibat adanya percobaan dan peristiwa, akan terjadi respon atau umpan balik dalam bentuk kesiapan panca indra, seperti : pelihatan, pendengaran, rasa/penghidu yang memberikan rangsangan berkembangnya panca indra utama termasuk kulit dan kemampuan gerak (motoriknya). Setelah menerima umpan balik, otak bayi akan berkembang dengan pesat mencatatkan atau menyimpan berjuta-juta data baru yang diterimanya yang akan menjadi alat untuk menjelajahi dunia selanjutnya, bayi akan menyesuaikan perilakunya pada satu hal dengan tujuan dan pengalaman yang telah di dapati.
Kesiapan bayi untuk melakukan proses pembelajaran tersebut diatas, dapat di persiapkan melalui kegiatan stimulasi aktif yang dilakukan untuk mempersiapkan dan meningkatkan panca indra agar dapat menerima rangsangan dari lingkungan atau menyadarkan anak dari lingkungan melalui kegiatan stimulasi dasar dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Stimulasi Bertahap:
Tahapan kegiatan:
Stimulasi dasar untuk meningkatkan kemampuan pengindraan
stimulasi lanjutan untuk Kegiatan terintegrasi antara fungsi pelihatan, pendengaran, gerak, rasa dan emosi (multimodal) dan membuat lingkungannya terstruktur dengan baik sehingga memungkinkan berkembanganya potensi kecerdasan jamak dan kemampuan dasar prasekolah (persiapan menulis, membaca dan berhitung serta berkreasi)
Kegiatan stimulasi untuk anak usia dini meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Stimulasi Dasar
Kegiatan stimulasi yang dilakukan untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan panca indera agar dapat menerima rangsang dari lingkungan (menyadarkan anak akan lingkungan) dengan kegiatan-kegiatan, sebagai berikut:
Meningkatkan kemampuan pengindraan
Stimulasi indra pelihatan
Dengan mengenalkan bayi dengan berbagai macam intensitas cahaya: bayi dipindahkan dari tempat gelap ke tempat terang dan sebaliknya secara bertahap dan berulang-ulang sambil memberi rangsang dengan memperlihatkan alat permainan dengan bentuk dan warna mainan yang masih dapat dikenali serta tetap menjaga kenyamanan bayi. Pada pelatihan ini juga rasa sensorik bayi dikenalkan dengan intensitas suhu yang berbeda-beda pada tempat yang panas (terang), sejuk/dingin (gelap).
Pelatihan pelihatan dengan alat permainan
Peningkatan konsentrasi mata agar mata terfokus pada
warna-warna, bentuk-bentuk, tempat-tempat tertentu
Benda dengan warna kontras bentuk beda-beda
Benda dengan warna kontras yang bergerak (mobil-mobilan atau boneka yang berjalan sendiri).
Dikombinasikan dengan bunyi-bunyian dari berbagai arah sudut pandang.
Stimulasi kemampuan gerakan bola mata yang diperlukan proses membaca dengan menggunakan gambar-gambar yang berurutan (memindahkan benda-benda yang menarik perhatian dari berbagai sudut pelihatan)
Stimulasi indra pendengaran.
Melalui kegiatan, sebagai berikut:
• Mengalihkan perhatian bayi terhadap suara dengan selalu menjaga kenyamanan bayi
• Memberikan berbagai rangsang bunyi (suara ibu, keluarga, bunyi alam) dan perhatikan reaksi terhadap rangsang suara tersebut, dan lkukan berulang-ulang, suara keras-lemah secara bergantian dan dilakukan berulang-ulang.
• Melatih pendengaran dapat dilakukan melalui kegiatan mendongeng langsung oleh ibu atau mendengarkan radio dengan alat-alat bermain yang bergerak-gerak, menjauh-mendekat
• Bereaksi terhadap rangsang suara
• Dilakukan secara berulang-ulang
Tingkatkan perbedaan intensitas dari masing-masing jenis rangsang tersebut dengan melibatkan perhatian anak.
Stimulasi kinaestetik sensory
Melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan proses tumbuh kembang senso-motorik, sebagai berikut:
- Mengenal bagian-bagian tubuh
- Mengenal lingkungan dengan memfokuskan perhatian pada indera-indera tertentu dengan melakukannya secara berulang-ulang (ada pengulangan)
- Melakukan stimulasi dengan menghubung-hubungkan dengan informasi yang sudah diterima dengan informasi baru, berupa: situasi dan lingkungan yang tertata dengan baik (metode bermain sentras, gerak, lagu, dll).
Pada proses sensomotorik, rangsang dilakukan melalui sentuhan/belaian pada permukaan kulit dengan gerakan halus
Stimulasi Lanjutan
Dilakukan setelah koordinasi kaki, tangan dan bahasa yang terkait sudah agak mantap sehingga anak dapat siap untuk dilakukan stimulasi lanjutan untuk merangsang berkembangnya berbagai kemampuan lainnya.
Kegiatan terintegrasi antara fungsi pelihatan, pendengaran, gerak, rasa dan emosi (multimodal) dan membuat lingkungannya tertata dengan baik sehingga memungkinkan berkembanganya potensi kecerdasan jamak (senam kupu-kupu dan metode pendekatan bermain dalam metode sentra) dan mempersiapkan fungsi-fungsi yang berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berhitung dengan pola bermain spesifik.
STIMULASI POTENSI KEMAMPUAN JAMAK DILAKUKAN MELALUI KEGIATAN SPESIFIK MODALITAS OTAK
Melakukan stimulasi kinaestetik sensorik, intra dan inter personal, emosi, musik dalam bermain peran dengan latihan gerak dan lagu.
Bermain peran sebagai tokoh:
Aku seorang pelaut
Aku seorang kapiten
Aku seorang penerbang
Aku penebang kayu
Aku seorang petani
Aku seorang nelayan
Bermain peran sebagai kelompok binatang:( Kinaestetik sensory, Musical, Emosional, visual, visuospatial):
Si kancil anak nakal
Si kodok
Si Komo
Kupu-kupu yang lucu
Dll
Bermain peran mengenal lingkungan: (auditory, kinaestetik, sensory, visual, visuospatial):
Lihat kebunku
Lihat rumahku
Dengar burung berkicau
Dll
Bermain peran untuk memvisualisasikan apa yang dilihat, dengan benda padat, bermain balok dengan berbagai ukuran, bentuk dan warna. Dengan bahan-bahan tradisional.
Membuat kereta dari kulit jeruk
Bermain peran untuk memvisualisasikan apa yang dilihat, dengan benda cair (air)
Mencampur-campur air
Menuang air
Memindahkan air dari gelas ke botol (kecil, sedang, besar)
Bermain peran dengan memvisualisasikan apa yang dilihat dengan pasir.
Membuat gunung-gunungan
Membuat jalan
Membuat terowongan dengan pasir
Bermain sambil mendengar (untuk persiapan membaca)
Mendengarkan dongeng
Menghafal dan mengulang dongeng
Bercerita pengalaman
Mendengar sajak
Menghafal dan mengulang sajak (prosodi bahasa)
Melatih logik matematika
a. Mengenal urut-urutan (sequencing):
Berbaris dengan urutan hitung
Berbaris dengan urutan bertambah
Berbaris dengan urutsn berkurang
Berbaris dengan urutan yang dikaitkan dengan simbol-simbol huruf/angka
b. Mengenal konsep ukuran (measurement):
Berat – ringan (raba tubuh)
Panjang – pendek (visual)
Besar – kecil (visual/rasa)
Padat – cair (rasa)
Panas – hangat – dingin (rasa).
I. Persiapan Kemampuan Membaca
Membaca adalah aktifitas belajar yang dominan memerlukan indera visual dan juga melibatkan fungsi penginderaan lain di otak, yaitu :
Fungsi luhur (High Brain Function), seperti visual, auditory dan sensomotorik. Mengenal bunyi huruf, mengenal rangkaian kata yang sederhana-komplek, mengenal perbedaan intonasi yang dilakukan melalui bernyanyi, membacakan buku, bertepuk tangan mengikuti irama, menyebut nama dengan perlahan menurut suku kaya dengan intonasi yang jelas.
Biasanya pada anak, dapat ditandai dengan adanya ketertarikan terhadap:
Persiapan diawali melatih:
Visual
Meningkatkan konsentrasi mata, dengan mengenalkan huruf-huruf yang difokuskan pada pelihatan dalam waktu tertentu pada waktu yang berbeda-beda (Visual Attention)
Fungsi luhur (High Brain Function), seperti visual, auditory dan sensomotorik. Mengenal bunyi huruf, mengenal rangkaian kata yang sederhana-komplek, mengenal perbedaan intonasi yang dilakukan melalui bernyanyi, membacakan buku, bertepuk tangan mengikuti irama, menyebut nama dengan perlahan menurut suku kaya dengan intonasi yang jelas.
Biasanya pada anak, dapat ditandai dengan adanya ketertarikan terhadap:
- Bahasa lisan (Kosa kata, menunjukkan bahasa, mendengar, paham)
- Mulai tertarik dengan fonologi (irama, campuran, potongan)
- Mulai sadar pada tulisan
- Pengetahuan tentang abjad
Persiapan diawali melatih:
Visual
Meningkatkan konsentrasi mata, dengan mengenalkan huruf-huruf yang difokuskan pada pelihatan dalam waktu tertentu pada waktu yang berbeda-beda (Visual Attention)
Memperlihatkan kembali huruf-huruf yang pernah diperlihatkan untuk dikenali kembali (Visual Recognition)
• Melakukan latihan didalam ruangan dengan menggerakan bola mata keatas, kebawah, kekiri dan kekanan serta melihat benda dalam jarak yang jauh dan dekat, memfokuskan mata pada sesuatu pandangan yang (Visual motorik otot mata 3,4,6)
• Mengenal huruf melalui gerakan anggota tubuh sendiri atau anggota tubuh teman bermain, membentuk kalimat melalui huruf-huruf yang dibuat dalam kelompok bermain (Visual Spatial)
• Melakukan latihan seperti diatas, hanya saja dilakukan di luar ruangan, seperti di taman yang luas (Luas Lapang Pandang)
Audiomotorik
Melakukan pengenalan bunyi-bunyi huruf melalui pendengaran dan mengulang-ulang dalam bentuk suara baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup. Dapat dilakukan dengan bernyanyi dan menari/gerak badan.
• Melakukan latihan didalam ruangan dengan menggerakan bola mata keatas, kebawah, kekiri dan kekanan serta melihat benda dalam jarak yang jauh dan dekat, memfokuskan mata pada sesuatu pandangan yang (Visual motorik otot mata 3,4,6)
• Mengenal huruf melalui gerakan anggota tubuh sendiri atau anggota tubuh teman bermain, membentuk kalimat melalui huruf-huruf yang dibuat dalam kelompok bermain (Visual Spatial)
• Melakukan latihan seperti diatas, hanya saja dilakukan di luar ruangan, seperti di taman yang luas (Luas Lapang Pandang)
Audiomotorik
Melakukan pengenalan bunyi-bunyi huruf melalui pendengaran dan mengulang-ulang dalam bentuk suara baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup. Dapat dilakukan dengan bernyanyi dan menari/gerak badan.
II. Persiapan Logik matematik dan Berhitung
Kemampuan berhitung adalah kemampuan logik matematik berupa symbol-simbol yang dikongretkan melalui kegiatan-kegiatan yang memerlukan kemampuan visual dan sensorik yaitu:
- Mengenalkan konsep ukuran (measurement), melalui raba (berat-ringan, padat-cair)
- Mengenalkan konsep suhu (panas, dingin)
- Melalui pelihatan (visual), seperti : tinggi-rendah, panjang-pendek, besar-kecil
- Mengenalkan urutan (sequencing), melalui urutan-urutan warna-warna sebagai simbol
- Mengenalkan dengan cara bermain dengan baris (baris bertambah-baris berkurang dan Mengkaitkan urut-urutan berbaris dengan angka dan huruf.
https://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/
III. Persiapan Kemampuan Menulis
Dalam upaya mempersiapkan anak menuju kemampuan menulis maka perlu diperhatikan tahapannya menuju kemampuan menulis, sbb:
a. Kemampuan motorik halus :
Yaitu kemampuan memegang dengan jari, dilatih dengan proses latihan menggunting. Dalam kegiatan menggunting, anak secara langsung mengalami proses pembelajaran untuk memperkuat koordinasi tangan dan kemampuan genggaman penjepit, dimana anak memulai dengan latihan memungut benda-benda dengan penjepit, memainkan jari untuk menulis (ibu jari, telunjuk, dan jari tengah). Tahapan kegiatan awal menggunting untuk memperkuat koordinasi jari tangan, menjepit dengan ibu jari dan telunjuk, adalah :
III. Persiapan Kemampuan Menulis
Dalam upaya mempersiapkan anak menuju kemampuan menulis maka perlu diperhatikan tahapannya menuju kemampuan menulis, sbb:
a. Kemampuan motorik halus :
Yaitu kemampuan memegang dengan jari, dilatih dengan proses latihan menggunting. Dalam kegiatan menggunting, anak secara langsung mengalami proses pembelajaran untuk memperkuat koordinasi tangan dan kemampuan genggaman penjepit, dimana anak memulai dengan latihan memungut benda-benda dengan penjepit, memainkan jari untuk menulis (ibu jari, telunjuk, dan jari tengah). Tahapan kegiatan awal menggunting untuk memperkuat koordinasi jari tangan, menjepit dengan ibu jari dan telunjuk, adalah :
- Memungut obyek-obyek kecil
- Menggunakan ibu jari dantelunjukMain jari menggunakan jari-jari menulis (ibu jari, telunjuk, dan jari tengah)
- Meraup
- Merobek. dan sebagainya
Dengan seluruh tangan
Dengan ibu jari dan telunjuk
Hal lain yang dapat dilakukan untuk memperkuat koordinasi tangan pada anak usia dini lainnya adalah dengan latihan meremas, merobek sepenuh tangan dan merobek dengan tangan.
Selanjutnya dikembangkan dengan melatih motorik halus dengan latihan mencoret. Latihan mencoret sangat penting bagi anak usia dini, dengan memperhatikan beberapa tahapan mencoret yang dimulai dari :
· Coretan awal/coretan acak
· Coretan terarah, seperti garis-garis atau titik-titik yang dilakukan secara berulang-ulang
· Pengulangan garis dan bentuk khusus
· Berlatih huruf
· Menulis nama
· Menyalin kata-kata yang ada di lingkungan
· Menemukan ejaan
· Ejaan baku
Dilanjutkan dengan latihan koordinasi antara pelihatan (mata dengan tangan). Dapat dilakukan melalui kegiatan meronce manik-manik dan tali yang memiliki tahapan, sebagai berikut :
1. Main mengosongkan/mengisi
2. Merangkai–digunakan sebagai bahan main peran (kalung)
3. Merangkai terus menerus
4. Merangkai berdasarkan warna
5. Merangkai berdasarkan bentuk
6. Merangkai berdasarkan warna dan bentuk
7. Merangkai berdasarkan warna, bentuk dan ukuran
8. Membuat pola sendiri
9. Membaca pola kartu dari bermacam-macam tingkat kesulitan
- Serta meningkatkan kemampuan menggambar, yaitu dengan menjiplak, seperti tahapan diatas ditambah dengan latihan visualisasikan apa yang dilihat, menjiplak, meniru dan membuat pola sendiri.
- Visual Attention/recognition: mengenal bentuk huruf melalui kegiatan perabaan dan menjiplak
- Melatih gerakan-gerakan motorik halus, melalui gerakan tarian yang menggutamakan pada gerakan tangan, meronce, memegang benda-benda kecil, benda-benda halus, menempatkan benda pada posisi-posisi sulit, merobek, meremas-remas, coret-coretan tidak teratur, coret-coretan tidak teratur, pengulangan garis dan bentuk-bentuk khusus, berlatih huruf, menulis nama, menyalin kata lengkap, menemukan ejaan awal, tengah, akhir, meraup, menggunting, dll
- Melakukan stimulasi kinaestetik, musik, emosi, kemampuan intrapersonal dalam satu kegiatan bermain gerak dan lagu
- Bermain peran, melalui gerak dan lagu.
Demikianlah tentang mengenal priode emas anak usias dini, semoga bermanfaat. Terimakasih sudah berkunjung di blog PAUD-anakbermainbelajar ini. Semoga sukses selalu.
Sumber: Drangkum dan disarikan dari berbagai sumber!!
MENGENAL PRIODE EMAS ANAK USIA DINI
ANAK PAUD BERMAIN BELAJAR | Blog Tentang Bahan Materi Tips Cara Belajar Pendidikan anak usia dini PAUD untuk orang tua, pendidik guru Paud TK Taman Kanak-kanak.
di
20.38.00
PAUD-Anakbermainbelajar-----Di Indonesia Pendidikan anak berkebutuhan khusus juga telah diatur secara khusus dalam Undang-undang. Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas telah ditetapkan mengenai pendidikan khusus bagi anak yang berkebutuhan khusus. Hal ini diwujudkan pada Pasal 32 ayat 1, yang termasuk anak berkebutuhan khusus yaitu:
- Tunanetra
- Tunarungu, Tunawicara
- Tunagrahita : Ringan (IQ = 50 - 70), sedang (IQ = 25 - 50), (a.l. Down syndrome)
- Tunadaksa : Ringan, Sedang
- Tunalaras (Dysruptive) & HIV AIDS & Narkoba
- Autis, Sindroma Asperger
- Tunaganda
- Kesulitan Belajar / Lambat Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dysgraphia/Tulis, Dyslexia/ Baca, Dysphasia/ Bicara, Dyscalculia/ Hitung, Dyspraxia/ Motorik).
- GIFTED : Potensi kecerdasan Istimewa (IQ > 125) &
- TALENTED : Potensi Bakat Istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico-mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Natural, Intrapersonal, Spritual) &
- INDIGO
Ada banyak macam dari anak-anak berkebutuhan khusus itu, antara lain terkait dengan ;
- Anak dengan keterlambatan perkembangan
- Anak dengan keterbelakangan mental
- Anak dengan gangguan emosional dan perilaku
- Anak dengan gangguan spektrum autis.
- Anak dengan kesulitan belaja
- Anak berbakat. dll
Peraturan-peraturan serta hukum-hukum terkait dengan anak berkebutuhan khususpun banyak dibuat dan diimplementasikan di negara-negara yang mengadopsi hukum-hukum tersebut. Amerika Serikat pada tahun 1975 mengesahkan Public Law 94-142 yang dikenal sebagai individual with Disabilities education Act (DEA) dimana DEA memungkinkan anak yang memiliki hambatan kognisi, dan emosi, atau fisik untuk memperoleh pendidikan sejak mereka lahir hingga usia 21 tahun.
Baca juga; Aturan dan dasar hukum yang melandasi pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di sini !!
MACAM-MACAM ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENURUT UNDANG-UNDANG
ANAK PAUD BERMAIN BELAJAR | Blog Tentang Bahan Materi Tips Cara Belajar Pendidikan anak usia dini PAUD untuk orang tua, pendidik guru Paud TK Taman Kanak-kanak.
di
19.12.00
PAUD--Anakbermainbelajar---Seperti kita ketahui bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah mengembangkan kemampuan fisik, bahasa, sosial, emosional, moral dan nilai agama, kognitif, serta tidak ketinggalan seni. Kemampuan ini tercakup dalam 3 rumpun kemampuan umum, yaitu: rumpun moral dan nilai agama; sosial-emosional; dan kemampuan dasar yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif dan pra-akademik.
Pada dasarnya tujuan pendidikan seni di Taman Kanak-kanak bukanlah membuat anak mampu menghasilkan keterampilan khusus atau ahli dan terampil dalam memainkan musik, tetapi lebih pada mengembangkan segenap kemampuan potensi anak, dan membantu anak untuk mampu mengungkapkan yang mereka ketahui dan yang mereka rasakan, serta anak mulai mengungkapkan diri melalui seni. Di sini proses lebih menjadi perhatian dari pada sekedar hasil belajar.
Di Taman Kanak-kanak pusat perhatian pendidikan seni diarahkan pada proses yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Belajar melalui bermain
2. Belajar melalui observasi
3. Belajar melalui eksplorasi
4. Belajar melalui imitasi
5. Belajar melalui seni
6. Belajar melalui gerak untuk mengenal jarak, waktu, arah serta tubuh.
Sesuai kurikulum tahun 2004, pendidikan di Taman Kanak-kanak bertujuan mengembangkan kemampuan fisik, bahasa, sosial-emosional, moral dan nilai agama, kognitif serta seni. Pendidikan ini tercakup dalam 3 (tiga) rumpun pengembangan yaitu: pengembangan moral dan nilai agama, sosial emosional serta kemampuan dasar bahasa, kognitif dan pra-akademik (Kurikulum Pendidikan Usia Dini 2004, Diknas).
Dalam Kurikulum Nasional pengembangan seni mengacu pada kompetensi dasar anak mampu mengungkapkan gagasan dan daya ciptanya dalam berbagai bentuk meliputi berbagai media; bergerak sesuai irama musik dan menyanyi (Kurikulum Pendidikan Usia Dini - TK, 2004). Walaupun kurikulum hanya menyebutkan hal yang mendasar namun dalam pengembangannya dapat lebih luas dan mendalam, asalkan disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Secara umum pendidikan seni anak Taman Kanak-kanak memiliki 4 (empat) fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi Ekspresi
Anak memproleh kesempatan menyatakan pikiran dan perasaan dengan bebas dalam bentuk bunyi, rupa gerak dan bahasa atau gabungannya. Anak dapat bebas mewarnai gambar sesuai kesukaannya. Anak dapat menyanyikan nyanyian dengan suara yang kuat atau lembut, dan lain sebagainya.
2. Fungsi Komunikasi
Anak menyampaikan pesan melalui bunyi rupa, gerak dan bahasa. Ketika anak bernyanyi bersahutan dan bergerak berpasangan sambil saling menyebutkan nama pasangannya, maka terjadilah komunikasi antarmereka.
3. Fungsi Pengembangan Bakat
Setiap anak yang lahir memiliki kemampuan yang dibawa sejak lahir. Ada anak yang dengan mudah mampu berbicara dengan benar dan tepat, ada anak yang pandai dalam gerak dan ada yang pandai melakukan gerak sesuai irama, walaupun belum dapat bernyanyi. Bilamana guru dan orang tua atau orang yang dekat dengan anak mengarahkan serta mengingatkan kemampuan anak, maka anak memiliki kemampuan yang kokoh. Menurut Edwin Gordon kemampuan musik sebaiknya dikembangkan sebelum usia 9 tahun agar selanjutnya dapat berkembang dengan baik.
4. Fungsi Kreativitas
Sebenarnya sebagian besar anak suka bereksplorasi. Dengan tersedianya media seni rupa berupa adonan tepung, balok-balok kayu dan berbagai sumber gerak anak cenderung bereksplorasi menggunakan media tersebut. Anak dapat membuat bentuk binatang dari odonan tepung, memainkan alat musik serta membuat gerak-gerak tubuh sesuai imajinasinya. Pembinaan dan kesempatan berkreasi adalah hal yang harus dilakukan sejak usia dini. Perlu diingat kreatif tidak hanya mencipta dari tidak ada menjadi ada, tetapi mengubah yang telah ada yang berarti membuat model baru dari yang lama (modifikasi), dengan melakukan improvisasi.
Demikianlah berdasarkan hal-hal tersebut dapat kita pahami pendidikan seni mengandung banyak keuntungan dan nilai bagi pendidikan anak. Pendidikan seni bagi anak memiliki makna yang berbeda dari yang biasanya dilakukan baig orang dewasa. Pendidikan seni bagi anak menekankan pada fungsinya dari pada hasil semata-mata. Proses kerja seni pada anak lebih menekankan pada pengalaman yang menghasilkan berbagai dampak atau hasil yang menguntungkan bagi pendidikan pada umumnya, bukan hanya bagi hasil kerja seni itu sendiri. semoga bermanfaat. terimakasih.
INILAH FUNGSI DAN PENTINGNYA PENDIDIKAN SENI DI TK
ANAK PAUD BERMAIN BELAJAR | Blog Tentang Bahan Materi Tips Cara Belajar Pendidikan anak usia dini PAUD untuk orang tua, pendidik guru Paud TK Taman Kanak-kanak.
di
18.33.00
PAUD-Anakbermainbelajar----Tiga substansi yang menjadi patologi pendidikan yang sampai saat ini yang belum juga teratasi adalah; Pertama, buruknya mutu pendidikan juga dapat dilihat dari hasil pengembangan usmber daya manusia yang dinyatakan dalam Human Development Index (HDI). HDI merupakan indeks komposit yang diukur dari beberapa komponen, meliputi pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Indonesia tergolong rendah, berada dibawah Malaysia, Thailand, dan Fhilipina. Penelitian yang yang dilakukan oleh Trends In International Mathematics and Scinece Study (TIMSS), prestasi siswa Indonesia di bidang Matematika mendekati level rendah, sedangkan Malaysia pada level Menengah menuju level tinggi, dan Singapura berada pada level tingkat lajut.
Kedua, cermin sikap atau watak manusia Indonesia yang masih belum menampakan sikap yang menjunjung nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan rasa tanggung jawab (sikap kedewasaan). Ketiga, yang paling parah adalah minimnya keterampilan yang dimiliki, sehingga kemandirian dalam hal ekonomi setelah menyelesaikan sebuah jenjang pendidikan kurang terwujud.
Ketiga hal itu merupakan sasaran utama yang harus diwujudkan dalam pembangunan pendidikan dalam perspektif makro. Kenyataannya, sejak Indonesia merdeka sampai saat ini belum dapat terwujud secara optimal. Dalam konteks ini, pembangunan pendidikan merupakan suatu prioritas yang harus dipikirkan dan direncanakan bagaimana formulasi yang tepat. Dengan demikian, pendidikan mau tidak mau akan menjadi pusat perhatian oleh seluruh elemen bangsa untu dikaji kembali baik perencanaannya, pelaksanaannya, dan pengawasannya yang kemudian diartikulasikan dengan istilah manajemen.
Pemberdayaan sumber daya manusia merupakan kunci utama dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan. Peserta didik akan memiliki pribadi yang baik bila diasuh oleh pendidik yang memiliki kepribadian yang baik pula, murid akan memiliki keinginan belajar yang tinggi bila dididik oleh pendidik yang mempunyai animo tinggi untuk belajar, anak akan memiliki keterampilan bila dibimbing oleh pembimbing yang cekatan dan tanggap lingkungan, anak dapat hidup disiplin, bersih, tertib bila dia dibina oleh pendidik yang memiliki pola hidup teratur, demikian seterusnya.
Pengelolaan pendidikan bukanlah mengelola sebuah tempat usaha barang, melainkan mengelola sumber daya manusia dengan peradaban dimasa mendatang. Suatu bencana besar ketika manusia mengelola pendidikan hanya dilihat dari kacamata pribadi, orang yang demikian ini termasuk melemahkan generasi mendatang. Begitu pula bagi orang yang mengembangkan pendidikan hanya mengandalkan kekuasaan atau power semata. Untuk itulah dibutuhkan formula yang tepat dalam mengatur segala permasalahan manajemen pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Pertama, pengelolaan PAUD selama ini terlalu banyak seninya dibandingkan dengan ilmunya, sehingga gaya manajemen yang dilakukan lebih bersifat try and error. Kedua, peerapan manajemen "gotong royong" artinya semua orang melakukan pekerjaan, tidak ada pembagian kerja yang tegas dan jelas, sehingga proses manajemen tidak berlangsung secara efektif dan efisien. Bahkan sering terjadi benturan antara satu unit denga unit lainnya, ini menyebabkan pendayagunaan sumberdaya organisasi tidak secara sinergis dan banyak pemborosan.
Dalam hal ini yang terjadi adalah sama-sama kerja, tetapi bukan kerjasama. Ketika, gaya manajemen tukang cukur, yaitu satu orang melakukan semua pekerjaan, mulai dari meuka kios, menyapu, memotong rambut, menutup kios, dan mengelola keuangan sekaligus. Dalam organisasi banyak orang yang "merasa" dirinya mampu dalam segala hal dan tidak memberikan porsi pekerjaan kepada orang lain.
Akibatnya organisasi yang semestinya dapat menjalankan beban pekerjaa yang lebih banyak, justru tidak dapat melakukan pekerjaan karena tersentralisasi di tangan beberapa orang saja, sedang yang lain justru kekurangan pekerjaan. Keempat, adalah manajemen "sungkanisme", yaitu suatu manajemen yang tidak asertif. Budaya sungkan (segan) menegur kesalahan teman adan budaya marah kalau ditegur teman membuat organisasi berjalan kesana kemari tak tentu arah, sehingga tak bisa mencapai tujuan yang dikehendaki.
Menata Manajemen PAUD
Salah satu pendekatan terbaru dalam perencanaan publik yang sedang digalakan adalah perencanaan partisipatif, yakni dengan melibatkan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, sampai pemanfaatan program yang direncanakan. Hal ini dilatar belakangi oleh asumsi bahwa orang yang merasa terlibat dalam proses sejak perencanaan sempai tahap akhir merasa ikut memiliki dan ikut bertanggungjawab (sense of responsibility and sense of belongingness) terhadap keberhasilan program. Dalam hal ini dirasa perlu melibatkan para tokoh agama masyarakat, dan orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang cukup.
Apabila tahap perencanaan telah dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah pengorganisasian, yakni menyusun dan merangkai berbagai unsur sumberdaya organisasi dan lingkungan yang ada sehingga bisa dicapai hasil yang maksimal. Dalam hal ini perlu kita hindari merangkai dua bahan atau lebih yang saling bertentangan atau kontradiktif sehingga akan saling melemahkan. Justru yang kita cari dan rangkai adalah unsur-unsur tersebut, atau yang biasa disebut dengan "sinergis".
Kelemahan yang banyak dilakukan oleh masyarakat kita dalam mengorganisir sumber daya manusia PAUD adalah menentukan orangya terlebih dahulu, baru kemudian organisasinya. Padahal, tahap pengorganisasiaan yang benar adalah menentukan pekerjaan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, lalu unit-unit mana yang melakukan pekerjaan tersebut, kemudian disusun struktur organisasi yang menempatkan masing-masing unit tersebut dalam rangkaian struktur organisasi yang sinergis, lalu ditentukan kualifikasi tenaga-tenaga yang perlukan untuk menangani masing-masing unit. Baru pada tahap terakhir adalah menentukan personal-personal yang memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk menangani pekerjaan di masing-masing unit.
Dalam menempatkan personal hendaknya diingat prinsip menempatkan orang pada tempat yang tepat sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi pada waktunya (the right man in the right place and right time). Hendaknya dihindari menempatkan personal berdasarkan faktor suka atau tidak suka (like and dislike).
Kelemahan lain dalam pengorganisasian PAUD adalah mekanisme hubungan interaksi antara segenap pihak dalam lembaga. Pengorganisasian pada dasarnya menempatkan masing-masing personal dalam tata hubungan yang sistematik, sehingga jelas siapa mengerjakan apa dan bertanggun jawab kepada siapa.
Kedua, adalah ukuran keberhasilan kerja yang tidak jelas. Hal ini erat kaitannya dengan budaya kita yang "just do it" atau pokoknya sudah melakukan. Akibatnya proses pengukuran (kriteria) keberhasilan kinerja personal tidak dilakukan atau kalau dilakukan maka pengukurannya tidak objektif.
Ketiga, tiadaya norma tertulis. Kelemahan umum dari lembaga PAUD adalah organisasi berjalan secara informal dan tak tertulis meskipun itu menyangkut organisasi formal yang perlu landasan tertulis. Dalam aturan tertulis, perlu diatur mekanisme hubungan organisasional antar pesonal, hak dan kewajiban masing-masing personal, arus pekerjaaan dan tangung jawab serta sanksi-sanksi dan aturan-aturan lain yang diperlukan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan PAUD. Pertama adalah, iklim kebersamaan yang sehat. Organisasi adalah kerjasama antara dua orang atau lebih sehingga keberhasilan organisasi adalah berkat kerjasama beberaorang, dan bukan atas hasil kerja seseorang atau kelompok orang yang mengaku-ngaku adalah yang paling berjasa. Kedua adalah, keadilan bagi pendidik. Seorang pendidik yang merasa diperlakukan tidak adil akan turun kinerjanya. Rasa tidak adil ini bisa muncul dalam berbagai peluang, antara lain dalam nengangkatan jabatan yang tidak terbuka, atau perbedaan dalam pemberian ganjaran (reward) dan sanksi (punishment). Ketiga adalah, penghargaan terhadap kinerja pendidik. Penghargaan di sini tidak hanya beurpa materi melainkan juga penghargaan yang berupa immaterial, seperti puian atau peningkatan status.
Dalam menata PAUD disamping adanya Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan), juga dipersyaratkan adanya Controlling (pengendalian) yang kemudian disingkat dengan POAC. tanpa adanya pengendalian, maka jalannya organisasi tidak akan berjalan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Lantas, yang menjadi tujuan dasar dari pengendalian, Pertama adalah, apakah jalannya organisasi adalah ada pada jalur yang benar? Kedua adalah, apakah target bisa dicapai secara kuantitas, kualitas, dan dalam jangka waktu tertentu?
Pertanyaan pertama mengacu pada apakah cara melakukan pekerjaan sesuai dengan yang telah ditentukan dalam jabaran kerja (job description). Sedang yang kedua mengacu pada apakah hasil perkerjaan (out-put) yang ditetapkan bisa dicapai sesuai dengan target waktu, jumlah dan kualitas.
Untuk itulah, perlu ditetapkan siapa yang akan melakukannya? Yayasa penyelenggara PAUD memiliki hak dan fungsi sebagai pengendali kegiatan belajar mengajar PAUD. Namun permasalahannya adalah, bahwa kebanyakan personal yang menjadi pengurus bidang pendidikan kurang atau tidak menguasai apa yang seharusnya dilakukan oleh lembaga penyelenggara. Hal ini dilatari oleh kurangnya kualitas SDM, juga seingnya menempatkan personal yang tidak tepat pada suatu jabatan dalam organisasi.
Pengendalian pertama yang harus dilakukan adalah pengendalian bagaimana pendidik PAUD melakukan perkerjaan mendidik anak. Pengendalian ini dilaukan secara berkala dalam rangka untuk untuk memperbaiki kinerja guru dan pendidik PAUD.
Pengendalian lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah pengendalian dalam bidang keuangan. Hal ini bukan dimaksudkan untuk mencurigai tindakan penyelewengan, melainkan dimaksudkan untuk mengantisipasi kesulitan-kesulitan masalah keuangan.
Dalam kaitannya dengan kompleksitas kelembagaan PAUD, maka yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah bentuk kelembagaan PAUD (TK, KB, TPA, TPG-PAUD Sejenis). Selanjutnya adalah merangkai lebih lanjut sumberdaya organisasi, baik manusianya maupun non manusianya dalam jaringan tata kerja organisasi PAUD struktural, kualifikasi tenaga yang menanganinya, baru kemudian merekrut tenaga yang memenuhi kualifikasi yang ditentukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengorganisasian. langkah lain yang tidak bisa ditinggalkan bila kita akan membentuk PAUD unggulan adalah merangkai kerjasama dengan berbagai pihak dalam tatanan jaringan kerja yang saling menguntungkan.
Dengan demikian, yang perlu diperhatikan dalam menjalankan PAUD. Pertama adalah adanya iklim kebersamaan yang sehat. Kerjasama antar dua orang atau lebih sehingga keberhasilan lembaga adalah berkat kerjasama beberapa orang, dan bukan atas hasil kerja seseorang atau sekelompok orang yang mengaku-ngaku paling berjasa. Kedua adalah, keadilan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Seseorang yang merasa diperlakukan tidak adil akan turun kinerjanya. Rasa tidak adil ini bisa muncul dalam berbagai peluang, antara lain dalam pengangkatan jabatan yang tidak terbuka, atau perbedaan dalam pemberian ganjaran (reward) dan sanksi (punishment), dan Ketiga adalah, penghargaan disini tidak hanya berupa materi melainkan juga penghargaan yang berupa immaterial, seperti pujian atau pengingkatan status.
Sumber : dirangkum dan disarikan dari Majalah Warta Plus Dirjen PNFI Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
MEREFORMULASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
ANAK PAUD BERMAIN BELAJAR | Blog Tentang Bahan Materi Tips Cara Belajar Pendidikan anak usia dini PAUD untuk orang tua, pendidik guru Paud TK Taman Kanak-kanak.
di
13.44.00