PAUD-Anakbermainbelajar---Guru dan pendidik serta mahasiswa PG_PAUD sekalian, Dalam kegiatan dan program pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tentunya tidak terlepas dengan kegiatan bermain pada anak. karena dunia anak memang adalah dunia bermain, dengan bermain anak dapat belajar berbagai hal yang dapat mendukung perkembangannya. Apakah hakikat bermain dalam PAUD tersebut? Berikut ulasannya:
Hakikat Bermain
Menurut Seafeld an Barbour aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkan dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk didalamnya imajinasi, penampilan anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan (Carol Seeefeldt & Nita Barbour : 205). Kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan penuh imaginatif dan dilakukan dengan segenap perasaan.
Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan bernegoisasi. Mereka menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Saat bermain anak dapat mengekpresikan dan melatih emosi dari pengalaman dan kejadian yang mereka temui setiap hari. Melalui bermain bersama dan mengambil peran berbeda, anak mengembangkan kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku pemimpin atau pengikut perilaku yang akan diperlukan saat bergaul ketika dewasa. Dapat disimpulkan bermain menjadi sebuah milieu yang tak tertandingi dalam mendukung perkembangan dan belajar anak (Carol Cople and Sue Bredekamp, 2006: P. 20). Ini juga alasan mengapa anak usia dini memerlukan waktu bermain lebih besar dalam sepanjang harinya.
Para ahli seperti Johnson, Christie, dan Yawkey 1987; Pieget 1962; Van Hoom et. al. 1993 sebagaimana dikutip Owocki mengamati bahwa perilaku main menjadi makin kompleks dan abstrak saat anak-anak maju sepanjang masa kanak-kanaknya. Kemajuan ini dapat diamati ketika mereka terlibat dala tiga jenis main yakni main Sesorimotor, main peran, dan main pembangunan (Gretchen Owockhi, 1999: p. 8). Tiga jenis main ini akan dilakukan oleh semua anak tanpa memandang ras maupun bangsanya.
Lev Vigotsky, Piaget, Sara Smilansky Piaget (1951, dalam Wolfgang, 1992 : 22 dan Sugiyanto, 1995: 16) berpendapat bahwa anak usia dini (0-8 tahun akan melewati tiga tahapan perkembangan bermain, yaitu:
(1) Sensori motor play/ Practice Play (usia 3/4 bulan-1,5 tahun),
(2) Symbolic/ Make Believe Play (+_ 2-7 tahun), dan
(3) Social Play Games with Rules (+_ 8 - 11 tahun).
1. Pada Sesory motor play/ Practice Play, kegiatan anak sebelum usia 3-4 bulan belum dapat diketegorikan sebagai bermain. Sejak usia 3-4 bulan, gerakan anak telah terlebih dahulu terkoordinasi dan pengalamannya, anak belajar bahwa dengan menarik mainan yang tergantung di atas tempat tidurnya, mainan tersebut akan bergerak dan berbunyi. Kegiatan bermain sensori ini menekankan pada permainan yang berpusat pada gerak motorik anak.
2. Pada tahapan symbolic/ make believe play (bermain pura-pura/ bermain peran/dramatic play), pada umumnya kegiatan anak diwarnai dengan kegiatan bermain khayal dan pura-pura. Anak sudah mulai dan dapat menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau resentasi dari benda lain.
3. Pada tahap social play games with rules, kegiatan bermain sudah menggunakan simbol yang lebih banyak dan dilatar belakangi oleh penalaran, logika dan objektivitas.
Demikian tentang hakikat bermain dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini, semoga bermanfaat. Terimakasih.
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber.
Akhmad Solihin 16.34.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaHAKIKAT BERMAIN DALAM PAUD
PAUD-Anakbermainbelajar---Perencanaan kegiatan pembelajaran sangat membantu pendidik dalam mengarahkan dan mengoptimalkan kegiatan belajar melalui bermain anak sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal pula. Dengan adannya perencanaan kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat menyusun dan mengatur serta memperkirakan kemampuan dasar (tujuan) yang akan dicapai, bentuk dan langkah kegiatan belajar mengajar (termasuk di dalamnya pemilihan dan penggunaan bahan, metode, dan media yang sesuai) serta bentuk dan kegiatan penilaian yang akan dilakukan baik terhadap proses belajar mengajar maupun terhadap pekembangan anak.
Mengingat penting dan sangat bermanfaatnya perencanaan kegiatan pembelajaran maka pendidik harus mengenal, mempelajari serta menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sebagai suatu sistem, program pembelajaran harus dilakukan secara teratur dan sistematis. Oleh karena itu sebelum program pembelajaran dilaksanakan maka harus disusun dan dirancang suatu bentuk perencanaan kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan dengan mudah dan efektif serta efisien oleh pendidik PAUD.
Tema adalah alat untuk mengenal berbagai konsep, topik dan ide kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema berfungsi untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu perencanaan yang utuh (holistik), memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik, membuat pembelajaran lebih bermakna dan membantu peserta didik mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Jadi tema merupakan aktualisasi konsep minat peserta didik yang dijadikan fokus perencanaan atau titik awal perencanaan kegiatan pembelajaran tematik.
Pemilihan tema dalam kegiatan pembelajar di PAUD sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Kedekatan
Kedekatan artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan peserta didik/anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan peserta didik/anak.
Contoh :
- Bagi PAUD yang lingkungannya dekat dengan pantai, tema rekreasi dapat diangkat lebih dahulu, dan tema tersebut lebih dekat bagi anak daripada tema binatang dan tanaman
- Bagi PAUD yang lingkungannya dekat dengan perkebunan, tema tanaman dan tema pekerjaan dapat diangkat lebih dahulu dan tema tersebut lebih dekat daripada tema binatang
2. Kesederhanaan
Kesederhanaan artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lbih rumit bagi peserta. Apabila contoh tema-tema di atas masih terlalu rumit dan luas, pendidik dapat menentukan tema yang lebih sederhana agar tema dapat lebih efektif dan fokus.
Contoh :
- Tema "lingkunganku", menurut pendidik masih terlalu luas, pendidik bersama anak dapat menentukan tema yang lebih sederhana, misal: Tema "Keluarga".
- Tema "gejala alam", menurut pendidik masih terlalu luas, pendidik bersama anak dapat menentukan tema yang lebih sempit, misal: tema "hujan".
- Tema-tema tertentu yang terlalu rumit dan luas dapat digabung atau diintegrasikan ke tema lain menjadi sub tema, agar tidak terlalu banyak tema.
Contoh :
Tema "lingkunganku" dapat dijadikan tema besar dan bisa dijabarkan menjadi sub-sub tema, contoh:
- Sub tema "Diri sendiri" (nama diri, anggota tubuh, panca indera).
- Sub tema "Keluargaku" (nama anggota keluarga dan tugas-tugasnya).
- Sub tema "Rumah" (bagian rumah, bahan membuat rumah, isi rumah).
- Sub tema "sekolah" (nama dan alamat sekolah, orang-orang yang ada di sekolah).
- Sub tema "Binatang" (binatang didekatku, binatang disekitar tempat tinggalku, binatang di darat, binatang di air, binatang di udara).
3. Kemenarikan
Kemenarikan artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat peserta kepada tema-tema yang kurang menarik minat peserta. Tema-tema tertentu dapat dibuat lebih menarik agar peserta didik tertarik dan tidak akan membosankan.
Contoh: Tema pekerjaan
- Sub tema "Pekerjaan orang tuaku" (misalnya: dokter, polisi, pegawai bank, insinyur, dll), sub tema "cita-citaku" (misalnya: pilot, arsitek, dokter, dll)
- Sub tema "Pekerjaan di sekitar PAUD-ku" (misalnya: pendidik, satpam, tukang ojek, penjual kue, petugas kebersihan, dll)
4. Keinsidentalan
Keinsidentalan artinya peristiwa atau kejadian di sekitar peserta (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu. Keinsidentalan peristiwa perayaan yang ada disekitar peserta didik juga dapat diangkat menjadi tema atau sub tema.
Sesuatu yang insidental dapat diangkat menjadi sub tema "Perayaan atau Special event" dan masuk ke setiap tema yang sudah ada, tujuan agar peserta mendapat pengalaman bermakna pada peristiwa khusus walaupun hanya beberapa hari atau satu minggu.
Contoh :
- Sub tema "sekolah" (Perayaan Ulang Tahun Sekolahku).
- Sub tema "tanaman" (Perayaan Hari Ibu - sekuntum bunga untuk ibu).
- Sub tema "alat komunikasi" (Membuat dan mengirim Kartu Lebaran).
Pemilihan tema-tema yang akan dipakai selama satu tahun pelajaran dilakukan sebelum tahun pelajaran dimulai. Tema-tema yang sudah dipilih dilengkapi dengan rentang waktu pelaksanaan tema. Agar peserta didik dan pendidik dapat melakukan eksplorasi kegiatan secara tuntas melalui wahana tema tersebut.
Rentang waktu pelaksanaan jangan terlalu singkat. Rentang waktu sekitar satu bulan (empat minggu) untuk satu tema, merupakan rentang waktu yang cukup untuk eksplorasi.
Dalam pemilihan dan penetapan tema, terdapat beberapa langkah yaitu :
1. Identifikasi Tema menjadi Sub Tema
Identifikasi Tema menjadi sub tema-sub tema dapat diidentifikasikan di awal tahun pelajaran. Proses identifikasi tema dapat dilakukan oleh pendidik dan peserta didik melalui kegiatan percakapan awal. Pendidik sudah dapat melakukan identifikasi tema sebagai "starting point" perencanaan kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran melalui berbagai pertimbangan, seperti:
- Pengalaman percakapan awal pendidik dengan peserta didik tentang "sub tema hari ini", pendidik dapat mengamati pertanyaan dan jawaban yang sering muncul pada saat percakapan awal.
- Gambar-gambar bebas hasil karya peserta didik
- Topik percakapan peserta didik dengan teman sebayanya.
Tema dalam satu tahun boleh dipersempit tetapi tema tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa tema yang bisa digali dari minat perserta didik menjadi sub tema yang lebih spesifik.
Contoh: Tema "Binatang" dapat diindentifikasi menjadi sub tema Binatang di dekatku, Binatang di sekitar tempat tinggalku, binatang di daratan, Binatang di air dan Binatang di udara.
2. Identifikasi Sub Tema menjadi Sub Tema yang lebih Detail
Sub tema yang sudah dipilih di awal tahun kemudian diidentifikasi menjadi sub tema-sub tema yang lebih detail, kemudian sub tema yang lebih detail tersebut diidentifikasi menjadi kegiatan-kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut otomatis akan terkait dengan tema dan sub tema.
Identifikasi Sub Tema menjadi Sub Tema yang lebih detail :
3. Identifikasi subtema menjadi kegiatan
Subtema yang sudah dipilih diuraikan dan dikembangkan menjadi kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran :
Contoh: Sub tema "Ikan Mas"
CARA MENETAPKAN TEMA DAN SUB TEMA PADA PERENCANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PAUD
- Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri
- Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan.
- Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain.
- Semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya
- Dengan kegiatan bercakap-cakap semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau anak lain.
PENTINGNYA KEGIATAN BERCAKAP-CAKAP UNTUK ANAK TK/PAUD
Sebenarnya usia yang tepat untuk anak mulai belajar Baik Baca, Tulis dan Berhitung (calistung) ini ketika anak sudah berusia 5 tahun. Karena pada usia tersebut anak sudah mulai ada kesiapan daya pikir, kesiapan sikap dalam belajar dan kesiapan motorik halus, terutama pada tangan dan jari-jari untuk menulis.
Sedangkan untuk anak usia 3 tahun (batita) yang sebenarnya masih berada pada tahap perkembangan, kebutuhan utamanya adalah mengembangkan kemampuan fisik-motorik dan kemampuan berekspolasi terhadap lingkungannya serta mengembangkan kemampuan dalam bahasa dan komunukasi, terutama dalam berkomunikasi secara lisan dalam pergaulan sosialnya. Jadi masih belum dibutuhkan untuk diajarkan baca tulis dan berhitung ini. Kalaupun ingin di ajarkan sebaiknya hanya yang bersifat pengenalan dan persiapan dasar, baik membaca, menulis dan berhitungnya, ini pun dilakukan harus dengan cara bermain..bermain dan bermain ya bunda....!!.
Landasan Teori Permainan Berhitung
1. Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget : Anak usia TK berada pd tahapan pra-operasional konkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yg konkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pd interpretasi dan pengalamannya ( persepsinya sendiri ).
2. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar.
Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung maka ortu dan guru TK harus tanggap.
3. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Hurlock(1993) : Bahwa lima tahun pertama dlm kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.Anak yg mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik mapun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dapat melaksanakan tugas perkembangan
Konsep bentuk warna, ukuran dan pola
Usia 4 – < 5tahun
- Mengklasifikasikan berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran
- Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yg sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
- Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
- Mengurutkan benda berdasarkan variasi ukuran atau warna
Usia 5 – < 6 tahun
- Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “ lebih dari “ “ kurang dari “ dan “ paling ter “
- Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk dan ukuran ( 3 variasi )
- Mengklasivikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yg sama atau kelompok yg sejenis atau kelompok berpasangan yg lebih dari 2 variasi
5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya
Tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu :
1. Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian sesuatu dg menggunakan benda dan peristiwa konkrit, spt pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
2. Masa Transisi
Proses berfikir yg merupakan masa peralihan dr pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yg abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Dilakukan guru secara bertahap sesuai dg laju dan kecepatan kemampuan anak secara individual.
3. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep misalnya lambang 7 unt menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah unt menggambarkan konsep warna, besar unt menggambarkan konsep ruang dan persegi empat unt menggambarkan konsep bentuk.
Konsep berhitung yg harus dikenalkan kepada anak :
1. Korespondensi Satu Satu
Pertama mulailah dg mencoba-coba membilang dr tingkatan yg sangat sederhana.contoh : satu buku, satu pensil,dst.
2. Pola
Pola merupakan kemampuan unt memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yg berurutan.
3. Memilah/menyortir/klasifikasi
pengelompokan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis warna,dll.
4. Membilang
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka yg akan membantu pemahaman anak akan arti sebuah angka.contoh : 1 2 3 4 5 6 7 8………dst.
5. Makna angka dan pengenalannya
Setiap angka memiliki makna dr benda-benda/simbol-simbol= 3 bintang
Dikenalkan pd bentuk-bentuk yg sama/tdk sama, besar kecil dsb.
6. Ukuran
Anak perlu mengalaman akan mengukur berat, isi, panjang dg cara mengukur langsung sehingga prosesmenemukan angka dr sebuah objek.
7. Dua hal ini merupakan bagian dr proses kehidupan sehari-hari.
Contoh :
Waktu : 1 hari Ruang : Sempit
2 hari Luas
8. Penambahan dan pengurangan
2 hal dapat dikenalkan pada anak pra sekolah dengan memanipulasi benda.
contoh : Penambahan
4+ 2 =6
contoh : Pengurangan
5- 2= 3
Konsep klasifikasi/pengelompokan
Kegiatan meletakkan benda- benda ke dalam sebuah kelompok dengan cara memilah benda- benda yang memiliki satu atau lebih ciri sama (menyerupai)dan merupakan keterampilan dasar dalam membentuk pola grafik, bangun, ruang dan pengukuran
Jalur Matematika Di TK.
1. Bermain pola
Anak diharapkan dpt mengenal dan menyusun pola-pola yg terdapat disekitarnya.Anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dg kreativitasnya.
2. Bermain Klasifikasi
Anak diharapkan dpt mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dg yg dicontohkan dan tugas yg diberikan oleh guru.
3. Bermain Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dg jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dpt mencocokan sesuai dg lambang bilangan.
4. Bermain Ukuran
Anak diharapkan dpt mengenal konsep ukuran standard yg bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat.
5. Bermain Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dg cara mengamati benda benda yg ada disekitar anak mis lingkaran,segitiga,bujur sangkar, segi empat, segi lima,segi enam,setengah lingkaran,bulat telur (oval).
6. Bermain estimasi (memperkirakan)
Anak diharapkan dapat mengenal kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang.
Perkiraan waktu misalnya:
- Berapa hari biji tumbuh
- Berapa lama kita makan
- Berapa lama anak dapat memantulkan bola
- Berapa ketukan gambarnya selesai
- Perkiraan jumlah. Misalnya berapa jumlah ikan yg ada dalam aquarium.
- Perkiraan ruang misalnya : Berapa anak bergandengan untuk dapat mengelilingi kelas ini.
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan dalam jumlahdan perbandingan dan hasil pengamatan terhadap suatu obyek (dalam bentuk visual).
Prinsip-Pinsip Permainan Berhitung permulaan
1. Permainan berhitung diberikan secara bertahap.
2. Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap.
3. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berprtsp
4. Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan rasa aman.
5. Bahasa yg digunakan seyogyanya yang sederhana.
6. Anak dikelompokkan sesuai dengan tahap penguasaanya.
7. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan harus dimulai dari awal sampai akhir.
PERSIAPAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK TK/PAUD
"Ular naga Panjangnya bukan kepalang
menjalar-jalar selalu kian kemari
umpan yang lezat itulah yang dicari
ini dianya yang terbelakang."
Pada permainan ini, sebagai pusatnya dua orang anak berdiri berhadap-hadapan sambil berpegangan tangan yang diangkat ke atas, lalu sekelompok anak berbaris saling berpegangan tangan kepundak dengan kedua tangan, berjalan mengikuti irama ke arah bawah membentuk terowongan dari tangan-tangan kedua anak yang berpegangan tangan tadi. Mereka berjalan bergerak dan berputar memutari salah seorang anak yang berpegangan tangan tadi, (Biasanya searah jarum jam) lalu kembali melewati terowongan yang sama. Begitu seterusnya sambil bernyanyi lagu "Ular Naga" bersama-sama sampai pada bagian akhir nyanyian yang berbunyi "Ini dianya yang terbelakang", anak kedua dari anak yang membuat terowongan segera menangkap anak yang berada paling belakang dari barisan ular tersebut, dan anak yang tertangkap akan diberikan pertanyaan hingga dia harus memilih ikut temannya yang menjadi pusat dikiri atau dikanan..dan seterusnya.
Bernyanyi dan bermain bersama-sama dalam permainan "Ular Naga" ini, akan membuat anak-anak berinteraksi secara wajar dan menggembirakan. Pada kegiatan main ini, anak dapat menciptakan aspek-aspek penting yang berguna bagi keterampilan dan pendidikan kecakapan hidupnya, seperti kerjasama, kolaborasi, tugas-tugas kelompok. Sehingga aspek sosial emosional anak dapat berkembang melalui pengalaman-pengalaman mainnya yang luar biasa. Dengan permainan ini anak mengalami pengalaman belajar yang sangat baik, sebagai sebuah pengetahuan dan pengalaman baru tentang dunia yang dihadapinya, sehingga anak dapat menentukan sikap yang baik untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Aktivitas ini juga sangat membantu guru dalam menyemangati anak yang mengalami kesulitan untuk berinteraksi. Pengalaman anak bermain dan bernyanyi ular naga ini akan memberikan motivasi dan peningkatan bagi keterampilan anak-anak berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
Nah.. bunda, ayo kita main "Ular Naga Panjangnya" Yuk !!
SOSIAL EMOSIONAL ANAK PAUD DALAM "ULAR NAGA PANJANGNYA"
LAPORAN PKM “PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR” DAN PKP “PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL” JURUSAN PRODI S1 TK-PAUD
DOWNLOAD LAPORAN PKM “PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR” DAN PKP “PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL” JURUSAN PRODI S1 TK-PAUD
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS ASTURO PADA ANAK KELOMPOK A TK .... KECAMATAN....KOTA.....
- PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DI TK ....KECAMATAN...KOTA .....
- PERAN PEMBELAJARAN TARI MELALUI RANGSANG AUDITIF DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK A DI TK LABORATORIUM PG- PAUD FIP UNESA SURABAYA
- PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE PEMBERIAN TGUGAS MELIPAT KERTAS
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DALAM KEGIATAN MERONCE DENGAN MANIK – MANIK MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KHADIJAH 2 SURABAYA
- PENGEMBANGAN PENGALAMAN BELAJAR RANAH KOGNITIF, PSIKOMOTORIK, DAN AFEKTIF PENGALAMAN BELAJAR ADALAH KEGIATAN FISIK MAUPUN MENTAL YANG PERLU DILAKUKAN…
- MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KETRAMPILAN ORIGAMI DI TK MUSLIMAT KECAMATAN KREMBANGAN KOTA SURABAYA
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE BATIK PADA ANAK USIA DINI
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM PELEPAH PISANG PADA ANAK KELOMPOK A
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS ASTURO PADA ANAK KELOMPOK A TK DEWI SARTIKA
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA PLAYDOUGH ANAK KELOMPOK A DI TK DEWI KUNTI SURABAYA
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK MELALUI KEGIATAN MERONCE BIJI-BIJIAN DI KELOMPOK BERMAIN
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK MELALUI KEGIATAN MERONCE BIJI-BIJIAN DI KELOMPOK BERMAIN
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA PLAYDOUGH ANAK KELOMPOK A DI TK DEWI KUNTI SURABAYA
- MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KETRAMPILAN ORIGAMI DI TK MUSLIMAT KECAMATAN KREMBANGAN KOTA SURABAYA
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM PADA ANAK
- MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI TK...
- LAPORAN PKP UT MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR
- PENERAPAN PEMBELAJARAN MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B DI TK HIDAYATUS SHIBYAN
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK MELALUI KEGIATAN MEWARNAI GAMBAR DENGAN MEDIA CAT AIR DI KELOMPOK BERMAIN CERIA
- PENGARUH KEGIATAN KOLASE DENGAN MEDIA DAUN KERING TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B TK BAP KARANG DALAM SAMPANG
- PENGARUH KEGIATAN KOLASE DENGAN MEDIA DAUN KERING TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B TK BAP KARANG DALAM SAMPANG
- PENGARUH MEDIA BUBUR KORAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUIKEGIATAN MOZAIK PADA ANAK USIA DINI
- UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEMASAK (COOKING CLASS) PADA ANAK TK PLUS TUNAS BANGSA KELOMPOK B KECAMATAN SOOKO MOJOKERTO
- SENAM SI BUYUNG DENGAN METODE DEMONSTRASI DALAM PENGEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK
- UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING KELOMPOK B DI TK AT – TAQWA TANDES SURABAYA
- MENINGKATKAN MOTORIK KASAR MELALUI KEGIATAN SENAM SEDERHANA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POS PAUD TERPADU MAWAR KUTISARI SELATAN/18A KEC. TENGGILIS MEJOYO
- PENERAPAN MENGENAL KONSEP BANGUN GEOMETRI MELALUI KEGIATAN BERMAIN MERONCE SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DI PAUD ANGGREK SIDOARJO
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEMAKAI SEPATU SENDIRI PADA USIA 4-5 TAHUN
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE DEMONSTRASI KELOMPOK B PPT HARAPAN BANGSA SURABAYA
- UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENCETAK MENGGUNAKAN MEDIA BAHAN ALAM PADA KELOMPOK A
- KEGIATAN COOKING CLASS UNTIK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B TK SUCCES KECAMATAN RUNGKUT SURABAYA
- PENERAPAN BERMAIN PASIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A TK YUNIOR SURABAYA
- PENERAPAN AKTIVITAS MELIPAT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK A DI TK MUSTIKA RINI SURABAYA
- PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DENGAN MEDIA PLAYDOUGH DI PLAY GROUP
- PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK AUTIS DI TK
- STRATEGI PEMBELAJARAN MODEL PELATIHAN MENEMPEL KAIN PERCA TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B
- PENGARUH MODEL PELATIHAN DASAR MENGGAMBAR TIRUAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B
- MODEL PEMBELAJARAN SENTRA PERSIAPAN MODIFIKASI TERHADAPKEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA RINGANDI SDLB C
- PENGARUH KEGIATAN MENJAHIT TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK A DI TK
- PENGARUH BERMAIN TACTILE PLAY TERHADAP MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG di SDLB
- PENERAPAN MEDIA PLASTISIN UNTUK MENINGKATKAT MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B DI TK AL-ISLAH KECAMATAN GUNUNG ANYAR KOTA SURABAYA
- PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS ORIGAMI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B di RA ISLAM ANANDA SURABAYA
- PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK A DI TK AL-HIDAYAH KARANGGAYAM SRENGAT BLITAR
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DENGAN MEDIA ORIGAMI PADA KELOMPOK A DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN TARIK-SIDOARJO
- MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK DENGAN MELIPAT KERTAS SEDERHANA KELOMPOK B TK
- MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP MATERI POKOK SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 10 LOHIA DENGAN MELALUI PENERAPAN MEDIA DAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN…
- MENINGKATKAN PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI PAUD BATIK – SIDOARJO
- PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM KLASIFIKASI BENTUK GEOMETRI MELALUI MEDIA BALOK PADA ANAK KELOMPOK A PAUD PUTRA HARAPAN GUMENG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO
- MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK A TK AL FITROH SURABAYA
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENGKLE KELOMPOK ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PPT GEMBIRA
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENGKLE KELOMPOK ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PPT GEMBIRA
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENGKLE KELOMPOK ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PPT GEMBIRA
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN PENGGUNAAN BAHAN ALAM PENGHASIL WARNA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK DHARMA WANITA KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA
- PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAY DOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A DI TK DHARMA WANITA I DESA PULOREJO DAWARBLANDONG MOJOKERTO
- PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAY DOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A DI TK DHARMA WANITA I DESA PULOREJO DAWARBLANDONG MOJOKERTO
- MENSTIMULASI KETERAMPILAN MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK A MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MENARI DI TK BAHRUL ULUM PANJANG JIWO SURABAYA
- PENINGKATAN KEMAMPUAN KOORDINASI MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN MENANGKAP BOLA PADA ANAK KELOMPOK A TK TUNAS MANDIRI SEGODOREJO SUMOBITO JOMBANG
- MENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN LARI ESTAFET PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PPT MUTIARA BUNDA
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK BERMAIN B MELALUI KEGIATAN BERMAIN LOMPAT TALI DI PPT MAWAR SURABAYA
- PENGEMBANGAN PERMAINAN GOBAK SODOR MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK KECAMATAN SEKARAN LAMONGAN
- PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI BERMAIN SAINS PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PAUD PLUS AL-FATTAH JARAK KULON JOGOROTO JOMBANG
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN MATEMATIKA DENGAN MODEL MAKE A MATCH DI KELOMPOK A TK ……… KECAMATAN ………… KABUPATEN …………….. TAHUN AJARAN …………..
- UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN DAYA KONSENTRASI ANAK MELALUI CORETAN GARIS YANG SAMA PANJANG PADA ANAK ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA KERINGAN
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN FINGER PAINTING PADA KELOMPOK A2 RA BABUSSALAM KRIAN SIDOARJO
- PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAY DOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A DI TK DHARMA WANITA I DESA PULOREJO DAWARBLANDONG MOJOKERTO
- MENSTIMULASI KETERAMPILAN MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK A MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MENARI DI TK BAHRUL ULUM PANJANG JIWO SURABAYA
- MENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN LARI ESTAFET PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PPT MUTIARA BUNDA
- PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK BERMAIN B MELALUI KEGIATAN BERMAIN LOMPAT TALI DI PPT MAWAR SURABAYA
- PENGEMBANGAN PERMAINAN GOBAK SODOR MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK KECAMATAN SEKARAN LAMONGAN
- PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI BERMAIN SAINS PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PAUD PLUS AL-FATTAH JARAK KULON JOGOROTO JOMBANG
- MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN MATEMATIKA DENGAN MODEL MAKE A MATCH DI KELOMPOK A TK ……… KECAMATAN ………… KABUPATEN …………….. TAHUN AJARAN …………..
Untuk Isi Laporan Lengkap laporan PKP dan PKM, atau contoh judul lengkap lainnya bisa di download melalui Link di bawah ini.
Download Contoh Isi Laporan Lengkap PKP dan PKM Mahasiswa di Sini !!.
100 CONTOH LAPORAN PKM “PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR” DAN PKP “PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL” JURUSAN PRODI S1 TK-PAUD
1. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan.
2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.
3. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan.
5. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
6. Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
7. Autisme
Dari pengertiannya Autisme berasal dari kata auto yang artinya sendiri. Penyandang autisme seperti hidup di dunianya sendiri. (Baca Cara Mengenali Autisme pada Anak).
8. ADHD (Attention Deficit Diperatif Desorder)
Attention Deficit Diperatif Desorder atau yang dikenal disingkat dengan ADHD adalah kondisi anak yang memperlihatkan ciri atau gejala kurang konsentrasi, hiperaktif dan impulsive yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada sebagian besar aktifitas hidupnya.
9. Lamban Belajar (Slow Learner)
Ini adalah contoh anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan keterbatasan anak learning disabilitas atau difabilitas. Beberapa ciri yang menonjol antara lain: prestasi belajar selalu rendah, terlambat menyelesaikan tugas akademik, daya tangkap pembelajaran dan kemampuan belajar lambat.
10. Anak Berbakat
Anak berbakat menunjuk pada anak-anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul, mampu memberikan prestasi yang tinggi baik disekolah maupun ekskul dan kegiatan minat bakatnya. Anak berbakat dengan kemampuan dan bakat luar biasa ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul.
11. Anak Kesulitan Belajar Spesifik
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
Dalam perkembangannya, penggunaan istilah learning disability menjadi tidak populer dan tidak pernah digunakan lagi. Kini lebih sering digunakan istilah yang dianggap lebih manusiawi, yaitu learning differences bagi penyandang difabilitas, yang diartikan dalam bahasa Indonesianya "Perbedaan cara belajar". Istilah lain yang sering digunakan adalah anak dengan kebutuhan khusus (Children with Special Needs).
KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DISABILITAS ATAU DIFABILITAS
- Mulailah menyikat gigi bayi anda begitu giginya mulai tumbuh,
- Gunakan air bersih dan sikat gigi/kain khusus bayi, jangan menggunakan pasta gigi
- Pasta gigi yang mengandung fluoride, hanya digunakan bila anak anda telah berusia lebih dari 2 tahun.
- Selalu bersih dot/empeng bayi sebelum digunakan
- Jauhkan bayi dari benda-benda keras yang bisa digigitnya, hingga dapat merusak giginya.
- Jangan diberikan makanan manis pada bayi jika belum waktunya, jika bayi menyukai makanan lain yang tidak manis berikan itu saja
- Berikan menu makanan yang kaya kalsium dalam masa-masa pertumbuhan gigi bayi
- Jangan dibiasakan dan Hindari bayi anda yang telah tumbuh giginya ngedot baik menjelang tidur atau saat tidur.
TIPS CARA MERAWAT GIGI BAYI YANG BARU TUMBUH
“Kami tidak terlalu khawatir jika anak2 sekolah dasar kami tidak pandai Matematika” kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”
“Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?” Saya mengekspresikan keheranan saya, karena yang terjadi di negara kita kan justru sebaliknya.
Inilah jawabanya;
1. Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.
2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.
3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.
”Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?”
”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;” jawab guru kebangsaan Australia itu.
1. Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
2. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
3. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..
4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
5. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk MENGATASI KEBOSANAN saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
6. Anak bisa BELAJAR BERSOSIALISASI menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
7. Anak BELAJAR TABAH dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
8. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
9. Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
10. Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia MENYEROBOT ANTRIAN dan HAK ORANG LAIN.
11. Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
12. Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain
dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.
Saya sempat tertegun mendengarkan butir-butir penjelasannya. Dan baru saja menyadari hal ini saat satu ketika mengajak anak kami berkunjung ke tempat bermain anak Kids Zania di Jakarta.
Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.
1. Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!”
2. Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.
3. Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya di perbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.
4. Ada orang tua yang malah marah2 karena di tegur anaknya menyerobot antrian, dan menyalahkan orang tua yang menegurnya.
5. dan berbagai macam kasus lainnya yang mungkin anda pernah alami juga.?
Ah sayang sekali ya.... padahal disana juga banyak pengunjung orang Asing entah apa yang ada di kepala mereka melihat kejadian semacam ini?
Ah sayang sekali jika orang tua, guru, dan Kementerian Pendidikan kita masih saja meributkan anak muridnya tentang Ca Lis Tung (Baca Tulis Hitung), Les Matematika dan sejenisnya. Padahal negara maju saja sudah berpikiran bahwa mengajarkan MORAL pada anak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar mengajarkan anak pandai berhitung.
Ah sayang sekali ya... Mungkin itu yang menyebabkan negeri ini semakin jauh saja dari praktek-praktek hidup yang beretika dan bermoral. ?
Ah sayang sekali ya... seperti apa kelak anak2 yang suka menyerobot antrian sejak kecil ini jika mereka kelak jadi pemimpin di negeri ini ?
Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua juga para pendidik di seluruh tanah air tercinta. Untuk segera menyadari bahwa mengantri adalah pelajaran sederhana yang banyak sekali mengandung pelajaran hidup bagi anak dan harus di latih hingga menjadi kebiasaan setiap anak Indonesia.
Yuk kita ajari anak kita untuk mengantri, untuk Indonesia yang lebih baik,
Yuk kita mulai dari keluarga kita terlebih dahulu, ... mau ?
Salam syukur penuh berkah...
Sumber : Copas-copasan -- Facebook.com