PENDIDIKAN TERPADU UNTUK ANAK USIA DINI MENURUT ISLAM

Selasa, 07 Oktober 2014

Manasik Haji PAUD, Pendidikan terpadu Islami
Manusia adalah mahluk (ciptaan Allah) yang paling sempurna dan paling mulya (QS. 94:4 ), padahal sebelumnya   dicipta dari bahan yang sangat hina, ternyata dengan kasih sayang Allah dibimbing dan didekatkan kepada-Nya selaku mahluk termulya di antara mahluk ciptaanya (QS.17:70 ).  Tugas manusia di dunia adalah sebagai wakil Allah ( khalifah ) untuk mengelola dunia, agar manusia sejahtera di dunia dan di akhirat. (QS.2:30,201). Untuk memperoleh kebahagian di dunia dan di akhirat tersebut manusia dilengkapi dengan agama sebagai “buku petunjuk”, berupa wahyu Ilahi  berupa Al Quran dan penjelasan dari “utusan Allah” berupa Hadits. Untuk menangkap petunjuk Ilahi tersebut manusia diciptakan dengan seperangkat “potensi suci” (fitrah Allah).

Potensi suci merupakan bakat yang dipunyai anak manusia yang harus dipelihara dibina, dibimbing , dididik agar berkembang dengan optimal, sempurna yang kemudian menjadi modal utama dalam menghadapi era teknologi. Sudah menjadi keharusan bagi pendidik atau yang berkecimpung dalam dunia pendidikan berkewajiban menumbuh kembangkan bakat-potensi anak-anak kita  sesuai dengan keinginan Sang Pencipta seperti yang tercantum dalam kitab suci Al Quran. Yang menjadi pertanyaan ialah apakah para pendidik kita sudah mengetahui dengan tepat  dan pasti tentang sesuatu yang hendak dipelihara dan diarahkan pada anak didik?

Tujuan pendidikan  sebenarnya  bagaimana membawa anakdidik mencapai kesempurnaan hidup. Kesempurnaan hidup tidak bisa dicapai hanya  melalui pengembangan intelektual saja, sementara jiwanya gersang,  ahlaknya tidak terbina, muncul rasa  cemas, tidak puas, kadang-kadang menatap masa depan tidak jelas/gelap. Mengahadapi era kemajuan teknologi informatika, bagaimana pendidikan dapat memelihara, membimbing, membina dan menjaga bakat-potensi yang ada pada anak didik secara optimal.

Pendidikan terpadu adalah pendidikan pengembangan bakat-potensi berdasarkan fitrah Allah, yang telah menciptakan manusia. Pengembangan potensi tersebut tumbuh secara beriringan, tanpa ada yang tertinggal, dijaga dibina sehingga meraih kesempurnaan. Bakat-potensi tersebut berupa ruh, rasa, hati, akal dan nafsu. Hal ini seperti tercantumkan  dalam Al Quran 30:30, yaitu: “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Berdasarkan ayat tersebut bahwa  terdapat hubungan yang linier antara fitrah   ( potensi suci ) manusia, dengan agama ciptaan Allah (Islam), jika manusia ingin berada pada jalan yang lurus
Ruh merupakan unsur potensi ketenagaan zat hidup yang menghidupkan, memiliki sifat arah pengembangan bakat kekuatan. Yang dimaksud unsur sifat kekuatan adalah kekuatan iman yang berfungsi untuk mengkokohkan hati. Tanpa ada kekuatan iman sebagai pengokoh hati, pasti setiap saat hati mengalami goncangan terutama dalam menghadapi gejolak yang disebabkan lajunya pertumbuhan kehidupan.

Iman sendiri pada mulanya bersifat benih. Sejak awal manusia dicipta, benih iman itu telah Allah pasangkan  dalam wadah titik kecintaan –Nya, tetapi jika tidak mendapat siraman murni dari ruh pasti pertumbuhannya mengalami kelayuan yang berarti kelemahan. Jadi kelemahan sebagai sifat dasar manusia akan berkembang menjadi kelemahan jika iman mengalami kelayuan, begitu pula sebaliknya, jika iman mengalami kelayuan, maka akan muncul kelemahan dalam manusia. Cara menyiram ruh yang tersimpan dalam wadah kecintaan-Nya adalah dengan adanya rutinitas ruh menjumpai Allah . semakin sering ruh berjumpa dengan Allah, semakin subur iman itu tumbuh.

Rasa merupakan unsur yang paling peka terhadap keindahan sifat-sifat Allah. Memiliki arah pengembangan bakat menjadikan menusia senantiasa tampil dalam keindahan dalam segala tindak perbuatan. Manusia yang yang tidak memiliki rasa (mati rasa), selamanya tidak akan  bisa menikmati suatu keindahan. Meskipun ia beranggapan dan mengakui bisa menikmati keindahan dengan rasa, tetapi yang mendorong munculnya keindahan adalah rasa nafsu, yang bersifat sementara dan selalu berubah ubah. Dan satu hal, perbedaan prinsip rasa indah yang dimunculkan karena nafsu adalah rasa ketidak-puasan, tetapi rasa indah yang muncul dalam hati selaku menimbulkan rasa tentram baik buat dirinya sendiri maupun orang lain.

Sifat keindahan rasa yang dimunculkan dari dalam hati diserap langsung oleh hati dari sifat keindahan Allah kemudian disambut oleh unsur ketenagaan rasa, maka muncullah rasa keindahan Ilaahiyah yang bersifat berkelanjutan tanpa sedikitpun mengakibatkan gejolak. Dari  keindahan rasa yang bersifat Ilaahiyah, muncul rasa kelembutan kemudian mencuat rasa kasih dan sayang. Dengan demikian, kelembutan dan kasih sayang seseorang tidak akan pernah muncul jika sifat keindahan tidak bisa ditumbuh-kembangkan melalui unsur ketenagaan hati dan rasa. Dengan unsur sifat keindahan yang berbuah kelembutan dan kasih sayang, manusia dapat memanfaatkan bumi dan isinya tanpa menimbulkan kerusakan-kerusakan terhadap alam sekitarnya. Sifat indah yang dimaksud bukan sifat indah menurut ukuran manusia, melaikan sifat indah yang diperoleh dari penyerapan sifat-sifat Allah.

Hati merupakan pusat kegiatan manusia, fungsi utamanya mendengar dan membaca seluruh isyarat gerak getar yang bersifat pemberitaan, baik yang berhubungan langsung dengan alam maupun yang berhubungan langsung dengan Allah. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran, bahwa Allah menurunkan petunjuk-Nya ke dalam hati manusia. Inilah yang dimaksud hati sebagai wadah pusat pemberitaan. Sedangkan pembawa beritanya adalah Ruh, karena Ruh inilah yang senantiasa berhubungan langsung dengan Allah, kemudian dikirim ke hati, untuk selanjutnya dikembangkan oleh akal dan dilaksanakan oleh nafsu. Sedangkan arah pengembangan hati adalah menjadikan manusia yang bersifat intelektual yang spiritual atau manusia yang bersifat spiritual yang intelektual.

Akal merupakan unsur yang memiliki arah pengembangan bersifat untuk menjadikan manusia  tampil membawa sifat kemuliaan. Sebagaimana yang telah diketahui hati yang terjaga kehidupannya akan menjadi pusat kegiatan yang bersifat hakiki karena dari hati itulah memancarkan berbagai macam keilmuan baik yang bersifat spiritual maupun intelektual. Untuk pengembangan intelektual. Akallah yang mengambil peranan pengembangannya sehingga akal dan hati yang dapat bekerjasama dengan baik akan menghasilkan menusia yang intelektual berkeilmuan murni terpadu bersifat Qurani. Dengan mencuatnya keilmuan murni terpadu bersifat Qurani, muncullah sifat kemuliaan dalam diri manusia, sehingga manusia dapat menjaga, mengelola,dan memanfaatkan bumi dan isinya. Dengan demikian seseorang  baru dapat dikatakan memiliki sifat kemuliaan, jika dalam dirinya mencuat keilmuan murni yang bersifat Qurani, dan keilmuan murni ini bisa mencuat jika hati dan akal dapat bekerjasama dengan baik. Dengan kata lain fungsi akal adalah untuk menyusun dengan rapi dan indah apa-apa yang telah didengar dan dibaca oleh hati.

Nafsu merupakan unsur yang cenderung membawa manusia pada sifat kehinaan dan kelemahan. Tetapi jika unsur ketenagaan nafsu dalam pertumbuhan mengikuti 4 unsur ketenagaan lainnya, yaitu ruh, hati, rasa, dan akal maka sifat kehinaan dan kelemahan yang dibawa oleh nafsu berubah menjadi sifat keterpujian. Kehinaan dan kelemahan dapat hilang dari diri manusia jika kekuatan iman tumbuh dengan subur. Tugas pokok manusia terhadap dirinya sendiri agar membawa dan mengarahkan nafsu kokoh dengan keterpujian, sedangkan fungsi nafsu hanya sekedar pelaksana dengan lurus terhadap apa–apa yang telah dirumuskan oleh akal berupa rumusan keintelektualan spiritual dan spiritual yang intelektual.

Sumber : Disarikan dari Makalah: Dr. H. Karyono Ibnu Ahmad, Pendidikan Terpadu bersifat Qurani, Materi seminar Guru TK dan Pendidik PAUD Propinsi kalsel di Hotel Blue Atlantik Banjarmasin tahun 2010



22.13.00

0 komentar: