PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK DINI USIA

Kamis, 22 Agustus 2013


Selama masa pertumbuhan anak dari sejak lahir, perkembangan minat dan permainan anak terkait dengan perkembangan kemampuannya. Namun, setelah koordinasi dasar kaki, tangan dan bagian badan yang terkait sudah mantap pertumbuhannya demikian pula dengan kemampuan bahasanya, maka anak sudah mulai mampu mengeksplorasi lebih jauh dengan merancang berbagai alternatif perilaku lain, semakin bertambah usia penyaluran pilihan melatih kemampuannya untuk mengeksplorasi lingkungan juga di pengaruhi oleh kesempatan dan peluang yang diperolehnya dari lingkungan yang merupakan hasil dari pengalamannya. Oleh karena itu berbagai pola permainan sebaiknya dapat dirancang secara terstruktur agar anak dapat mencapai kemampuan yang optimal berdasarkan pengalaman belajarnya (Chilhood Education).

Peristiwa ketika bayi mencoba, terjadi suatu proses yang disebut ’peristiwa’. Seorang bayi yang baru saja berhasil berdiri untuk pertama kalinya, secara otomatis akan berpegangan pada sesuatu dalam usahanya untuk dapat tetap berdiri dan dia telah menarik seluruh taplak meja, menjatuhkan alat makan, menumpahkan isi gelas serta memecahkan gelas , yang disebut sebagai peristiwa dan sebuah kenyataan fisik yang terjadi dari sebuah percobaan. Setiap percobaan bisa memunculkan berpuluh-puluh peristiwa yang berbeda. Disini juga tampak bahwa kemampuannya berdiri diawali dengan satu proses tercapainya kemampuan protective diri yang di tandai dengan adanya kemampuan dari kedua tangannya yang muncul sebagai kemampuan yang mendukung kemampuannya berdiri (berpegangan tangan untuk mempertahankan diri dan akan menahan tubuhnya bila ia terjatuh).
    
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan kegiatan yang di sebut stimulasi terstruktur dan bertahap, yang disebut kegiatan stimulasi.  Pembelajaran pada proses awal dilakukan melalui proses
mencoba (to try). Mencoba segala sesuatu sebelum dipahami semuanya. Contohnya : dalam proses belajar berjalan, bayi akan melalui puluhan atau ratusan kali percobaan atau eksperimen sampai akhirnya ia bisa berjalan. Tanpa adanya percobaan dan resiko yang menyertainya, tidak akan ada pembelajaran yang pernah terjadi.
    Sebagai akibat adanya percobaan dan peristiwa, akan terjadi respon atau umpan balik dalam bentuk kesiapan panca indra, seperti : pelihatan, pendengaran, rasa/penghidu yang memberikan rangsangan berkembangnya panca indra utama termasuk kulit dan kemampuan gerak (motoriknya). Setelah menerima umpan balik, otak bayi akan berkembang dengan pesat mencatatkan atau menyimpan berjuta-juta data baru yang diterimanya yang akan menjadi alat untuk menjelajahi dunia selanjutnya, bayi akan menyesuaikan perilakunya pada satu hal dengan tujuan dan pengalaman yang telah di dapati.

Kesiapan bayi untuk melakukan proses pembelajaran tersebut diatas, dapat di persiapkan melalui kegiatan stimulasi aktif yang dilakukan untuk mempersiapkan dan meningkatkan panca indra agar dapat menerima rangsangan dari lingkungan atau menyadarkan anak dari lingkungan melalui kegiatan stimulasi dasar dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Stimulasi Bertahap:

Tahapan kegiatan:
Stimulasi dasar untuk meningkatkan kemampuan pengindraan
stimulasi lanjutan untuk Kegiatan terintegrasi antara fungsi  pelihatan, pendengaran, gerak, rasa dan emosi (multimodal) dan membuat lingkungannya terstruktur  dengan baik sehingga memungkinkan berkembanganya potensi kecerdasan jamak dan kemampuan dasar prasekolah (persiapan menulis, membaca dan berhitung serta berkreasi)

Kegiatan stimulasi, meliputi :

a.Stimulasi Dasar

Kegiatan stimulasi yang dilakukan untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan panca indera agar dapat menerima rangsang dari lingkungan (menyadarkan anak akan lingkungan) dengan kegiatan-kegiatan, sebagai berikut:

Meningkatkan kemampuan pengindraan

1.Stimulasi indra pelihatan.

Dengan mengenalkan bayi dengan berbagai macam intensitas cahaya: bayi dipindahkan dari tempat gelap ke tempat terang dan sebaliknya secara bertahap dan berulang-ulang sambil memberi rangsang dengan memperlihatkan  alat permainan dengan bentuk dan warna mainan yang masih dapat dikenali serta tetap menjaga kenyamanan bayi.  Pada pelatihan ini juga rasa sensorik bayi dikenalkan dengan intensitas suhu yang berbeda-beda pada tempat yang panas (terang), sejuk/dingin (gelap).

Pelatihan pelihatan dengan alat permainan
Peningkatan konsentrasi mata agar mata terfokus pada
warna-warna
bentuk-bentuk
tempat-tempat tertentu
Benda dengan  warna kontras bentuk beda-beda
Benda dengan warna kontras yang bergerak (mobil-mobilan atau boneka yang berjalan sendiri).
Dikombinasikan dengan bunyi-bunyian dari berbagai arah sudut pandang
Stimulasi kemampuan gerakan bola mata yang diperlukan proses membaca dengan menggunakan gambar-gambar yang berurutan (memindahkan benda-benda yang menarik perhatian dari berbagai sudut pelihatan).

2. Stimulasi indra pendengaran.            

Melalui kegiatan, sebagai berikut:
Mengalihkan perhatian bayi terhadap suara dengan selalu menjaga kenyamanan bayi
Memberikan berbagai rangsang bunyi (suara ibu, keluarga, bunyi alam) dan perhatikan reaksi terhadap rangsang suara tersebut, dan lkukan berulang-ulang, suara keras-lemah secara bergantian dan dilakukan berulang-ulang.
Melatih pendengaran dapat dilakukan melalui kegiatan mendongeng langsung oleh ibu atau mendengarkan radio dengan alat-alat bermain yang bergerak-gerak, menjauh-mendekat
Bereaksi terhadap rangsang suara
Dilakukan secara berulang-ulang
Tingkatkan perbedaan intensitas dari masing-masing jenis rangsang tersebut dengan melibatkan perhatian anak.


3.Stimulasi kinaestetik sensory.

Melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan proses tumbuh kembang senso-motorik, sebagai berikut:
Mengenal bagian-bagian tubuh
Mengenal lingkungan dengan memfokuskan perhatian pada indera-indera tertentu dengan melakukannya secara berulang-ulang (ada pengulangan)
Melakukan stimulasi dengan menghubung-hubungkan dengan informasi yang sudah diterima dengan informasi baru, berupa: situasi dan lingkungan yang tertata dengan baik (metode bermain sentras, gerak, lagu, dll)
Pada proses sensomotorik, rangsang dilakukan melalui sentuhan/belaian pada permukaan kulit dengan gerakan halus.


b. Stimulasi Lanjutan

Dilakukan setelah koordinasi kaki, tangan dan bahasa yang terkait sudah agak mantap sehingga anak dapat siap untuk dilakukan stimulasi lanjutan untuk merangsang berkembangnya berbagai kemampuan lainnya.
Kegiatan terintegrasi antara fungsi pelihatan, pendengaran, gerak, rasa dan emosi (multimodal) dan membuat lingkungannya tertata dengan baik sehingga memungkinkan berkembanganya potensi kecerdasan jamak (senam kupu-kupu dan metode pendekatan bermain dalam metode sentra) dan mempersiapkan fungsi-fungsi yang berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berhitung dengan pola bermain spesifik.



01.12.00

0 komentar: