CARA MENGATASI MACAM-MACAM PENYAKIT PADA ANAK

Selasa, 16 Juli 2013

Ada beberapa jenis penyakit yang sering menyerang anak, baik yang sifatnya ringan maupun yang sangat berat dan dapat berakibat parah bagi anak. Diantara penyakit yang sering kita jumpai diantaranya adalah :
1. Batuk Rejan
Batuk rejan ini biasanya menyerang anak berumur kurang dari 2 tahun yang tidak dilindungi dengan imunisasi. Penyebab batuk ini adalah kuman bordetella pertussis, yang dapat menular lewat percikan air liur, karena kuman bersarang disaluran pernapasan atas. Diawali dengan gejala pilek yang aneh, karena disertai dengan mata berair, sedikit batuk dan demam tidak begitu tinggi. Seminggu kemudian timbul batuk yang khas, batuk beruntun dan diakhiri dengan helaan nafas dalam yang merinkik, lender kental dapat keluar atau ditelan. Sebulan kemudian keadaan berangsur-angsur reda, namun batuk dapat berkepanjangan sampai beberapa bulan.


Penyakit ini terasa berat pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dan tidak begitu membahayakan pada anak yang usianya diatas 2 tahun. Tetapi komplikasi dapat sering terjadi jika kuman mencapai pembuluh paru-paru, sehingga terjadi radang paru-paru (bronchopneumonia) atau dapat pula gangguan pada otak. Pendarahan dapat terjadi di dalam otak, kulit selaput lender dan bola mata, akibat batuk yang gencar, disamping kemungkinan terjadinya radang telinga tengah. Penderita yang berat perlu dirawat di rumah sakit.

2. Difteria
Penyakit ini terasa berat pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dan tidak begitu membahayakan pada anak yang usianya diatas 2 tahun. Tetapi komplikasi dapat sering terjadi jika kuman mencapai pembuluh paru-paru, sehingga terjadi radang paru-paru (bronchopneumonia) atau dapat pula gangguan pada otak. Pendarahan dapat terjadi di dalam otak, kulit selaput lender dan bola mata, akibat batu yang gencar, disamping kemungkinan terjadinya radang telinga tengah. Penderita yang berat perlu dirawat di rumah sakit. Penyakit ini dapat timbul mendadak (akut) sekali. Penyebabnya karena kuman corynebacterium diphtheria yang mudah sekali menular melalui saluran pernapasan bagian atas. Kuman difteria ini dapat mati pada suhu 60 derajat celcius selama 10 menit, namun dapat bertahan hidup dalam es, air, susu dan lendir bekas penderita yang sudah mengering. Jika kuman ini dibiakan, dapat tumbuh menjadi tiga jenis, jenis yang ganas, yang sedang dan yang ringan. Ini sesuai dengan tingkatan serangan penyakitnya yang ganas, sedang dan ringan yang masing-masing dapat memilih serangan pada tenggorokan, hidung, kerongkongan dan kulit, dengan derajat keparahan yang berbeda-beda. Yang paling berat jika penyakit menyerang tenggorokan, karena kuman membantuk semacam membaran akan menutupi seluruh saluran tenggorokan, sehingga penderita tidak bias bernafas. Jika hanya mengenai sebagian dari saluran pernafasan dianggap infeksi sedang dan ringan saja dimana serangan kuman membantuk membran terbatas pada hidung atau rongga mulut. Selain membentuk membrane (Psudomembrance), kuman difteri juga rajin memproduksi racun yang disemburkan ke dalam darah (eksotoksin), sehingga gejala penyakit difteria mencakup gejala umum infeksi seluran pernafasan atas dan gejala akbat racunnya yang mengenai jantung, saraf, atau ginjal. Difteri pada hidung biasanya ringan, mirip pilek, namun ingus yang keluar dapat bercampur darah, dan dapat sembuh setelah diobati secukupnya. Tetapi jika difteria memilih serangan dikerongkongan atau kelenjar amandel (tosil), yang paling sering dijumpai mirip radang tenggorokan yang mungkin dapat sembuh sendiri dan penderita menjadi kebal untuk selanjutnya. Jika penyakitnya berat, gejala nyata tampak sebagai pernafasan seperti mengorok, keluhan seperti radang tenggorokan, demam tidak tinggi, namun dapat tampak adanya selaput putih kelabu di sekitar tenggorokan atau sekitar tonsil.


Serangan paling berat jika saluran nafas tertutup sama sekali oleh selaput membran sehingga perlu dibuat lubang sebagai pintu darurat antara udara luar dengan paru-paru. Sebelum anak mati kehabisan oksigen. Operasi darurat tracheotomy inilah yang akan menyelamatkan anak dari ancaman kematian pertama. Ancaman kematian kedua muncul setelah anak bebas dari sumbatan jalan nafas yang fatal, akibat komplikasi pada jantung, dan penderita mutlak perlu dirawat di rumah sakit. Komplikasi lainnya dapat pada lumpuhnya langit-langit mulut, kelumpuhan otot mata sehingga juling atau gangguan penutupan kelopak mata, dan kelumpuhan otot wajah, leher dan anggota gerak dapat menyusul atau bersamaan dengan kelumpuhan otot pernafasan, yang dapat berakhir dengan kematian.


Cara mengobati difteria ini dengan Anti Difteria Serum (ADS) dengan takaran 20.000 unit, 2 hari berturut-turut. Untuk suntikan serum ini diperlukan uji kulit dan mata kalau penderita tidak tahan terhadap serum ini. Jika tidak tahan, cara pembasmian serum secara sedikit-sedikit (besredka). Untuk membasmi kuman difteria yang bersarang, ditembakan antibiotika, biasanya golongan penisilin, selain obat golongan kortikosterid untuk menjinakan bahaya komplikasi, khususnya terhadap jantung dalam 3-4 minggu anak sakit. Itulah mengapa perawatan sekurang-kurangnya selama 4 minggu untuk mengamati kemungkinan komplikasi jantung dengan terus memonitornya dengan Elektro Kardiografi (EEG).

3. Tetanus
Penyakit tetanus ini dapat terjadi pada bayi baru lahir atau tetanus neonatorum, dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Perawatan tali pusat yang kurang suci hama menjadi penyebab munculnya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, dengan angka kematian terlalu tinggi. Kuman clostridium tetani yang hidup berspora di tanah,debu dan saluran cerna manusia penderita dan hewan menghasilkan racun. Berbeda dengan racun kuman difteria, racun kuman tetanus hanya menyerang system saraf, sehingga timbul tekanan kejang-kejang dan kekakuan otot-otot bagian tubuh tertentu. Bagi bayi-bayi baru lahir dan anak masih menyusu ibunya, Serangan tetanus ditandai dengan ganguan mengisap, karena ada ganguan pada otot-otot pengunyah. Bayi tak mau mengisap, tampak kaku, dan pada anak yanga lebih basar mulutnya mencucu, seperti mulut ikan karper sebelum kejang-kejang yang muncul. Pemberian Anti Tetanus Serum (ATS) berpacu dengan seberapa banyak  racun teteanus sudah terikat dengan serabut saraf, kareana racun yang sudah terikat tak mungkin ditawarkan oleh serumnya. Lebih cepat lebih baik dan keselamatan nyawa anak tertolng. Gangguan menelan, kekakuan pada leher,lengan dan tungkai, sampai kejang-kejang sehingga terjadi kekakuan hebat pada mulut, karena ketidak mampuan membuka mulut (trismus) yang diertai dengan kekakuan otot-otot wajah (meringis terus-menerus) dan alis mata tertaraik ke atas (risus sardonicus).


Dengan adanya kekakuan otot-otot dinding perut, leher dan pungggun dapat menimbulkan keadaan kejang yang khas (ophisthotonus), dalam keadaan terlentang anak mengejang, perut terangkat melengkung menyerupai busur panah, karena bagian punggungnya tak menempel dengan alas tidurnya. Kematian biasanya terjadia akibat kelumpuhan otot pernafasn .Penderita amat gelisah, mata tak tahan melihat cahaya, suara gaduh membangkitkan kejangnya. Tindakan tracheostomy perlu juga dilakukan (seperti pada difteria)jika ganguan jiwanya mengancam jiwanya.

4. Tuberxulosis

Tuberxulosis atau Penyakit TBC ditandai dengan adanya gejala kelemahan tubuh yang umum, tidak mau makan, badan semakin kurus, sedikit batuk, dan demam ringan. Penyakit baru diketahui jika komplikasi sudah muncul, atau penyakit paru-paru sudah meluas dikedua belah paru-paru, jika bukan karena munculnya radang otak dengan gejala kejang dan anak tak sadar. Anak balita rentan sekali terhadap kuman mycobacterium tuberculosis. Serangan pertama kuman membentuk suatu noktah khusus di dalam paru-paru yang pada infeksi ulangan, menimbulkan kerusakan paru-paru yang khas pula.
Dalam keadaan berat, anak yang mengidap penyaki TBC mengalami batuk tak sembuh-sembuh. Ada sesak nafas, dan pertumbuhan terhambat, sebelum komplikasi muncul pada susunan saraf pusat, tulang, ginjal atau meluas dikedua belahan paru-paru. Serangan dapat menyebabkan komplikasi ke otak yang berakibat cacat kebutaan, kelumpuhan, tuli, atau kerusakan saraf otak lainnya seumur hidup. Setiap diagnosa mengenai penyakit ini, tes mantoux dikerjakan dengan cara menyuntikan zat protein khusus ke dalam kulit di bagian bawah anak, dan beberapa hari kemudian baru dapat dibaca hasil penyuntikan tersebut. Jika lebar bekas suntikan lebih dari sepuluh mm ukurannya, positif anak mengidap penyakit TBC. Untuk memperjelas dilakukan dengan tindakan foto rontgen paru-paru. Jika sudah positif seratus persen maka tindakan selanjutnya harus dilakukan pengobatan yang disiplin baik terhadap anak yang terinveksi maupun pencegahan penularan terhadap lingkungannya. Pengobatan dilakukan dengan serius dengan pengobatan terus-menerus sampai paru-paru penderita bersih dari TBC yang kadang dapat memakan waktu lama hingga 2 sampai 3 tahun lamanya, di tahap selanjutnya anak diberikan IMH minimal 2 tahun. Jika tes mantoux negatif (kurang dari 5 mm), diberikan vaksin BCG apa bila anak belum pernah diberikan. Kemudian, Tes mantoux diulang setiap 6-8 minggu, untuk memantau kemungkinan terjangkitnya penyakit.

 
Pada dasarnya penyakit TBC tidak mematikan, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang memperburuk keadaan pasien jika tidak diobati dengan serius. Untuk kesembuhan pasien selain pengobatan, faktor makanan bergizi sangat menentukan kesembuhan penderita, disamping itu juga faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan tinggal, seperti ventilasi udara rumah yang memadai dan pencahayaan sinar matahari masuk, pengobatan yang diberikan berbulan-bulan harus rutin terus menerus tanpa henti seharipun. Kuman TBC dapat kebal terhadap obat antibiotik yang umum dipakai karena kurang disiplinnya penderita berobat.

5. Poliomyelitis

Penyakit ini terbanyak diderita oleh anak yang berumur kurang dari empat tahun di negara berkembang, dan pada usia yang lebih tua di negara yang bersih. Semakin bersih suatu Negara semakin kecil kemungkinan terkena polio. Jika pun ditemukan, mungkin terjadi pada orang dewasa. Anak kurang dari 6 bulan jarang terserang karena masih mempunyai kekebalan alamiah dari ibunya. Dalam wilayah yang mewabah, penyakit ini dapat ditemukan hamper pada seluruh anak balita, baik yang manifestasi maupun yang tidak bergejala, namun telah menimbulkan kekebalan.
Virus polio tergolong virus yang hidup di usus dengan tiga tipe. Tipe pertama paling ganas, tipe kedua sering muncul sporadic, dan tipe ketiga ringan, yang masing-masing tipenya dapat bertahan berbulan-bulan dalam air, kebal terhadap bahan kimiawi, dan hanya mati oleh pengeringan panas. Satu-satunya tempat bersarang adalah ditubuh manusia. Virus juga dapat berada disampah atau lalat. Serangan polio tidak terlalu berakibat fatal. Jika system pertahanan tumbuh anak baik, serangan virus hanya akan membuat tubuh terangsang membuat zat antinya, tanpa adanya gejala berarti yang muncul. Jika tubuh tidak mampu membuat zat antinya maka virus akan mengganas, menyebar menyerang sel-sel saraf pusat yang dapat mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup, karena kematian sel saraf penggerak bagian bawah. Ada tujuh daerah saraf otak yang dapat diserang oleh virus polio dengan akibat yang berbeda-beda.
Sesuai dengan tipe virus yang menyerang, daya tahan tubuh serta kemampuan membuat zat antibody, wujud klinis penyhakit polio dapat memilih empat macam. Infeksi yang ringan sekali tanpa gejala yang berarti terjadi masa wabah, hampir seluruh populasi, sehingga terbentuk kekebalan alamiah saja. Wujud kedua hanya ada gejela infeksi virus umumnya mirip dengan influenza, dengan gangguan saluran pencernaan. Oleh karena itu infeksi dapat diketahui dengan cara menemukan virusnya di jaringan tubuh penderita. Penyakit polio tidak selalu menimbulkan kefatalan atau kelumpuhan. Gejala polio tanpa kelumpuhan hanya dapat menimbulkan keluhan nyeri kepala, mual-mual, mutah, dan nyeri otot. Adapun nyeri otot biasanya ditemukan pada bagian tubuh yakni batang leher bagian belakang, punggung, dan tungkai.


Wujud terakhir dari penyakit polio muncul sebagai kelumpuhan otot atau beberapa bagian anggota gerak sampai ke bagian otak, sebagai kelumpuhan seumur hidup. Pada daerah-daerah bagian anggota tubuh yang endemis virus ini dapat memunculkan gejala tertentu karena tindakan pengobatan bagian lain. Misalnya pada operasi amandel, penyuntikan atau pencabutan gigi  anak dapat menjadi lumpuh. Anak yang menjadi lumpuh bukan karena suntikan atau operasi dan pencabutan gigi, tapi karena anak sebelumnya sudah menderita virus polio yang sudah menyebar ditubuhnya.

6. Campak 
Campak adalah suatu penyakit yang sudah dicegah sejak bayi, penyebabnya juga berasal dari virus, yang memasuki saluran pernafasan bagian atas. Gejala-gejala yang tampak dalam penyakit campak biasanya berasal dari batuk, pilek kemudian timbul bercak merah pada kulit dan kemudian sembuh dengan sendirinya. Virus ditularkan lewat percikan air liur yang keluar akibat batuk penderita. Gejala campak ini diawali dengan batuk, pilek, mata merah berair, tidak tahan melihat cahaya, dan banyak ingus keluar yang berlangsung selama 5-9 hari.
Pada vase akhir dari gejala batuk pilek selanjutnya muncul bercak komplek pada selaput lendir perut dekat geraham bawah yang khas. Penyakit campak disusul kemudian dengan bercak merah, ruam kulit, dimulai dibagian belakang daun telinga, atas tengkuk, dan bagian belakang pipi. Dalam dua hari bercak merah menjalar ke wajah menuju lengan atas dada, lalu ke punggung, dilanjutkan ke perut dan akhirnya ke tungkai. Bercak akan hilang sesuai dengan urutan munculnya.

Komplikasi dapat terjadi dengan indikasi radang telinga tengah, radang otak dan radang pembuluh paru-paru bronkhopneumonia. Pada anak-anak yang mengalami kekurangan gizi gejala penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian. Seperti halnya penyakit polio, campak juga belum ada obatnya, adapun obat-obatan yang diberikan sifatnya hanya untuk meredakan gejala dan mencegah timbulnya komplikasi dengan memulihkan kondisi penderita. Zat anti gama-globulin  dapat disuntikkan untuk menambah daya tahan pada tubuh anak yang menderita campak.

Cara Pencegahan Penyakit Anak

Semua penyakit di atas dapat dicegah menyerang anak kita dengan pemeliharaan kesehatan yang baik dengan menerapkan PHBS yang sesuai dengan setandar dinas kesehatan. Pemberian imunisasi pada anak harus dilakukan dengan benar dan teliti sejak bayi berumur 2 bulan dengan menyuntik dan minum sirup polio. Imunisasi diberikan berseri untuk Difteria Portusis Tetanus (DPT), agar terbentuk kekebalan yang lengkap dan penuh. Jadi manfaat imunisasi adalah pemberian kekebalan agar bayi tidak mudah tertular penyakit, hepatitis B, tuberchulosa, difteria, batuk rejan, tetanus, polio dan campak. Berikan imunisasi sedini mungkin secara lengkap untuk mencegah timbulnya berbagia penyakit tersebut. Pemberian imunisasi ini sebagai pembentukan zat anti pada anak yang secara bertahap akan sempurna jika diberikan tepat waktu sebelum anak berumur 14 bulan.

Imunisasi dasar ini memerlukan pengulangan untuk memperbaharui kembali kekebalan yang dpernah terbentuk dan mulai menurun, khususnya untuk difteria dan tetanus sert TBC. Pada Ibu hamil dan wanita usia reproduksi juga perlu diberikan vaksinasi tetanus agar bayi yang akan dilahirkan lebih kebal terhadap bahaya tetanus tali pusar waktu lahir. Imunisasi yang dapat diberikan pada bayi itu dilakukan enam kali yaitu ;
Pertama, umur 0 bulan diberikan imunisasi HB 1, BCG, Polio 1.
Kedua, umur 2 bulan diberikan imunisais HB2, DPT1, Polio2.
Ketiga, umur 3 bulan diberikan imunisasi DPT2, Polio3.
Keempat, umur 4 bulan diberikan imunisasi DPT3, Polio4.
Kelima, Umur 6 bulan diberikan imunisasi HB3.
Keenam, umur 9 bulan diberikan imunisasi campak.


Referensi :
Edi Sigar, Ernawati, Buku Pintar Wanita, Dabara Begawan Jakarta, 1989.
Depkes RI, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Departeman Kesehatan RI, Jakarta, 1997.
Dr. Mansur, M.A, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2007



13.16.00

0 komentar: